5. Aku bukan Tjiana!

1.3K 12 0
                                    

Hiiiii ❤️🫡

Jangan lupa Vote dan beri komentar jika kamu menikmati cerita ini ✨️❤️
Enjoyy 💫

__________

Setelah permainan lidah yang berujung pergulatan badan semalaman. Aku bangun lebih dulu dari Antoni. betapa sakit dan lemasnya diriku setelah di gempur habis-habisan olehnya. Tapi harus aku paksakan untuk cepat bangun, mandi dan bersiap ke tempat kerjaku.

Tiga puluh menit lebih aku pakai untuk mandi, mempersiapkan kebutuhan kerjaku bahkan untuk mempersiapkan apa yang si tuan besar konsumsi pagi hari ini.

Dua potong roti bakar dengan selai cokelat kesukaannya dan tidak lupa juga susu protein yang biasa dia minum, aku letakan di atas nampan dan ku bawa masuk dalam kamar tempat dimana ia berada.

Masih dengan tubuh tanpa balutan apapun. Dia terlihat begitu serius mengotak-atik ponselnya.
Duduk di atas kasur yang sangat-sangat berantakan.

Aku berdeham supaya atensinya beralih dari ponsel dan berhasil. Ia menatapku.

"Masih bisa jalan?" tanyanya dengan nada meremehkan.

"Aku bukan Tjiana - si pelacur yang sering kau tiduri yang langsung ambruk ketika dimasuki oleh kejantananmu itu." Tandasku cepat.

Dia berdecih, "Omong kosong!"

"Kurasa berdirinya aku di depan mu saat ini cukup membuktikannya." Ledekku.

"Ka--"

"Cepatlah bangun dan makan sarapanmu. Aku harus pergi bekerja." Sergahku cepat kemudian mengambil tas yang biasa ku pakai lalu pergi meninggalkannya yang masih diam di tempat tidur.

***

Hari yang indah dan sangat berharga untuk memulai perkerjaanku dari pada meladeni ocehan Antoni.

Bertemu dengan anak-anakku di tempat kerja lebih berguna dari pada berlama-lama diam di apartemen.

Tempat kerjaku di sekolah. Aku berprofesi sebagai seorang guru. Biasanya aku dipanggil bunda oleh anak-anak muridku.

Aku senang dengan senyuman mereka, wajah polos mereka ketika bertanya,
Tawa mereka ketika bermain pronsotan itu benar-benar mendatangkan kebahagiaan dalam diriku.

Ya setidaknya kerinduanku untuk memiliki seorang anak sedikit terobati dengan kehadiran mereka.

"Selamat pagii bundaaa..." teriak mereka semua ketika aku masuk dalam ruang kelas.

"Iyaa, selamat pagi semua." Mulutku membentuk sebuah senyuman.

"Bundaaa, ine rindu..," lirih anak kecil yang duduk di kursi deretan paling belakang.

"Iyaa Ine. Bunda juga merindukanmu dan kalian semua. Mau peluk bunda?" Kataku sambil mengedipkan mata.

"Mauuuuuu..."

Serempak mereka datang ke arahku dan memelukku.

"Kalian baik?" Tanyaku dalam pelukkan mereka.

"Nggak bunda."

"Kok nggak baik? Kenapa?"

Ine kembali berujar dengan sedikit berbisik "Bunda dari tadi di jendela ada om-om jahat bundaa, mereka liat sini terus."

Aku tergelak. Dengan cepat ku palingkan wajahku ke arah yang Ine maksud. Dan benar ada tiga orang yang berdiri di luar dekat jendela.

"Tenang yaa. Mereka tidak jahat kok. Nanti bunda yang bicara dengan mereka yaa."

Aku mencoba mengusir ketakutan mereka. "Sekarang duduk yang manis di tempat duduk kalian nanti bunda bagikan cokelat yang enak untuk kalian." Bujukku.

Dan dengan berlari mereka menuju ke tempat duduk mereka masing-masing.

***

Aku keluar dari ruangan dan langsung menghampiri ketiga orang tadi.

"Maaf nyonya, kami hanya menjalankan perintah tuan Antoni." Ujar fasko, salah satu dari tiga orang tadi.

Memang benar. Ketika kuliat ke arah mereka tadi dari dalam kelas. Aku sudah mengenal mereka bertiga. Mereka adalah anak buah Antoni.

"Ya. Tidak apa-apa." Jawabku pada mereka.

Aku menjauh sedikit dari mereka lalu dengan cepat mendial nomor ponsel Antoni.

“Bisakah kau berhenti menggangguku?!” tukasku ketika panggilan tersambung.

“Aku tidak sedang mengganggumu sayang.”

“Murid-muridku takut melihat anak buahmu, brengsek!”

“Ibu guru tidak boleh kasar bicaranya.” Peringat Antoni kepadaku.

“Pengecualian untukmu!” bentakku dengan kesal.

***

Tbc.

Sampai jumpa di chapter selanjutnya 🫡


AnayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang