Melewatkanmu 16

13 1 0
                                    

Raka nggak berencana untuk memulai hubungan baru secepat ini. Namun kehadiran Diane mengubahnya. Ia pikir, nggak ada salahnya membuka lembaran baru sekarang. Lagipula Diane dan kedua orangtuanya begitu baik padanya.

"Selera kamu nggak pernah mengecewakan mama, Raka." bisik mama memuji.

Saat ini mama dan Rena sedang mengobrol dengan Diane di ruang makan rumahnya. Rasa excited yang sama yang mereka tunjukkan kala mengobrol dengan Dyandra dulu, saat pertama kali ia membawa gadis itu ke rumah. Oh sial, bagaimana tiba-tiba nama Dyan muncul dalam ingatannya? Raka menggeleng, berusaha menghapus pikiran ngawurnya. Diane adalah kekasihnya sekarang, untuknya Raka akan membuka hati.

"Mama dan Rena nggak capek? Nggak mau istirahat dulu?" tanya Raka, memotong obrolan ketiganya.

"Ish, kak Raka ini maunya memonopoli kak Diane! Mentang-mentang pacarnya cantik." gerutu Rena.

"Sudah Rena. Raka benar, sebaiknya kita istirahat dulu. Kamu juga belum mandi, bau banget!" sahut mama.

"Masa sih Ma?" balas Rena terkejut. Ia mengendus tubuhnya sendiri. "Eh iya, bau." lanjutnya nyengir malu. "Ya udah, Rena mandi dulu ya, Kak. Kak Diane jangan pulang dulu. Nanti kita ngobrol lagi." kata Rena, selanjutnya berlalu bersama mama yang menarik tangannya meninggalkan ruang makan.

"Sorry, keluargaku terlalu excited sama kamu." kata Raka, usai mama dan Rena menghilang.

Diane tersenyum. "Nggak apa-apa. Aku senang. Kayaknya mereka lumayan suka aku. Dari semalam aku udah deg-deg-an, takut mereka nggak suka sama aku."

Raka tertawa mendengarnya. "Well, mama dan adikku itu bisa dibilang pemuja kecantikan. Tentu aja mereka suka kamu!"

"Mereka juga cantik, Raka." sahut Diane. "Apalagi Rena, cantik banget. Aku kira dia bintang film tadi!"

Raka tertawa. "Bisa dibilang, gara-gara dia, aku punya standard tinggi tentang perempuan cantik." jawabnya. "Teman-temanku sampai ngatain aku homo, karena nggak pernah tertarik sama perempuan sampai aku SMA." imbuhnya.

Diane tersenyum. "Terus, apa akhirnya kamu ketemu perempuan yang bikin kamu tertarik?"

Raka mengangguk. "Ya. Pacar pertamaku."

"Namanya siapa?" tanya Diane penasaran.

Raka tersenyum. "Dyan."

"Diane? Bukan aku kan?" balas Diane seraya mengernyit kening.

Raka tertawa. "Namanya Dyandra."

"Oh.... Aku hampir geer tadi." sahut Diane.

Raka hanya tertawa mendengarnya.

"Lalu apa kalian putus?" tanya Diane.

"Begitulah." jawab Raka.

"Kenapa?" tanya Diane.

Raka menghembuskan napas kasar. "Akunya brengsek."

Diane tampak tertegun. Entah apa yang ada di pikirannya hingga jadi membisu.

"Di," panggil Raka.

"Eh?" sahut Diane. "Ah, itu, brengsek gimana?" tanya Diane.

"Aku sering telat saat kami janjian. Aku egois, nggak paham betapa pentingnya resepsi pernikahan kakak sepupunya. Semacam itu." Raka memberi penjelasan singkat.

"Oh ya? Aneh sekali, padahal kamu selalu tepat waktu, Raka." balas Diane.

Raka tersenyum. "Aku berusaha memperbaiki diri."

"Dan dia nggak mau ngasih kesempatan kedua?" tanya Diane.

Raka menggeleng. "Kupikir dia lebih baik bersama pria lain."

MelewatkanmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang