18

278 20 3
                                    

" Selamat datang di Kediaman Jiang, saya pemimpin kediaman menyambut kalian dengan senang hati."

" Terimakasih tuan Kai kami senang dengan sambutan anda."

" Terimakasih kembali Pangeran Hali, silahkan masuk kalian akan dipandu ke kamar kalian dibantu oleh pelayan pelayan ini---"

" Dan A-Xiang kau ikut dengan ku aku sudah mendapat pesan dari mastermu mengenai apa yang kau lakukan tadi pagi,"

" Zhuren?!"

" Hm."

" Jika zhuren sudah memberitahu padamu kenapa ia menyuruhku untuk mengatakannya?"

" Pikiran mastermu itu sulit ditebak," ia tersenyum tipis sembari mengingat masa lalunya, " ayo karena acara akan dimulai pada malam hari kalian harus istirahat terlebih dahulu."

Berjalan memasuki kediaman, mereka (kecuali Xiang Qian) kagum dengan apa yang dilihat. Siapa yang akan menduga dari luar terlihat biasa saja namun saat masuk mereka langsung melupakan sesuatu.

Terlihat sederhana namun indah, ditengah kediaman terdapat sebuah taman dan ditengahnya terdapat sebuah patung dengan tinggi setara dengan mereka.

Kai Jiang (pemimpin Kediaman Jiang) memimpin jalan mereka disusul dengan Xiang Qian disampingnya. Tepat berada didepan pintu aula Kai berhenti dan berbalik menghadap mereka dan berkata, " sekarang kalian istirahatlah terlebih dahulu melihat kalian datang bersama gadis ini pasti membuat kalian lelah," melirik kearah Xiang Qian sementara yang dilirik hanya membalas tatapan yang ia dapat.

" Aku hanya menggunakan jalan pintas."

" Terimakasih tuan Kai."

" Pelayan antar mereka ke kamar mereka yang telah disediakan."

" Baik tuan mari," pelayan itu berjalan terlebih dahulu dan disusul ke-6 pangeran itu. Sedangkan Xiang Qian, ia harus melapor pada Kai.

==========================================

Disebuah aula terdapat 5 orang berdiri saling berhadapan. Entah apa yang mereka diskusi namun terlihat dari ekspresi mereka sepertinya ini bukan masalah biasa. Mendengar langkah kaki dari arah pintu, kelima orang itu menoleh kebelakang dan membungkuk hormat.

" Salam pada Ketua Lembah Hantu."

" Berdirilah...apa yang ingin kalian bicarakan?"

" Tuan menteri biru telah kembali dan membawa kemenangan bagi kita."

" Itu bagus pastikan menteri biru dan pasukannya beristirahat setibanya disini."

" Baik tuan."

" Roh rubah apa kau tidak ingin memberitahu sesuatu," mengalihkan pandangan pada yang ia panggil.

" Ah tuanku selalu tau apa yang disembunyikan oleh ku," mengambil sesuatu dari jubahnya dan, " hamba hanya ingin memberikan apa yang hamba dapatkan tadi," menyerahkannya pada tuannya.

" Kepingan batu ungu bagaimana kau mendapatkannya?"

" Bawahan ini hanya merasa beruntung saat itu tuanku."

" Kerja bagus kamu dapat kembali ketempat."

" Terimakasih tuanku," membungkuk hormat dan pergi meninggalkan aula.

" Menteri hitam."

" Ya tuanku?"

" Pastikan tempat ini tidak terjadi masalah mungkin aku akan pergi sedikit lebih lama."

" Baik tuan."

" Dan gunakan komunikasi rahasia jika terjadi masalah."

" Baik tuanku hamba pastikan tidak ada masalah selama anda pergi."

" Bagus, ayo Jun Hui kita pergi sekarang."

" Siap master,"pergi mempersiapkan keberangkatan masternya.

' Sudah lama tidak hadir di perjamuan. Oh bukankah tuan tuan yang ada di penginapan kemarin juga hadir. Bagaimana ya reaksi mereka jika melihatku.'

" Lu Mei sedang apa disana?" menyadari jika ada orang lain di aula selain dia.

" Bagaimana Gege bisa tau aku disini?"

" Tentu saja Gege tau karna Lu Mei adik kesayangan Lembah Hantu kemarilah," panggilnya pada gadis kecil dibalik singgasananya.

Melihat kakaknya mengulurkan tangan kearahnya, ia berjalan mendekati dan menyambut uluran tangan itu.

" Duduklah disini," menuntunnya untuk duduk di singgasananya.

" Katakan apa ada sesuatu yang mengganggu?"

" Ge tadi aku saat bermain aku tertidur lalu dalan mimpi itu ada mama dan papa."

" Lalu?" entah ia harus memberi ekspresi bagaimana saat ini perasaannya mendengar adiknya ini saat menceritakan tentang mimpinya.

" Lalu mama dan papa mengajakku bermain. Lalu datang seorang wanita berbaju putih dia cantik sekali."

" Sungguh aku juga ingin menemui mereka."

" Kapan kapan aku akan beri tahu mereka...oh ya wanita itu hanya berbicara 1 kata "kembali" dan setelah itu wanita itu menghilang bersama mama papa."

Ekspresinya semakin tak terlihat terdapat makna dari kata yang diucapkan adiknya tadi namun ia tidak bisa menemukan maknanya.

" Apa mama dan papa mengatakan sesuatu atau wanita itu katakan lagi?"

" Sebentar.....oh aku ingat saat aku bertanya pada mama papa siapa dia mereka hanya menjawab itu orang terdekat kita, lebih tepatnya dekat denganmu ge."

" Dekat dengan ku?"

" Hm ge bukankah kau harus pergi lebih baik cepatlah aku akan kembali bermain."

" Baiklah baiklah apa kau menginginkan sesuatu?"

" Aku hanya ingin gege kembali lebih cepat."

" Ah manisnya baiklah gege akan kembali secepatnya jaga dirimu."

" Iya."

Orang tersebut pergi meninggalkan Li Mei di aula sendirian. Entah orang itu sadari atau tidak, Li Mei yang masih duduk di singgasana kakaknya mulai menangis karena mimpi yang ia ceritakan pada kakaknya.

" Entah apa ini benar atau salah ge masih ada lagi yang ingin ku katakan padamu tapi wanita itu tidak ingin aku memberitahu pada mu."

" Kenapa bibi tidak ingin gege tau?"

" Apa karena gege akan menangis jika ia tau itu bibi?"

" Bukan itu aku hanya tidak ingin gege mu sedih."

" Lalu?"

" Belum waktunya gege mu tau."

" Cepat atau lambat gege akan mengetahuinya dan saat itu terjadi dendam gege semakin besar," kini Li Mei mengatakannya dengan ekspresi serius pada cahaya putih didepannya.

"...aku hanya berharap gege mu kembali secepatnya."

" Aku mengharapkan itu terjadi," turun dari singgasana dan pergi keluar dari aula.

' Jika bukan karena itu pasti dia tidak akan seperti ini,' perlahan sosok putih itu menghilang dari aula.

===============================================================

Fùchóu - RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang