4

62 5 1
                                    

Aku melempar semua barang yang ada di meja kerjaku, semenjak hari dimana aku mendapat 'tanda' hal itu semakin sering terjadi bahkan ketika aku tidur siang.

Tadi siang aku tertidur di meja kerjaku yang berada di ruangan kamar di depan kamar utama, dan saat terbangun aku merasakan celanaku basah dan sialnya itu karena aku orgasme.

Aku merasa bahwa aku tidak memimpikan hal aneh namun kenapa saat aku bangun–ah sial sepertinya untuk sementara aku tidak bisa tidur dengan tenang. Entah kenapa aku yakin ada orang yang masuk ke dalam rumahku, membius ku saat tidur dan melecehkanku.

Entah berapa kali aku mengumpat hari ini saat memikirkannya, benar-benar menjijikkan. Apalah gunanya tato di tubuhku jika justru aku yang di lecehkan oleh seseorang, ya kalian tau maksudku, mungkin.

"Sialan! Apa aku harus memasang kamera pengawas."

Aku mencari ponselku dan berniat untuk membeli kamera pengawas, agar tahu siapa yang dengan beraninya melecehkan ku. Dimana benda itu, seingatku itu ku letakan di atas rak buku dan sekarang benda itu menghilang entah kemana, bagus.

"Ah sialan! Kenapa saat aku membutuhkannya benda itu malah tidak ada."

Alhasil aku tidak jadi membelinya karena aku tidak menemukan ponselku, berselang beberapa menit aku mendengar bunyi nada dering ponselku dari samping dan saat aku menoleh ternyata ponsel itu masih berada di tempat yang sama di tempat aku menyimpannya sebelumnya.

"Apa yang–"

Karena geram aku membanting ponsel itu dengan cukup keras dan untungnya ponselku tidak mati. Tentu saja itu ponsel mahal mana mungkin mati hanya dengan sekali lempar.

Aku menatap ponselku dan mendapati 17 panggilan tak terjawab dari Jin hyeong. Karena penasaran aku menelponnya balik, siapa tahu penting.

"KEMANA SAJA KAU HAH?!"

Sontak aku menjauhkan ponsel dari telingaku setelah mendengar teriakan Jin hyeong.

"I'm sorry, kenapa kau menelponku hyeong?"

"Lukisan yang kau kirim, itu rusak! Kanvas nya robek."

"APA! TAPI–baik jelaskan bagaimana bisa kanvas itu robek."

Aku menjambak rambutku sendiri, kesal.

"Kenapa kau bertanya padaku, seharusnya aku yang bertanya padamu kenapa lukisan itu bisa robek. Kata kurir yang mengantar lukisan ini dia bilang lukisan itu sudah robek bahkan sebelum kau mengirimkannya pada mereka."

"Tapi aku tidak merasa–"

Apakah ini ulah Sunoo? Tapi tidak mungkin.

"–Baiklah aku minta maaf untuk itu dan kau bisa mendapat kembali uangmu hyeong."

"Tidak, aku tak mau uang. Aku mau lukisan baru segera sebelum pameran musim gugur ku bulan depan."

"Baiklah hyeong, sekali lagi maafkan aku."

"Hmm."

Setelahnya aku menutup telpon lalu mengusap wajahku kasar, belum selesai masalahku soal pengganggu itu dan sekarang lukisan itu. Sebenarnya apa yang terjadi, banyak sekali hal buruk terjadi setelah kepindahan ku ke rumah ini.

-
-
-
-

"Jungkook! Model selanjutnya sudah siap."

Aku menoleh saat seseorang memanggilku. Kini aku sedang berada di studio foto, pekerjaan utama ku tentunya.

Ghost type (End S1) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang