Bab 09

24 6 0
                                    

Author POV

Pergi! Aku benci kamu, Raka. Raka pembohong! Kamu nggak ingin aku bahagia, kamu cuma pengen bikin aku nangis.

Kata-kata yang diucapkan Dyandra dalam linangan air mata, terus terputar di memory Raka. Berhari-hari lamanya sejak pernikahan yang chaos. Tentu saja, pernikahannya batal. Tak ada yang berhasil membujuk Dyandra. Gadis itu betul-betul keras kepala. Raka sampai heran, kemana perginya Dyandra yang manis dan penurut?

"Sorry, udah lama nunggu?"

Raka mengangkat kepala, menatap laki-laki yang baru saja duduk di hadapannya. Tentu saja sapaan barusan sekadar basa-basi. Tadi pagi Doni mengirim sms, mengajaknya bertemu di Kafe Diskusi pada jam makan siang.

"Lo udah pesan makanan?" tanya Doni.

"Langsung aja, lo mau ngomong apa?" balas Raka.

Doni mengangguk. Setelah menyebutkan pesanannya kepada pelayan, ia menatap Raka lurus-lurus dengan mimik wajah serius. "Lepasin Dyandra, biarin dia bahagia sama gue. Hubungan kalian sudah lama berakhir. Jangan bebani Dyandra dengan kenangan buruk masa lalu kalian."

"Lo bisa membahagiakan dia?" balas Raka, berusaha bersikap tenang meski Doni memancing emosinya sejak awal.

"Tentu aja!" jawab Doni. "Nggak seperti lo, gue bisa bikin Dyandra bahagia." lanjutnya terdengar sinis.

Raka mengangguk. "Oke, gue lepasin Dyandra." balasnya. "Pastikan lo jaga mulut busuk lo itu. Jangan sekali-kali menyebutnya sampah, rusak, atau sejenisnya. Ngerti lo?" lanjutnya tajam.

Kedua tangan Doni terkepal, emosinya tersulut sudah. Tapi Raka nggak peduli, dia harus mengucapkannya kalau menginginkan Dyandra bahagia. Dengan ucapan itu pula, ia menyudahi pembicaraan mereka.

"Jangan muncul lagi di depan Dyandra!" kata Doni, tiga meter jauhnya di belakang sana.

"Dyandra nggak akan pernah lihat gue lagi." sahut Raka sambil lalu.

💔💔💔

"Tante, tolong izinkan saya bertemu Raka."

"Raka nggak ada, Dy."

Sayup-sayup Raka mendengar suara Dyandra yang berulang kali memohon kepada ibunya. Ini sudah entah hari keberapa, sejak seminggu setelah pernikahan Dyandra batal. Wanita itu terus berusaha menemuinya di rumah, di kantor, di cafe langganan Raka, di setiap tempat yang mungkin dikunjunginya. Namun nggak sekali pun Dyandra berhasil menemuinya. Seolah semesta pun merestui keinginan Raka untuk menghilang dari kehidupan gadis itu.

"Saya tahu Raka ada di rumah!" sahut Dyandra, menerobos masuk diikuti mama. "Raka, Raka buka pintunya!" Ia menggedor-gedor pintu kamar, tempat Raka duduk bersandar di lantai sekarang. "Raka, buka pintu!" pintanya, diiringi isakan.

"Raka, aku tahu kamu di dalam." Dyandra kembali mengetuk pintu. "Raka maafin aku. Aku tahu aku salah. Harusnya hari itu aku nggak kekanakan, nggak maksain kamu untuk datang ke pesta pernikahan kak Rachel."

"Raka, maafin aku, please.... Aku akan menuruti semua kata-katamu. Aku nggak akan membantahmu." sambung Dyandra. Tubuhnya merosot, duduk di atas lantai, bersandar pada daun pintu yang tertutup rapat. "Buka pintunya, Raka! Aku cinta kamu. Aku nggak bisa hidup tanpa kamu." lanjutnya, mengetuk pelan.

MelewatkanmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang