"Bagaimana aku bisa berada di sini?"
"Itu tidak penting, sekarang kau harus segera makan hyeong sebelum buburnya dingin."
Telingaku memang mendengarkan perkataannya tapi mataku tidak, aku menatap Sunghoon yang tampak menatapku balik dengan tatapan sinis.
"Hentikan kalian berdua, makanlah hyeong aku akan segera kembali dengan makanan penutup nya."
Dia melepaskan tangan Sunghoon dengan sedikit kasar. Aku bisa mendengar decak kesal saat dia diperlakukan seperti itu, bagus Sunoo. Entah kenapa aku sangat suka sekali melihat wajah kesalnya, seperti ada kepuasan tersendiri. Dan setelahnya dia keluar menyusul Sunoo yang entah kemana.
Tanpa banyak acara lagi aku memakan bubur yang dibawakan oleh Sunoo, entah di suapan ke berapa tiba-tiba leherku terasa seperti ada yang menyentuh. Sendok yang ku pegang tentu saja jatuh dan menumpahkan bubur yang ada di atasnya.
Aku berusaha tetap fokus dan mengambil sendok yang sempat jatuh ke lantai, mengelap nya dengan tissue lalu kembali menyendok bubur yang tersisa di mangkuk.
Setelah beberapa saat kemudian aku mendengar suara bisikan yang sama seperti sebelum-sebelumnya, dengan suara yang persis sama.
"Apa kau baik?"
Seketika bulu kuduk ku berdiri, aku mengusap tengkuk belakangku lalu melanjutkan memakan bubur. Sialnya semakin ku diamkan bisikan itu semakin menjadi dan diakhiri dengan puncaknya yaitu aku merasakan tangan merayap pada punggungku. Kalian pasti tahu selanjutnya apa, yap aku meloncat dari atas ranjang dengan mangkuk bubur yang terlempar dari pangakuanku.
Mangkuk itu terlempar dan pecah dengan sisa buburnya yang berceceran di lantai, dengan mode waspada aku mengacungkan sendok ke sekitar. Kemana dua bocah itu, kenapa disaat seperti ini mereka tak kunjung kembali.
"Berhenti mengganggu ku! Dasar hantu sialan. Kaun pikir aku takut padamu hah?!"
Kursi di sampingku bergerak dan selanjutnya aku sudah berlari menuruni tangga menuju dapur, dan tebak apa yang kutemui. Akan ku jelaskan dengan sedikit lebih halus supaya tidak terkesan terlalu frontal. Jadi yang kutemui di dapur adalah... bagaimana aku menjelaskannya.
Baiklah jadi yang kutemui di dapur adalah seorang kakak yang tengah mencium adiknya, kalian tahu siapa yang ku maksud.
"Ahh! Ini tidak seperti yang hyeong Lihat!"
Setelah sadar mereka kepergok berciuman di dapurku, Sunoo lantas memberikan pembelaan nya. Baiklah mari kita dengar pembelaan nya.
"A–aku itu–ahhh! i–ini tidak seperti yang kau lihat."
Seketika aku lupa alasan ku berlari ke sini dan lebih tertarik untuk mendengar klarifikasi dari Sunoo.
"Kami ehmm... "
"Kami berpacaran."
Ok kalian tahu siapa yang berbicara itu, yap Sunghoon. Dengan tanpa beban dia berkata seperti itu, tapi bukannya mereka bersaudara lalu kenapa mereka berpacaran.
"Dia bukan adik kandungku."
Ah seakan tahu apa yang kupikirkan dia menjawab tanpa perlu kutanya, baguslah. Aku memperhatikan Sunoo yang wajahnya memerah, rambutnya berantakan dengan bibirnya yang bengkak akibat ciuman brutal yang Sunghoon berikan, hebat juga bocah itu.
"Sudahlah aku tidak peduli."
"Hyeong!"
"Cukup, kalian berdua pergi dari rumahku. Pulanglah aku perlu menjernihkan pikiranku," Dunia ini sedang kenapa sebenarnya.