Baiklah, darimana aku harus mulai menceritakannya, intinya adalah sekarang aku berada di rumah bocah manis itu, duduk manis dengan secangkir teh hangat di tengah malam ditemani cookies coklat dan si pembuat cookies itu sendiri yang duduk di menemaniku.
"Tidak apa kan aku menginap di sini?" tanyaku memastikan–meminta izin.
Ini benar-benar mendadak, tengah malam aku mengetuk pintu rumahnya dan menerobos masuk seperti dikejar hantu, ya itu tidak salah juga.
"Tentu saja, anggap rumah sendiri hyeong lagipula di rumah ini hanya ada kami bertiga, jadi tidak apa."
Oh, Sunoo itu dia anak yatim piatu dan dia tinggal bersama dengan neneknya juga saudara sialannya yang sedari tadi menatapku dengan tatapan tajam nya, seakan aku ini adalah seorang kriminal.
"Terimakasih banyak, kau sangat baik."
"Tentu hyeong, maaf tapi apakah kau bisa tidur di sofa, kami tidak punya kamar lagi di sini, salah satu kamar sudah jadi gudang dan hanya tersisa kamar nenek dan kamar kami."
"Tak apa, aku baik."
Setelah bercakap-cakap dan berbasa-basi, meraka berdua masuk ke dalam kamar dan meninggalkan ku sendiri di sini dengan ketakutan yang masih menyelimuti ku sejak tadi.
Akan kuceritakan bagaimana aku bisa berada di sini. Setengah jam yang lalu aku berada di rumah, sudah selesai dengan segala rutinitas ku bersiap untuk melambung ke alam mimpi namun sialnya sepertinya hantu itu atau apalah itu tidak bisa melihatku beristirahat walau barang sejenak.
"Ahhh! Mari tidur."
Aku merebahkan tubuhku di atas ranjang, merasa aman setelah hari pertama menyimpan bawang di sudut ruangan seperti saran Mingyu. Percaya tak percaya hari pertama aku tidak mendapati gangguan apapun dan semoga dihari kedua ini juga tidak mendapat gangguan apapun.
Baru saja aku menutup mataku, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki dan tentu saja aku terkejut lalu bangun dan berdiri di atas ranjang. Sejak hari dimana aku diganggu aku tidak pernah mematikan lampu kamarku, sama sekali.
Aku menoleh ke sekitar dengan perasaan was-was, setelah dirasa aman aku mulai kembali merebahkan diriku di atas ranjang dan mulai menutup mataku, tapi sepertinya dia tidak senang aku beristirahat. suara derap langkah kaki itu terdengar makin jelas dan lagi sekarang aku berdiri di atas ranjang sambil mengacungkan bantal pada setiap arah.
"Bisakah kau biarkan aku tidur?! Kenapa kau suka sekali menggangu ku, aku akan memberikan apa yang kau mau tapi tolong diam kali ini saja! "
Beberapa saat berlalu dan tak ada jawaban, itu bukan berarti aku ingin dia menjawab ucapanku. Setelah merasa aman karena tak ada suara atau hal aneh aku kembali tidur, kali ini bukan derap langkah kaki namun sebuah tangan yang memelukku ketika aku kembali berbaring dan berusaha memejamkan mataku, itu membuat seluruh tubuhku tiba-tiba saja merinding dan dengan perasaan kalut aku berlari keluar kamar sambil membawa bantal, mendobrak pintu tentunya karena aku tidak mau kejadian terkunci di kamar beberapa hari lalu terulang lagi.
Aku berniat untuk tidur di ruang tamu, namun baru saja aku melangkahkan kaki menuruni anak tangga tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang dingin dan basah menyentuh tengkukku, itu membuatku meremang seketika, dengan secepat kilat aku menuruni tangga dan berlari menuju rumah Sunoo yang tak bersebrangan dengan rumahku.