29. forget it.

10.4K 1.1K 21
                                    

Tiga hari berlalu sudah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tiga hari berlalu sudah.

Jeno hampir putus asa untuk mengajak Jaemin berbicara. Di luar perkiraan tidak semudah itu mendapatkan waktu juga ruang yang tepat untuk memperbaiki apa yang sudah terjadi diantara kedua nya.

Jaemin mungkin berbicara dengan nya untuk beberapa hal, tetapi lelaki itu dengan pintar menghindari percakapan yang sudah susah payah Jeno dapatkan seolah laki-laki itu sudah tahu apa yang akan dia katakan.

Malam kedua yang sudah Jeno nantikan, siapa yang menyangka bahwa putra nya yang manja memilih untuk tidur di pelukan sang Nana. Lalu tadi malam dengan tanpa di duga Jaemin sudah lebih dulu menyelimuti dirinya sampai ke kepala.

Jeno mendesah panjang.

Andai seseorang sadar bahwa matanya kini tidak lekat memperhatikan tiap gerak-gerik Jaemin. Hari ini pun, Jeno akan berusaha mencari celah kesempatan.

Ibu datang dengan sebuah semangka yang masih utuh lalu memberikan nya kepada Jaemin untuk di potong. Begitu wanita paruh baya itu pergi, Jeno berniat untuk mendekati Jaemin dengan embel-embel membantu nya.

Baru saja akan beranjak, suara benda-benda yang berjatuhan dari dalam kamar membuat atensi Jeno teralihkan. Begitu pun Jaemin yang refleks menoleh kebelakang.

Jeno bergegas memasuki ruang kamar mantan mertua nya itu. Tidak memperhatikan kesopanan, dia segera berlari begitu mendapati Ayah yang terduduk di lantai sembari memegangi dadanya.

Pria paruh baya itu bernafas tidak teratur. Jeno lekas membantu nya naik ke atas kasur sebelum kemudian ibu datang dengan sebuah inhaler.

"Ayah bagaimana-"

Jaemin mengambil tempat di sebelah sang Ayah. Raut khawatir begitu kentara meliputi wajahnya.

Syukur nya secara berangsur angsur pria paruh baya itu akhirnya bisa kembali bernafas seperti semula. Dia tersenyum tipis begitu melihat raut cemas putra bungsu nya.

"Ayah.."

"Tidak apa-apa.. Ayah baik-baik saja," katanya menenangkan.

Jaemin melihat ke arah ibu nya.

"Apakah ini sering terjadi? Kenapa Ibu tidak memberitahu ku?"

Ayah menggeleng, dia memegangi lengan Jaemin. Mata letih nya lalu tertuju ke arah Jisung yang berdiri di dekat pintu. Bibirnya kembali melengkung naik kala dapati raut khawatir bercampur takut dari wajah sang cucu.

"Kemarilah," panggilnya.

Jisung dengan patuh berjalan mendekat. Dengan di bantu sang Ayah lelaki kecil itu naik ke atas kasur.

"Kakek baik-baik saja?" tanya nya.

Pria paruh baya itu mengangguk,"Tentu saja, kakek baik-baik saja."

Jisung tersenyum senang mendengarnya.

Ayah lalu menoleh ke arah Ibu,"Aku harus pegi mengantar bahan makanan ke kota karena Taeshin sedang pergi menghadiri acara kelulusan adiknya."

Brother-in-law Zone !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang