Aku terbangun pukul 2 pagi saat merasakan ada seseorang yang tidur di belakangku. Omong-omong aku dalam posisi tidur miring ke kanan. Aku menoleh kebelakang dan tidak mendapati siapapun, baguslah; Bukankah akan sangat aneh jika aku mendapati seseorang yang tidur dibelakangku.
Ku putuskan untuk mencoba tidur lagi setelah beralih posisi menjadi terlentang, sejujurnya aku sedikit takut saat merasakan ada yang ikut tidur di sebelahku, terlebih lagi kamar utama memiliki ruangan yang cukup luas. Aku berusaha untuk kembali tertidur sebelum tiba-tiba saja seluruh lampu di rumahku mati total. Ya meskipun aku tidur dalam keadaan remang tapi tetap saja kegelapan tiba-tiba membuatku kaget.
"AHHHH! SH*T!"
Itu refleks, sorry. Lagipula siapa yang tidak kaget saat kau ingin tertidur kembali dan tiba-tiba saja gelap gulita, rasanya seperti kau berpindah alam secara tiba-tiba.
"Wah sialan! Kenapa harus mati."
Dengan segera ku cari ponsel yang ku letakkan di nakas di samping ranjang, setelah menemukannya aku langsung menyalakan senter dari ponselku dan langsung turun dari ranjang untuk menyenteri sekitar.
"What the f-!"
Kaget dan merinding, itu yang kurasakan saat melihat bercak darah di dinding dekat pintu kamarku, bercak itu terlihat seperti seember darah yang sengaja di tumpahkan ke dinding dan lantai dekat pintu, kurasa itu bukan bercak lagi karena itu seperti dinding yang dicat menggunakan darah secara tidak teratur.
Aku kehilangan kata-kata saat melihatnya, perlahan aku memundurkan langkahku hingga menabrak tepian ranjang, sembari terus memperhatikan dinding dengan noda darah itu. Aku naik ke atas ranjang dan dengan segera menutup seluruh tubuhku dengan selimut, berusaha memejamkan mata walau rasanya sulit dan aku tidak bisa keluar karena darah di dinding itu, aku takut.
Kurasa hampir sekitar setengah jam aku berusaha tertidur dengan senter dari ponsel yang terus menyala dalam selimut ku, meski rasanya sangat konyol dan kekanak-kanakkan tapi jika kalian dalam posisiku tentu kalian akan melakukannya juga, jadi jangan mengejekku.
Aku mendengar pintu yang digaruk.Apa lagi ini! Astaga aku sudah muak dengan kegelapan ini, ditambah sekarang ada suara aneh dan suaranya dekat sekali dengan ranjang ku. Keringat dingin terus mengucur membasahi kening dan punggungku, karena mati lampu AC nya pun ikut mati.
"Ya Tuhan, aku tahu aku memang pendosa tapi setidaknya tolong diriku untuk sekali ini saja kumohon," pintaku sambil menyatukan kedua tanganku.
Suara lain mulai terdengar, entah apa lagi itu ya Tuhan, tidak bisakah kau membantuku kali ini?. Aku membungkam mulutku saat mendengar suara langkah yang makin mendekat, tunggu bisa saja dia adalah orang yang melecehkan ku.
Dengan sedikit keberanian aku mencoba untuk membuka selimut lalu mengarahkan senter ponsel ku pada langit-langit kamar yang tak terlalu tinggi, beruntung langit-langit kamarku berwarna putih sehingga memantulkan cahaya ke seluruh ruangan meski hanya remang.
"Keluarlah kau sialan! Aku tidak takut padamu! "
Aku mengedarkan padanganku ke sekitar mencari keberadaannya, aku bahkan berdiri di atas ranjang sembari memegang bantal untuk menyerang nya, kalau-kalau dia tiba-tiba saja datang dan menerjang ku.
"Hey sialan! Kau tidak berani hah?! Cih pengecut!"
Aku terus mengedarkan pandang ku mencarinya namun aku tidak menemukannya sama sekali, hanya ada aku di sini.