Bab 12

41 3 4
                                    

Sudah tiga hari sejak ia berpisah dengan Raka, namun pria itu belum juga menghubunginya. Oke, Dyandra harus realistis, memang Raka nggak memiliki nomor teleponnya. Dan meski ia menyimpan nomor HP pria itu, Dyandra terlalu gengsi untuk menghubunginya duluan. Paling tidak, ia harus memberi jeda waktu, agar nggak terlihat ngebet sama Raka.

Dyandra mengurungkan langkahnya ke kamar, beralih mengikuti Vedyra yang menaiki tangga menuju roof top. Ia pun duduk di sebelah gadis itu, yang sedang membaca majalah di gazebo.

"Ve, kamu kenal Raka?" tanya Dyandra sembari memangku gelas coklat panasnya.

Vedyra menoleh. "Raka yang mana?"

"Raka Arshad Rayyan." jawab Dyandra.

Beruntung hari itu Raka memberitahukan nama lengkapnya. Kalau nggak, entah berapa banyak orang bernama Raka yang Vedyra kenal.

Namun Vedyra nggak langsung menjawab, malah mengamatinya beberapa lama. Bikin Dyandra salting seketika. "Ya, dia kakak kelasku. Kenapa, lo kenal dia juga? Kok bisa?"

Ditanya begitu, Dyandra seperti diingatkan pada momen perkenalannya dengan Raka. Bagaimana mereka menghabiskan waktu bersama-sama selama liburan di resort. Bagaimana ia berciuman dengannya. Astaga, mengingat momen itu membuatnya bersemu. Apalagi bila harus memberitahu statusnya yang sudah berpacaran sekarang.... Nggak, Dyandra nggak mau diledek oleh adiknya!

"Nggak sengaja ketemu kok." dustanya.

"Ketemu dimana?" tanya Vedyra, malah tampak tertarik.

"Di," Dyandra memutar otak. "Di toko buku."

Dengan begitu Ve terlihat puas, dan nggak bertanya-tanya lagi. Ia pun mengusir kegugupannya dengan menyesap cokelat panas.

"Dia orangnya kayak gimana sih?" tanyanya penasaran.

Mereka jadian hanya dalam waktu 48 jam! Dyandra belum terlalu mengenalnya. Kalau Raka ternyata playboy, dengan senang hati ia akan melarikan diri. Mumpung dia belum jatuh cinta setengah mati pada pria itu.

Vedyra menoleh. "Ya, gitu! Pinter, jago basket, hobi fotografi."

Dyandra manggut-manggut. Ia nggak kaget mengetahui hobi Raka, tapi hatinya berdesir mendengar kepiawaian pria itu bermain basket dan juga pintar. Apalagi Vedyra bukan tipe orang yang suka memuji. Kalau memang jelek, ia akan berkata jelek. Begitulah adiknya.

"Dia terkenal, ya, di sekolah?" lanjut Dyandra.

"Ya." jawab Vedyra.

"Banyak cewek yang suka?" imbuhnya.

Vedyra mengernyit, memandanginya lama. Apa adiknya mulai curiga? Memang seharusnya Dyandra lebih menekan rasa cemburunya.

"Banyak." jawab Vedyra.

Dyandra membuang napas lelah. Ya, memang apa yang diharapkannya? Cowok sekeren Raka nggak mungkin nggak ada yang naksir.

"Kenapa sih?" tanya Vedyra menyelidik.

"Nggak kok." jawab Dyandra.

"Bilang aja, ada apa? Nggak biasanya lo ngomongin cowok. Gue hampir yakin lo lesbian." bujuk Vedyra.

Dyandra mendengus. Enak aja Vedyra menyebutnya lesbian! Coba adiknya tahu tiga hari lalu ia berciuman dengan Raka. Astaga, kenapa jadi belok kesana?

💔💔💔

Raka sedang duduk santai di taman, seraya melihat foto-foto Dyandra yang diambilnya ketika liburan di resort weekend lalu. Sudah empat hari sejak mereka berpisah, dan gadis itu belum juga menghubunginya. Ia kesal pada diri sendiri, karena lupa meminta nomor teleponnya.

MelewatkanmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang