03. Keputusan

66 7 0
                                    

Do you think I'll be okay without you? Are you okay without me? The world without you is so hard, that I blame myself for still breathing. What should I do? Lyric itu ingin Dyandra sampaikan kepada Raka, ketika mereka berdebat dalam bab ini. Kenapa Raka nggak bisa mengerti bahwa dia begitu mencintainya? Kenapa Raka ingin melepaskannya untuk pria lain? What should I do? You might be want to listening this song while reading the story.

💔💔💔

Akad nikah tengah berlangsung. Mendengar kalimat penyerahan dari penghulu kepada Doni, membuat Dyandra seolah sedang berdiri di tepi jurang nan curam. Membuatnya ingin terjun saja dan mati di dasar kegelapan.

Perlahan-lahan ia menyesali keputusan bodohnya mengiyakan pinangan dari Doni. Sedari awal ia memang sudah merasa aneh, pernikahan ini terlalu terburu-buru. Ia dan Doni baru setahun berpacaran, dan sejujurnya ia tak pernah bisa mencintai pria itu.

Baiklah, Doni memang pria yang baik, perhatian, sabar,... sebut saja semua sifat yang wanita harapkan dari pasangan--Doni memilikinya. Tapi Dyandra justru merindui saat-saat dirinya menunggu Raka yang ngaret saat janjian. Dyandra justru merindui ketidak berdayaannya menolak setiap keinginan Raka. Dyandra justru merindui rasa jengkelnya kepada Raka yang nggak peka. Dyandra justru merindui saat-saat ia dengan bodohnya mengejar-ngejar pria itu di sepanjang koridor kampus untuk meminta maaf, padahal Raka lah yang bersalah.

Dyandra merindukan Raka. Raka yang cuek, Raka yang egois, Raka yang nggak romantis. Tapi Dyandra nggak peduli! Ia hanya butuh Raka untuk berada di sisinya. Raka nggak perlu jadi sempurna.

💔💔💔

"Saya terima nikah dan kawinnya--" ucap Doni, terhenti oleh isak tangis Dyandra yang terdengar jelas dari tempat duduknya. Bahkan sepertinya nggak hanya Doni yang mendengar, para tamu undangan berkasak-kusuk hingga penghulu harus mengulang kembali kalimat penyerahannya, guna memperoleh ijab-kabul yang sah.

"Saya terima nikah dan kawinnya Dyandra--" kalimat Doni kembali terputus, karena Dyandra meninggalkan tempat duduknya.

"Demi Tuhan, hentikan!" teriak Dyandra, yang kini berdiri di hadapan Doni yang luar biasa tercengang dengan aksinya.

"Apa yang kamu lakukan Dyandra?" tanya Doni.

"Ini salah." jawab Dyandra.

"Apa yang salah?" tanya Doni semakin bingung.

"You can't marry me!" jawab Dyandra. "I'm trying to take this, but I can't. Aku nggak mencintaimu, Doni." lanjutnya.

Doni terkejut. Ya, ia tahu Dyandra masih mencintai Raka. Tapi bukankah selama satu tahun ini ia sudah berusaha keras untuk membuat Dyandra balas mencintanya?

"Kamu tahu aku nggak mempermasalahkan itu, Dy. Aku bisa menunggu sampai kamu balas mencintaiku." Balas Doni, lembut.

"Mungkin itu bukan masalah buatmu, tapi itu masalah buatku." Balas Dyandra. "Dan kamu nggak perlu buang-buang waktu untuk menungguku, aku nggak mencintaimu."

"Dy," Doni hendak membujuk.

"Selamanya, aku nggak akan pernah mencintaimu!" imbuh Dyandra.

Doni menggeleng-gelengkan kepala. "Kamu nggak bisa begini, Dy! Kamu udah setuju untuk menikah denganku."

"Aku nggak bisa menikah denganmu." Sahut Dyandra.

Doni mencengkeram kedua pundak gadis itu kuat-kuat. "Kamu bukannya nggak bisa, kamu nggak mau! Iya kan? Karena kamu masih tergila-gila pada cowok brengsek itu. Iya kan?"

Dyandra membelalak. "Raka nggak brengsek!"

"Oh, tentu aja dia brengsek!" sahut Doni. "Hanya kamu yang nggak bisa lihat betapa brengseknya dia, karena kamu kelewat memujanya."

MelewatkanmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang