"Ada bercak keunguan di lehermu, apa kau digigit sesuatu?"
Ah sialan bocah manis itu menyadarinya, kupikir dia tak akan memperhatikannya.
"Ah iya, kurasa aku menggarunya terlalu keras. Semalam nyamuk mengigitku dan berakhir dengan aku yang menggaruk nya degan keras karena kesal." ucapku beralasan
Aku tak mungkin menceritakan hal yang tak bisa dipercaya siapapun, terlebih lagi itu hal yang memalukan bagiku.
"Apa sakit?"
"Tidak apa aku baik. Omong-omong kau tidak mau masuk?" tanyaku pada bocah manis itu.
Ok aku menyebutnya bocah manis lagi, pardon me. Kami berdua berdiri di depan pintu dari tadi. Tadinya aku sedang duduk bersantai di ruang keluarga sambil menonton TV sebelum bocah manis ini datang dengan sekotak cookies lainnya.
"Tentu, kalau begitu permisi."
Bocah itu masuk dengan sopannya, tapi sebelum dia berjalan lebih jauh dia tampak memperhatikan sekitar beberapa kali sebelum akhirnya dia berdiri di samping sofa. Kenapa dia tidak duduk.
"Bolehkah aku duduk?"
"Tentu, duduklah di manapun kau mau."
Dia bahkan meminta izin untuk duduk, padahal dia bisa saja langsung duduk begitu saja tanpa harus meminta izin padaku. Memang tidak salah aku menyebutnya bocah manis, ok itu tidak ada hubungannya.
"Aku akan membuat teh."
Setelah beberapa saat, aku tak ingin membuat kalian menunggu dengan monolog ku yang berjalan menuju dapur dengan penceritaan yang mendetail, intinya aku sudah menghidangkan secangkir teh untuknya dan sekarang aku akan menceritakan asal mula bercak ungu sialan ini.
Ini bermula kemarin sore saat aku tak sengaja menjatuhkan pena setelah selesai beres-beres untuk ke sekian kalinya.
"Akhirnya aku menyelesaikan semuanya"
Aku mengangkat kardus berisi barang yang tak ku butuhkan saat ini untuk di simpan di gudang, bagaimanapun aku pasti akan membutuhkannya suatu saat nanti daripada membuang aku lebih memilih untuk menyimpannya.
Setelah selesai dengan acara mengangkat kardus aku pun membereskan buku dan peralatan tulis ku, sialnya aku menjatuhkan salah satu pena merah berhargaku pemberian dari Jin hyeong. Ya meski aku terdengar dramatis tapi bagaimanapun itu adalah pena pertama yang Jin hyeong berikan padaku saat aku berhasil menjual lukisan pertamaku jadi itu sangat berarti bagiku.
Baiklah mari kita lanjutkan dengan diriku yang berusaha mengambil pena yang masuk melalui celah bagian bawah pintu di depan kamar yang katanya kuncinya hilang.
"Sial! Itu pena dari Jin hyeong."
Aku menggigiti kuku jempol tangan kananku ketika aku gelisah. Ok kurasa aku harus menemukan sesuatu yang panjang untuk meraih nya.
Setelah menemukan benda yang dirasakan cocok–gantungan baju, aku berusaha untuk mengambil pena yang terlihat tak terlalu jauh jika dilihat dari celah bawah antara pintu dan lantainya.
"Ah ini tidak sampai."
Kesal karena gagal mengambil pena itu aku membanting gantungan baju itu ke lantai sehingga menimbulkan bunyi 'Tak' yang cukup keras.