32. restart.

10.3K 1.2K 32
                                    

Ayah tampak nya masih tidak habis pikir oleh sebab Jeno yang tiba-tiba saja bersimpuh di depan nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ayah tampak nya masih tidak habis pikir oleh sebab Jeno yang tiba-tiba saja bersimpuh di depan nya. Mereka baik-baik saja sampai waktu sarapan tadi-sebelum Jaemin mengatakan bahwa dia dan Jeno ingin membicarakan sesuatu yang penting.

Pengakuan keseriusan laki-laki itu terhadap putra bungsunya, siapa yang menduga hal itu akan terjadi. Dia dan sang istri hanya bisa melongo tidak tahu menahu sementara Jisung-sang cucu yang kini tersenyum begitu lebarnya.

"Baiklah-baiklah, bangunlah dahulu." ujar Ayah.

"Apakah Jisung-ie kita sangat senang?"

Jisung mengangguk cepat. Dia beranjak turun dari pangkuan sang nenek lalu berlari kecil menerjang Jaemin yang duduk di samping sang Ayah.

"Wajah Nana merah sekali!" bisiknya di telinga Jaemin.

"Kalian serius?" tanya Ayah sekali lagi.

Jeno yang masih bersimpuh mengangguk mantap. Sejenak, Ayah dan Ibu lalu saling berpandangan.

"Ti..tidak ada yang bisa kami lakukan jika memang itu yang terjadi. Jisung juga tampak nya begitu senang mengetahui hal ini."

Ayah lalu melarikan pandangnya ke arah Jaemin,"Semuanya ada di tangan Jaemin sekarang." teduh senyum pria paruh baya itu tertarik simpul.

Kedua sudut bibir Jaemin otomatis melengkung naik mendengarnya.

"Bagaimana dengan Ayah mu?"

Jeno menoleh, memandang tepat ke kedua mata Jaemin yang juga sedang memandanginya saat ini.

"Aku akan segera memberitahu nya."

Senyum tipis itu-pipi Jaemin rasanya panas sekali.

Jeno kemudian mengangguk kecil yang mana adalah sinyal bagi Jaemin untuk giliran berbicara.

Dengan perasaan sedikit tidak enak Jaemin pandangi kedua orang tuanya itu bergantian. Sebelumnya, dia lepaskan pelukan Jisung pada lehernya lalu bawa anak itu duduk di pangkuan.

"Itu sebenarnya-rencana nya kami juga akan pulang hari ini."

"Pulang? kenapa tiba-tiba?" Ibu dengan cepat menyahut. Air muka perempuan paruh baya itu seketika berubah sendu.

"Jisung harus segera kembali ke sekolah ibu. Liburan musim panas nanti kami janji akan kemari lagi."

"Hum! aku akan menemui kakek dan nenek dan juga makan masakan nenek yang paling enak!"

Mau tidak mau, walau berat hati kedua orang tua itu lantas menarik senyum hangat atas perkataan cucu mereka.

"Jisung janji?"

"Eung!" anak itu kembali berlari menuju sofa tempat dimana kakek dan neneknya duduk saat ini.

Tidak lama sehabis waktu makan siang, Park Doyun akhirnya datang menjemput mereka. Kendati waktu perpisahan yang semakin menipis, kedua orang tua itu kini mengantarkan kepulangan sang anak beserta cucunya di pekarangan rumah.

Minhyung-lelaki bersurai terang itu bahkan ikut menyaksikan di sana. Dia bahkan menerima pelukan sampai jumpa dari Jaemin.

"Okay berhenti lah memeluk ku atau dahiku akan segera berlubang karena tatapan Ayah Jisung." bisiknya.

Jaemin tertawa kecil, alih-alih lepaskan pelukan dia malah semakin mempereratnya.

"Hyung omong-omong, apa alasan mu datang kemari? bukankah kau bilang kau akan menetap di sana selamanya?"

Minhyung menghela ringan. Sebelum menjawab dia lepaskan dahulu tangan Jaemin yang melingkari bahunya. Bulu kuduk nya merinding hanya dengan menyadari bahwa Jeno masih setia mengawasi keduanya saat ini.

"Aku akan menikah."

"Apa?!"

"Ya.. Aku akan segera menemui mu di Seoul."

"Hyung gila?! kalau begitu kenapa Hyung repot-repot menjebak ku seperti itu untuk datang kemari!"

Jaemin mengaduh kesakitan saat tiba-tiba saja Minhyung menyentil dahinya.

"Dasar bodoh, Bibi bilang kau sudah tidak pulang hampir selama tujuh bulan."

Jaemin meringis. Air mukanya masih setia di tekuk masam. Tahu bahwa dia salah.

"Apakah terjadi sesuatu setelah aku pulang tadi malam?" kali ini Minhyung agak sedikit mengecilkan suaranya.

Jaemin mengangguk,"Aku pikir Jeno hyung tidak sengaja menguping pembicaraan kita." kedua pipinya tiba-tiba saja merona, Jaemin salah tingkah dan refleks memeluk Minhyung lagi untuk menyembunyikan wajahnya yang memerah.

"Hyung aku-aku malu sekali!" tuturnya teredam,"Tidak ada yang menjamin bahwa Jeno hyung mungkin juga mendengar tentang aku yang menyukainya."

tbc

tbc

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Brother-in-law Zone !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang