Hai guys. Apa kabar? Semoga sehat² yaa. 🫡
Perlu diketahui bahwa tanda kita sehat itu,
salah satunya ketika menikmati karya tulis orang lain kita mampu jadi readers yang mengapresiasi karya tulis tersebut dengan vote dan komentar kita 🤗Untuk itu, jangan lupa Vote dan beri komentar jika kamu sehat dan menikmati cerita ini yaa ✨️❤️
Enjoyy 💫
21+ ⚠️
________________________
Pikirku mudah untuk menggali informasi dari Rita. Tapi ternyata tidak. Aku makin dibuat bingung sekaligus takut olehnya.
Apa Rita cenayang?
Kenapa dia bisa mengetahui apa yang aku pikirkan?
Ini sungguh di luar dugaanku.Tapi kalau aku takut padanya bisa-bisa Rita akan menganggap remeh diriku. Tentu ini tidak bisa. Tak kan ku biarkan.
Kunetralkan kembali keterkejutanku. Mencoba biasa saja kemudian memulai obrolan kembali.
“Kenapa kau terlalu percaya diri mengatakan aku sedang menggali informasi keluarga Maner darimu?” Elakku sembari menatap penuh minat matanya.
“dan ya, Mengenai Tjiana yang ternyata bukan pelacur Antoni, itu bagus! Aku sangat berterima kasih padamu untuk informasi itu.”
Aku mendekat kembali ke arah Rita dan berbisik tepat di telinganya. “Setidaknya itu berarti aku bebas melakukan seks dengan Antoni tanpa pengaman lagi.”
Rita tersenyum kikuk padaku, “maafkan kelancanganku berbicara, Nyonya.”
“Tidak masalah Rita. Aku begitu menikmati pembicaraan kita kali ini. Udang saus padang ternyata cocok juga dengan pembicaraan kita ini.” Celetukku.
Sepiring penuh udang saus padang yang tadi berisi kini sudah habis. Gertakan cerita Rita tadi tidak aku indahkan.
Rasa penasaran mengenai hutang keluargaku pada keluarga Maner masih sangat melekat. Dan aku percaya itu semua akan segera terungkap.
Rita kembali ke dapur dengan membawa peralatan bekas makan malam aku tadi.
Tinggallah aku dalam kamar sembari menunggu kedatangan Antoni.Perut yang telah terisi makanan memproses kinerja otakku untuk mendatangkan rasa kantuk.
Dentingan jam di dinding kamar pun seolah berdenting hanya untuk mendukung rasa kantuk itu terserap oleh seluruh bagian tubuhku.Dengan perlahan kusandarkan kepalaku ke tangan sofa dan menuntun mataku untuk segera menutup.
Aku bergerak sedikit untuk mencari posisi nyaman sampai pada akhirnya dengkuran pelanku memenuhi kamar.
****
Bunyi berisik dari suatu benda berhasil membangunkanku. Dengan nyawa yang belum sepenuhnya terkumpul, ku paksakan tanganku menggapai benda itu. Cukup lama tanganku mencari sumber suara itu namun tak kunjung ku dapat.
Aku memilih mengabaikannya dengan bergelung kembali dalam selimut.
"Apa kau tidak akan bersiap-siap ke sekolah, bunda guru?" Suara bariton yang sangat kukenal mengalun indah bersamaan dengan berhentinya bunyi berisik yang menggangguku tadi.
Mataku yang tadinya sayu seketika langsung terbuka lebar. "Kau sudah kembali?" kataku seraya mengatur posisi untuk duduk di sofa.
"Ya, lima belas menit yang lalu." Jawab Antoni.
"Suara berisik apa tadi?"
"Alarm yang sengaja di setel seseorang dengan catatan — waktunya bangun Nay anak-anakmu menunggu di sekolah!!"
Menepuk jidat, "astaga, alarm di ponselku ya? Ish dasar Anaya pelupa!" gumamku pelan.
"Jadi sekarang jam berapa?" tanyaku sambil melihat ke arah Antoni yang sedang membuka pakaian kerjanya.
Aku dilirik sebentar olehnya, "jam lima subuh," jawabnya kemudian.
Antoni berjalan ke arahku ketika ia selesai menanggalkan semua kain yang menutup tubuhnya.
Ini adalah kebiasaan gilanya. Tidur tanpa menggunakan pakaian dan tanpa rasa malu dia mengendongku dan membawa ke atas tempat tidur."Apakah hari minggu juga termasuk hari ke sekolah, Bunda guru?" tanyanya sambil memelukku.
"Ini hari minggu?" Aku balik bertanya padanya.
Bukannya menjawab, dia malah mengambil ponselnya di atas nakas dan memperlihatkan kalender padaku.
Alisnya diangkat satu, "see?" Ujarnya kemudian mematikan layar ponselnya dan kembali memelukku erat."Aku ingin di usap-usap," pintanya padaku.
Ku arahkan tangan kiriku ke punggungnya dan mulai menggerakkan telapak tanganku ke atas dan ke bawah membentuk sebuah usapan ringan di kulit punggung Antoni.
"Kau tidak bertanya kenapa aku pulang sangat terlambat?"
"Tidak sekarang, besok saja."
Usapan yang ku berikan di punggungnya ku ubah jadi belaian manja yang bergairah.
"Mau ciuman." Aku berbisik pelan di telinganya.
Aku memulai ciuman itu dengan kecupan kecil di wajahnya. Kulihat dia mengerang tertahan akibat kecupan itu.
Perlahan ku tuntun bibirku untuk bertemu dengan bibir Antoni. Dia menyambutnya dengan gairah.
Lidah kami saling memuaskan. Aku memainkan rambut Antoni di tengkuknya, dengan pelan ku dorong kepalanya masuk ke dada ku.
Seakan tahu maksudku, Antoni mulai menjilat puncak payudaraku yang masih tertutup dengan baju tidur satin yang ku pakai.
Lidahnya bergerak memutar dan membasahi area puting dengan salivanya. Putingku tercetak jelas di balik baju tidur itu.
"Boba ini menantangku sayang." Ujar Antoni sambil mengusap kedua putingku dengan telunjuknya.
"Lihat itu! Mereka semakin tercetak jelas di balik bajumu sayang," celutuknya lagi.
Aku ngilu dibuatnya. Perlahan aku menuntun tangan Antoni untuk melepas pakaianku dan langsung di lakukan olehnya.
Tidak ada kain yang tersisa di tubuhku.
Aku merangkak naik ke atas tubuhnya dan mulai menyapukan payudaraku dari jidatnya pelan-pelan turun ke hidung, mulut, kemudian leher ke bawah lagi ke bawah sampai di kedua buah zakarnya.
"Bobamu lebih besar sayang, lihat! Dia memanggilku untuk mengunyahnya."
___________________
Tbc,
Sampai jumpa di chapter selanjutnya 💦
KAMU SEDANG MEMBACA
Anaya
Любовные романыRomantic adult stories (21+). Bijaklah dalam memilih bacaan‼️ ____________ Bagi Anaya dipaksa menikah itu sangat mengerikan apalagi dipaksa menikah tanpa alasan yang jelas. Hal itu mengharuskan dirinya untuk terus menyusun rencana melarikan diri aga...