Lima belas.

653 70 2
                                    

Setengah jam sudah gue dan si Om berdebat perihal baju mana yang akan gue pakai untuk jalan-jalan di jepang hari ini. Mulai dari yang tertutup sampai yang terbuka Om johnny gak izinin gue pakai itu semua padahal dia sendiri yang beliin bajunya semalam.

"Lalu saya pakai apa? Bathrobe hotel?" tanya gue ke sekian kali di hadapan Om Johnny yang masih bertolak pinggang menghadap ranjang, meneliti satu persatu pakaian gue.

"Siapa suruh belinya yang aneh-aneh, Om Johnny kan tau saya sukanya pakai kaos oversize kalau keluar rumah bingung kan sekarang..." omel gue lalu terduduk di ranjang.

Dari posisi gue, gue menjadi teringat kejadian semalam. Dimana Om Johnny hampir lepas kendali dan nidurin gue. Untungnya gue berhasil nahan dia.

"Oke, yang ini aja nanti luarnya pakai jaket saya.." gue menoleh dan si Om menyodorkan dress selutut dengan bahu terbuka.

Gue pun melirik si Om dan si Om paham. Lalunya dia melempar baju gue ke ranjang dan keluar kamar karena gue tidak mungkin pakai baju di hadapan dia, itu persetujuan kita kan?

Ceklek~

Lima menit si Om pun masuk kembali dan lagi-lagi dia tercengang dengan penampilan gue.

"Kenapa? Jangan bilang Om Johnny berubah fikiran!" tebak gue.

Tidak ada jawaban dari si Om, langkahnya pun maju lalu tangannya menghadapkan tubuh gue tepat di depan kaca lebar di depan ranjang.

Tidak ada jawaban dari si Om, langkahnya pun maju lalu tangannya menghadapkan tubuh gue tepat di depan kaca lebar di depan ranjang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mahakarya seorang Johnny Suh terpampang jelas di leher gue.

"Kamu fikir saya rela karya saya di lihat orang lain hmm?"

Hampir aja gue toyor kepalanya kalau gue gak inget kita udah nikah.

"Kan nanti pakai jaket, Om. Lagipula saya juga malu di leher saya banyak kissmark gini kentara banget kalau habis---"

"Habis apa? Gak jadi ya semalam!" potong Om Johnny dengan mata yang sedikit melotot.

Gue ketawa aja dalam hati. Kasian banget udah berapa kali gue gagalin terus bercocok tanamnnya...

"Tolong mintain bawang putih aja deh, Om, sama petugas hotelnya.." pinta gue sambil meratapi leher gue. Banyak juga ya bekasnya si Om. Wkwk.

"Untuk apa?"

"Mau saya kunyah! Yaa untuk ngilangin bekasnya lahh..."

"Emang bisa?"

"OM Johnny!!!"

"Oke oke.." akhirnya si Om nelfon petugas hotelnya untuk bawakan bawang putih ke kamar kita. Gue tau tips ini dari Naya dan Naya tau ini dari Bang Yuta.. taukan Yuta liarnya kaya apa 😏

Setelah di antar bawang putihnya gue pun langsung membelahnya menjadi dua dan gue gosok-gosokan ke leher. Om Johnny hanya ngeliatin gue aja sambil beberapa kali nelen ludah, gue tau dia turn on lagi, tapi awas aja kalau gue di serang gue gak akan mau tidur seranjang lagi.

"Kamu tau tips seperti ini dari siapa?" tanya si Om yang sekarang udah duduk di samping gue, dia pun berinisiatif membantu gue dan gue membiarkan itu.

"Naya."

"Dia sering ya?"

"Bukan dia yang sering tapi Bang Yuta.."

Dan jawaban gue barusan berhasil membuat aktifitas menggosok Om Johnny terhenti. Gue melihat si Om dari kaca, dia seperti mikirin sesuatu.

"Kalau gampang ngilangin bekasnya setiap malam aja saya bikin karya di leher kamu!"

Tak-

Gue geplaklah tuh kepala si Om sampai dia mengaduh. Ngeres banget otaknya.

"GAK! Om fikir saya gak sakit.."

"Lohh bukannya enak? Buktinya kamu semalam sampai-- AWWWW IYAA AMPUN LEPASIN..." rasain lo putus dehh tuhh telinga lo.

Lagipula semalam itu gue bukan desah tapi menjerit minta di lepasin karena tangan gue di tahan sama si Om.. dia tuh kuat banget ternyata sampai borgol yang gue pasang lepas.

"Kamu tuh kenapa sihhh sedikit-sedikit mukul, sedikit-sedikit gigit, sedikit-sedikit narik telinga.. gak pernah saya di manja sama kamu.."

Hah?











______________________
Wooooooooo tidak jadi buat dedek nanti-nanti ajaa wkwkw... btw makasi yang udah baca. 😇




Seeu🥰

Call Me DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang