The Wedding

190 20 0
                                    

Jeevans POV
Hari pernikahan Mars dan Elang pun tiba. Jeevans mengenakan setelan tuksedo berwarna abu-abu. Rambutnya ditata dengan rapi ke belakang, memperlihatkan keningnya. Bibir tipisnya dipoles dengan lip balm. Ini hari pernikahan salah satu sahabatnya, akan tetapi bukan Jeevans saja yang gugup. Bahkan Jivaa juga turut gerogi. Tangannya tak hentinya bergetar sembari menyemangatinya. Rendra pun menyemangatinya. Pidato Jeevans pasti yang terbaik.

Lima menit lagi, pernikahan akan dimulai. Pangeran Mavendra belum datang karena terjebak macet. Jeevans sudah ditinggal oleh Jivaa dan Rendra masuk ke dalam. Ia menghela napas, berusaha mengatur deru napasnya yang memburu. Tiba-tiba napasnya tercekat kala melihat pangeran Mavendra datang dengan setelan tuksedo yang hampir sama dengannya. Berwarna abu-abu gelap. Rambut yang disisir ke belakang. Aura bangsawan yang dimiliki pangeran Mavendra begitu kuat. Mengingatkannya akan kakandanya.

"Hai, pangeran Jeevans." Sapanya dengan senyuman tipis. Jeevans pun tahu kalau sebenarnya pangeran Mavendra juga sangat gugup untuk pidatonya nanti.

;

Pernikahan pun dimulai. Pangeran Mavendra sudah berdiri di depan altar bersama Mars. Menunggu kedatangan Elang. Sedangkan Jeevans berjalan di belakang Elang yang digandeng oleh ayahnya. Sesampainya di depan altar, Mars menerima tangan Elang untuk digandengnya. Menghadap ke arah pendeta yang akan membimbing sumpah pernikahan mereka kepada Tuhan.

Semua tamu yang berada di sana dibuat terenyuh dengan sumpah pernikahan Mars dan Elang. Setelah dinyatakan sebagai pasangan suami-suami, keduanya berciuman dengan sangat lembut. Jeevans memerah. Ia tidak pernah melihat Elang berciuman dengan tunangan—maksudnya suaminya sebelumnya. Ia berusaha menghindari pemandangan itu dan bertemu dengan kedua netra indah milik pangeran Mavendra. Sepertinya pangeran Mavendra sudah terbiasa dengan pemandangan itu.

Sebelum acara pernikahan dilanjut dengan makan-makan, pangeran Mavendra dan Jeevans diberikan waktu untuk memberikan pidatonya terlebih dahulu. Memberkati pernikahan yang indah ini.

Semuanya berjalan dengan sangat lancar.

;

Jeevans duduk bersama Jivaa, Rendra, dan kedua teman Elang yang lainnya—Faras dan Sean. Juga dua laki-laki yang diyakini sebagai kakaknya Faras dan pacarnya Sean. Jivaa memeluk tubuh Jeevans dari samping karena merasa bangga dengan pidato yang disampaikannya tadi. Meskipun terlihat gugup, deru napas dan susunan katanya Jeevans masih tertata dengan rapi. Membuat semuanya terpukau.

"Gue bangga sama lo, Je." Puji Jivaa lagi. Jeevans berusaha melepaskan pelukannya karena ia merasa risih. Ia pun meminta Jivaa untuk segera memakan jamuan mereka.

"Faras, itu tuh si Bintang. Lo ngga mau deketin dia?" Bisik Sean pada Faras yang malu-malu mencuri pandang ke arah pangeran Mavendra dan Bintang. Mada, yang diketahui sebagai kakaknya Faras pun memanggil mereka berdua. Membuat Faras malu bukan main.

"Wah, semuanya berkumpul di sini." Ucap Bintang dengan tertawa pelan. Jeevans memperhatikan Bintang yang mendekati Faras juga. Ah, semuanya menjadi seperti Elang. Bahkan tak malu-malu menunjukkan kalau saling tertarik. Begitu juga dengan Jivaa dan kakaknya Faras.

"Gue pulang lebih awal dulu ya, pacar gue ngambek." Rendra pamit terlebih dahulu. Ia langsung menghampiri Mars dan Elang guna berpamitan. Karena Rendra tadinya duduk di sampingnya, kini tempat itu kosong dan disinggahi oleh pangeran Mavendra. Di mana membuatnya kebingungan. Pangeran Mavendra tadi duduk di tempat yang sangat jauh darinya. Kenapa sekarang malah duduk di sebelahnya?

"Pidatonya sangat bagus, pangeran." Bisik pangeran Mavendra seraya mengambil tisu yang berada di depan Jeevans. Terpaan napas hangat milik pangeran Mavendra membuatnya memerah. Apalagi suara lirihnya yang terdengar sangat seksi,

"Mav, abis ini lo ikut ke rumah Faras ngga? Mau ada party tambahan." Ajak Bintang. Pangeran Mavendra menggeleng pelan dan beralasan ada kesibukan dengan bisnis keluarganya. Jeevans paham yang dimaksud. Pasti mengenai kerajaannya.

"Hi guys. Makasih udah dateng, nikmatin makanannya." Elang datang dan melemparkan ciuman jarak jauh kepada semuanya. Jeevans hanya terdiam. Ia masih malu mengingat ciuman Mars dan Elang tadi.

"No way, nikmatin pestanya karena gue mau nikmatin malam pertama gue." Balas Elang yang mengetahui rencana mereka setelah acara pernikahan itu selesai. Elang mengucapkan terimakasih lagi dan memanggil Mars untuk berpamitan kepada semua teman-temannya.

;

Hari sudah sore. Cahaya matahari di bumi mulai meredup. Langit pun menggelap kala awan abu-abu menghalangi cahaya matahari. Sebentar lagi hujan, dan Jeevans lupa kalau tadi ia datang bersama Rendra. Kini ia seorang diri tak tahu harus bagaimana untuk pulangnya. Jivaa sudah pergi bersama teman-teman Elang yang lainnya. Melanjutkan pesta mereka—di mana pasti akan ada acara mabuk-mabukkan. Jeevans tak bisa mengikuti acara seperti itu. Terlalu berisik.

Tiba-tiba hujan membasahi bumi tanpa aba-aba. Jeevans yang tadinya berniat keluar dari perkarangan Gereja guna mencari taksi pun kehujanan. Ia hendak kembali untuk berteduh, namun sesuatu menghalangi hujan di atas kepalanya. Ia mendongak dan melihat sebuah payung berwarna hitam pekat. Ia menoleh ke belakang dan melihat pangeran Mavendra memegangi payung itu untuk mereka.

"Gue anter pulang ya." Teriak pangeran Mavendra karena derasnya hujan itu. Jeevans mengangguk pelan.

;

Selama perjalanan di dalam mobil, Jeevans tak kuasa mengusap badannya yang kedinginnya. Lengan kurusnya ia usap-usap guna mencari kehangatan. Ia sudah melepaskan jasnya, hanya kemeja putihnya saja dan itu malah membuatnya kedinginan. Padahal pangeran Mavendra sudah menyalakan penghangat di mobilnya, namun itu tak membantu.

Pangeran Mavendra menghentikan mobilnya di depan minimarket. Menerjang hujan dengan payungnya guna membeli sesuatu. Jeevans berusaha menghangatkan tubuhnya. Ah, ia benci ketika hujan deras datang tiba-tiba. Membuatnya kedinginan setengah mati.

Pangeran Mavendra kembali dengan membawa bingkisan yang besar. Ia mengeluarkan handuk guna mengeringkan rambut Jeevans yang masih basah karena tadi kehujanan. Pangeran Mavendra membuka hot pack untuk tangan dan memberikannya pada Jeevans. Membukakan susu kaleng yang sudah dihangatkan.

"Sudah merasa lebih baik?" Tanya pangeran Mavendra dengan tatapan khawatir. Jeevans mengangguk dengan helaan napas lega. Ia sudah merasakan kehangatan. Ia pun mengucapkan terimakasih dengan sangat tulus.

"Um, apa pangeran Mavendra sedang tidak buru-buru?" Tanya Jeevans dengan takut-takut. Seingatnya tadi pangeran Mavendra menolak menghadiri pesta di rumah Faras karena alasan bisnis keluarganya, kenapa sekarang malah di dalam mobil dan merawat Jeevans yang sedang kedinginan?

"Itu hanya alasan. Tapi nanti gue ada meeting sama menteri kerajaan. Masih nanti malam, ngga perlu buru-buru karena penerbangan gue juga masih nanti." Jawaban pangeran Mavendra membuat Jeevans merasa tak enak. Ia menyeruput susu kalengnya dengan pelan.

"Gue anter lo dulu ya." Jeevans pun hanya mengangguk pelan. Ia sibuk menghangatkan tubuhnya.

"Dan besok jangan lupa jadwal makan siang kita."

"Um, siap, pangeran."

—k. mala

Erlebnisse: KamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang