13

537 62 0
                                    

Perburuan telah berakhir saat ini. Para peserta diminta untuk kembali ke istana Luminaira untuk menghadiri perjamuan yang diselenggarakan disana.

Dalam perjalanan, ke-6 pangeran elemental itu sedang membahas sesuatu yang penting. Entah apa yang mereka bahas karena mereka menggunakan kekuatan mereka untuk menghalang suara mereka terdengar oleh orang lain.

Sesampainya di istana Luminaira, semua diarahkan menuju kamar masing-masing. Saat mengikuti arah yang ditunjukan oleh pelayan, mereka melewati kamar yang sebelumnya ditempati Gempa.

" Permisi."

" Ya pangeran Blaze ada apa?"

" Apa orang yang ada dikamar ini sudah pergi?"

" Ya pangeran orang yang menempati kamar ini sudah pergi 2 hari yang lalu."

" Begitu ayo lanjutkan."

" Baik pangeran."

' Sudah pergi ya.'

" Sebentar."

" Ya pangeran ada lagi yang ingin ditanyakan?"

" Apa putri Polyleia juga kembali?"

" Putri Polyleia kembali?! Tapi sejak kemarin putri tidak kembali hamba pikir putri masih mengikuti perburuan."

' Bagaimana bisa?"

" Apa putri tidak meninggalkan pesan?"

" Tidak pangeran saya berani sumpah jika kami tidak mendapatkan surat apa pun."

' Apa dia langsung kembali ke istananya.'

" Baiklah ayo lanjutkan."

" Baik."

' Kemana perginya gadis ini kenapa dia tidak meninggalkan pesan kembali? Lalu Gem apa dia sudah sampai sekarang?'

Sementara itu, di tengah hutan tak bernyawa seorang berbaju hitam sedang bersandar pada sebuah pohon kering.

Dari arah berlawanan, sebuah panah melesat dengan cepat. Jika saja orang tersebut tidak merasakan kecepatan angin pada panah mungkin saja panah itu akan tertancap tepat di tenggorokannya.

" Melawan diam-diam."

" Mana mungkin aku melawan diam-diam kau sangat diagungkan sementara aku, aku hanya sebuah batu yang bisa kau loncati," jelas penyerang sambil membungkukkan badannya memberi hormat.

" Hm...apa yang kau inginkan memanggilku kemari?"

" Apa yang agung ini mengetahui ' Gudang  Persenjataan dan Ilmu Beladiri,' yang sangat terkenal itu?"

" Semua orang yang ku temui selalu bertanya mengenai gudang itu, apa yang sebenarnya kalian inginkan?” sembari mengarahkan pedangnya ke leher orang tersebut.

" Tuanku aku hanya penasaran dengan salah satu teknik yang sangat terkenal itu."

Mendengar hal itu, orang berbaju hitam tadi mundur beberapa langkah dari orang yang muncul diam-diam tadi.

" Ha...siapa sangka kabar itu juga sampai ditempat seperti ini," menghela nafasnya," aku tidak akan memberitahu mu karna aku sudah bersumpah untuk tidak memberitahukan pada siap pun," setelah mengatakan hal itu, orang berbaju hitam itu hendak pergi meninggalkan yang lain namun dihentikan oleh suara lawan.

" Kenapa tuan apa anda tidak akan memberi tahu pada yang malang ini? Apa karena kunci 'gudang tersebut terpecah menjadi 6?"

Tepat setelah pertanyaan itu selesai, sebuah pedang melesat tepat didepan leher lawan.

' Siapa dia bagaimana dia tau?'

" Apa yang kau bicarakan kunci itu hanya ada 1 tidak terbagi dan kunci itu berada ditempat yang paling aman."

" Apa tuanku ingin melawanku? Master....."

" Kau tau identitas ku?"

" Tentu saja kau sangat terkenal dengan teknik yang ku maksud tadi."

" Mari kita bertarung siapa yang kalah harus menyerah."

" Baiklah."

Dan pertempuran pun terjadi di hutan tak bernyawa itu.

Sebuah kuda dengan sang penunggang memasuki halaman sebuah istana. Suasana istana yang sepi, sunyi, dan gelap. Tidak ada orang yang menyambutnya diawal bahkan sampai didepan pintu masuk istana tidak ada sama sekali pengawal ataupun pelayan.

Meninggalkan kuda didepan dan langsung melesat masuk ke dalam istana. ' Kenapa gelap sekali disini?' mulai berjalan melihat apa ada orang di dalam.

Tepat disebelahnya sebuah kamar dengan pintu sedikit terbuka menarik perhatiannya. Mendekat kearah pintu dan ia mendengar ada suara didalamnya.

" Kita sudah memasuki istana ini tapi kita belum juga menemukan 'itu' bagaimana sekarang?"

" Tidak mungkin wanita itu tidak memilikinya ia pasti menyembunyikan di suatu tempat dia merupakan keturunannya."

" Kalo gitu ayo kita cari saja wanita itu kan memintanya menyerahkan 'itu' pada kita."

" Hm."

Mendengar langkah kaki mendekat ke arah pintu, orang yang menguping tadi langsung pergi ke lorong yang ada disebelahnya. Pintu terbuka. 2 orang itu keluar dan entah kemana mereka pergi.

Melihat ke-2 orang itu telah pergi, akhirnya ia memutuskan berjalan ke lorong yang ia gunakan saat ini.

" Aku harus menemui ibu," gumamnya.

Lorong yang ia gunakan ini menyambung ke 3 ruangan sekaligus. Mungkin bagi orang lain lorong ini hanya lorong biasa tapi bagi orang yang tinggal di lorong ini pasti tau bagian mana yang menghubungkan ke 3 ruangan itu.

Setelah berjalan cukup lama, ia berhenti tepat didepan sebuah lukisan. Meletakan tangannya dilukiskan itu dan lukisan itu berputar dan sebuah lorong tampak didepannya.

Melangkah masuk ke lorong tersebut dan lukisan kembali ke posisi semula. Tidak butuh waktu lama ia sampai ditempat yang ia inginkan. Kamar ratu sekaligus ibunya. Ternyata para pelayan juga ada di ruangan tersebut.

" Ibu."

Semua perhatian mengarah ke asal suara. Merek tidak percaya dengan apa yang mereka semua lihat. Seorang anak kecil berusia sekitar 5 atau 6 tahun itu berada didepan lorong persembunyian.

Sementara raut wajah ratu bercampur melihat anak terakhir bisa masuk dengan suasana yang sedang kacau.

" Nak."

Tanpa aba-aba atau peringatan sang ratu langsung berlari kearah anaknya dan memeluknya. Sementara yang dipeluk pun langsung membalas pelukan ibunya.

" Apa kau baik' saja nak, bagaimana kau bisa masuk kedalam istana?"

" Aku baik' saja bu apa yang terjadi di sini?"

" Terjadi penyerangan kemarin dan kami semua bersembunyi disini," ucap salah satu pelayan.

" Kemana perginya ayah dan yang lain kenapa tidak apa pengawal sama sekali disini?"

" Ayahmu sedang berperang di daerah lain nak sementara para pengawal beberapa dari mereka ada disini tetapi ibu tidak tau apa mereka selamat atau tidak."

" Sekarang apa yang harus kita lakukan?"

" Sudah ada yang memberi tau ayah?"

" Kami sudah mengirim 1 pengawal untuk memberi kabar."

" Kirim kabar pada yang lain dan minta bantuan menggunakan burung merpati pastikan tidak orang orang itu tidak melihatnya dan untuk sementara kita tetap disini."

Setelah mendengar saran, para pelayan langsung melakukanya menulis surat dan mengikatnya di kaki burung merpati kemudian menerbangkannya.

' Kuharap bantuan segera datang.'

Fùchóu - RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang