Suara ketukan pada pintu kamar kos membuat Linka yang tengah memasang sprei di tempat tidur seketika menoleh, dan ia hentikan kegiatannya sejenak.
“Linka, sini keluar dulu, dong!” Vokal yang Linka yakini adalah milik Jihan kemudian menyertai.
Mendengar apa yang Jihan katakan, Linka pun gegas lanjut menyelesaikan pekerjaannya seraya menyahut, “Iya sebentar, Jihan.” Setelahnya gadis itu merapikan rambut sesaat, yang semula ia cepol asal menjadi diikat kuncir kuda. Barulah ia beranjak untuk membukakan pintu.
Figur Jihan dengan rambut pendek sebahunya langsung menyambut Linka. Namun, ketika pandangan Linka tak sengaja tertuju pada ruang tamu, ia sudah menemukan Maira yang ternyata tengah berada di sana. Bahkan langkah-langkah yang menuruni anak tangga pun terdengar hingga akhirnya mereka-mereka menampakkan batang hidung di lantai bawah. Kening Linka pun segera berkerut. Kenapa semuanya berkumpul seperti ini?
“Ah, lo pasti bingung ya, liat yang lain pada kumpul gini?" terka Jihan yang tampaknya dapat membaca raut wajah Linka. “Nggak papa nggak papa, wajar, elo kan emang baru di sini. Makanya, gue nyamperin lo sekarang, Ka.”
“Jadi, ada apa, Han?” tanya Linka kemudian.
“Gini, Ka. Berhubung pekan ujian udah lewat, penghuni Kos Ibu Dina ini emang suka banget bikin perayaan kecil-kecilan. Bukan yang gimana-gimana, kok, kita cuma bakalan makan-makan rame-rame. Tapiii, dengan syarat lo harus ikut patungan kalau mau ikut nikmatin. Jadi, gimana, Ka? Lo nggak mungkin nggak ikut gabung, dong?”
Berdasarkan penuturan Jihan, bertambahlah satu lagi hal yang baru Linka ketahui terkait kos milik Bu Dina dan apa-apa saja yang ada di dalamnya. Linka baru tahu kalau ada kegiatan perayaan seperti itu, yang sudah jelas merupakan sesuatu yang mustahil akan dilakukan di kos lamanya. Jumlah penghuni yang sedikit nyatanya justru lebih mudah membentuk ikatan kekeluargaan yang kuat hingga terciptanya kehangatan. Lagi-lagi, ingin Linka sampaikan bahwa ia benar-benar tak menyesali kepindahannya.
Maka dari itu, Linka pun menyunggingkan senyum kecil sambil menyahut, “Aku ikut.”
“Yeay!” sorak Jihan sambil bertepuk tangan senang, setelahnya ia menarik Linka ke ruang tamu tanpa sempat menutup pintu dengan rapat. “Nah, kalau gitu lo harus ikut diskusi bareng-bareng buat nentuin makanan yang bakal kita beli.”
“Kak Linka, sini!” Tampak Erga yang terduduk di sofa menepuk-nepuk ruang kosong di sebelahnya. Godaan-godaan pun lekas bermunculan, tetapi makian yang ditujukan pada Erga malah berjumlah lebih banyak.
“Hadeh, Ga, entar kalau Linka tiba-tiba pengin pindah gara-gara lo bikin nggak betah, baru tau rasa lo!” Ucapan itu datang dari Maira yang baru kembali dari dapur seraya membawa segelas air putih. Ia kemudian menarik paksa lengan Erga agar laki-laki itu bingkas dari sofa. “Nah, sini, Linka, dedemitnya udah gue usir.”
“Ih, Kak Mai, jahat banget sih lo,” ujar Erga sambil memasang wajah cemberut. Ia tak terima, tetapi tak bisa melakukan apa pun sebab Maira tampaknya lebih membuat ia takut ketimbang dua penghuni laki-laki yang lebih tua darinya--Luki dan Zefran.
KAMU SEDANG MEMBACA
See You After Midnight [END]
Romance[Reading List @RomansaIndonesia Kategori Cerita Bangku Kampus - Oktober 2023] Hanya butuh waktu singkat bagi Linka Drisana untuk jatuh cinta pada Aldio Zefran Waranggana, seorang kakak tingkat dengan sejuta pesona. Bukan soal fisik belaka, melainkan...