Another Lunch Invitation

199 27 0
                                    

Jeevans POV

Bukannya Jeevans tak suka dengan kehadiran pangeran Mavendra di antara dirinya dan teman-temannya. Bukannya Jeevans tak suka dengan pangeran Mavendra yang mengambil tugasnya untuk menjelaskan teori yang bisa digunakan untuk menganalisis novel The Davinci Code. Bukan. Hanya saja, harusnya ada empat orang di dalam apartemen Elang, mengerjakan tugas kelompok mereka. Bukannya malah ada tambahan dua orang atau empat orang.

Setelah Elang mengatakan akan meminta pangeran Mavendra untuk membantu mereka, pangeran dengan pesona yang berlimpah itu membawa temannya. Dan entah kenapa, Faras juga Sean malah ikut hadir di antara mereka. Turut mendengarkan penjelasan pangeran Mavendra—yang jujur saja jauh lebih menyenangkan daripada dirinya.

Alasan Jeevans terlihat lelah dan serasa enggan menerima kehadiran teman-teman Elang adalah, ia terlalu lelah dengan pikirannya akhir-akhir ini. Ia tak bisa bertemu dengan banyak orang. Secara kasarnya, kehadiran pangeran Mavendra dan temannya yang bernama Bintang, serta temannya Elang yang bernama Faras serta Sean itu menyedot energinya.

"Gue pesen makanan, jangan ada yang pulang duluan." Tukas Elang setelah pangeran Mavendra selesai menjelaskan simbol-simbol yang ada di novel The Davinci Code itu. Jeevans pun menghela napasnya karena ia terjebak di sana untuk waktu yang sedikit lebih lama.

"Je, gue akhirnya beli tanaman kaktus tau! Sini gue kasih liat." Sahut Elang tiba-tiba dan menarik lengan Jeevans guna pergi bersamanya dengan paksa. Jeevans sumringah karena ia tahu—Elang berusaha menyelamatkannya dari rasa lelah berada di tempat keramaian.

Elang membawanya ke balkoni kamarnya. Menunjukkan kaktus mungil di sebelah tanaman lainnya. Jeevans itu suka tanaman, tapi ia tidak pandai merawatnya, dan Elang adalah orang yang tepat untuk menjadi guilty pleasurenya. Ia tidak bertanya bagaimana Elang merawat tanamannya, ia hanya suka melihat koleksi tanaman Elang. Menikmati udara di sore hari dari gedung pencakar langit itu. Menjadi tempatnya kabur saat ia kelelahan di tempat keramaian.

"Sorry ya, lo harus kejebak di sini. Tapi gue ngga mau liat lo ngegalau sendirian di kamar lo." Kata Elang dan mengusap puncak kepala Jeevans. Membuat pangeran bungsu itu terkejut. Masih tak terbiasa dengan sikap Elang yang ramah ke sesama laki-laki.

"Ah, sorry. Gue lupa, hehe." Sahut Elang dan tertawa pelan. Jeevans hanya diam saja memperhatikan Elang yang tertawa dengan lepas. Elang itu, orang yang sangat baik. Ia tak menyangka kalau pemuda yang lebih tua dua tahun darinya itu akan memperhatikannya. Memahaminya.

"Lo kalo ngga mau cerita, gue ada di sini Je. Gue akan selalu jadi sahabat lo, meskipun kalo nanti gue nikah, gue bakalan selalu ada buat lo." Lanjut Elang lagi. Kali ini pemuda yang lebih tua darinya itu tidak menatapnya. Menatap ke hamparan langit sore yang mulai meredup cahayanya.

"Thanks, El." Balas Jeevans dengan tulus. Ini alasan Jeevans bisa leluasa menjelaskan statusnya pada Elang. Ia merasa nyaman seolah Elang adalah kakak kandungnya. Ia merasa disayang oleh Elang sebagaimana kakak Yao menyayanginya.

Duk duk duk...

"El, makanannya udah dateng! Je, ayo makan juga!" Teriak Jivaa dari dalam. Jeevans tertawa pelan karena baru menyadari kalau Elang mengunci jendelanya dari luar.

;

Entah mengapa kini Jeevans berada di mobil pangeran Mavendra. Usai mengerjakan tugas kelompok di apartemen Elang, semua temannya diantar oleh pangeran Mavendra. Tak ada yang tinggal di asrama selain Jeevans, sehingga kini Jeevans lah yang terakhir diantar oleh pangeran bak dewa Yunani itu. Dan Jeevans tak suka dengan suasana canggung itu.

Pangeran Mavendra tidak menyalakan radio atau musik guna menemani perjalanan mereka. Jeevans tak tahu harus membuka obrolan apa. Pikirannya masih kalut akan makan malam keluarganya dalam beberapa hari.

"Ada masalah di kerajaan ya?" Jeevans langsung mendongak dan menatap wajah pangeran Mavendra. Pertanyaannya tepat sasaran. Membuat Jeevans tak bisa kabur, sepertinya ia harus menceritakan perasaan gundah gulana ini. Hingga tanpa sadar Jeevans mengangguk pelan.

"Ini sudah malam, kita bahas besok saja. Gue tunggu di kantin fakultas lo ya?" Pangeran Mavendra menghentikan mobilnya di depan gedung asrama khusus laki-laki. Menoleh ke arahnya dan tersenyum menggemaskan.

"Um—kalau di tempat lain, pangeran Mavendra tidak mau?"

"Hah? Kenapa? Gue ngga apa-apa kalo harus jalan kaki ke fakultas lo."

Jeevans menggelengkan kepalanya. Ia menyisir rambutnya ke belakang dan mengatakan kalau ia tidak mau mengatakan rahasianya sebagai seorang pangeran di depan orang lain. Lagipula, ia hanya ingin masalah ini didengarkan oleh pangeran Mavendra saja.

"Oke, besok kita makan siang di luar. Gue yang traktir lagi, besok langsung gue jemput ya."

"Kali ini biarkan saya yang traktir anda, pangeran."

"Hahaha, oke."

—k. mala

_________________________________________

a/n: aduh maaf ini telat banget 😭😭😭 semoga masih menikmati ya 🥺

Erlebnisse: KamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang