Mavendra POV
Nyamannya air hangat setelah kehujanan itu membalut tubuh Mavendra. Ia tersenyum mengingat kembali betapa khawatirnya pangeran Jeevans setelah mencarinya. Bahkan sampai menghubunginya. Sangat menggemaskan.Ia menutup rambut basahnya dengan handuk dan keluar dari kamarnya. Melihat pangeran Jeevans yang masih sibuk dengan ponselnya di meja makan. Sesekali memegangi perutnya. Sesekali berdeham pelan guna menutup suara keroncongan perutnya.
"Kenapa tidak langsung makan?" Pangeran Jeevans terkejut. Ia menggelengkan kepalanya. Katanya menunggu teman-teman yang lain. Juga bercerita betapa khawatirnya ia kepada semua sahabatnya. Hujannya terlalu lebat.
"Mungkin mereka naik taksi. Atau berteduh di suatu tempat terlebih dahulu." Jawabnya berusaha menenangkan pangeran Jeevans. Ia pun duduk di seberangnya dan memperhatikan pangeran Jeevans yang menelan ludahnya berkali-kali.
"Makan saja terlebih dahulu." Ucapnya dan membuka salah satu kotak makanan yang tadi mereka beli. Pangeran Jeevans masih sibuk dengan ponselnya. Berharap dibalas oleh salah satu sahabatnya. Mavendra pun menyendokkan makanannya dan menyuapkannya pada pangeran Jeevans. Secara spontan, pangeran yang lebih muda itu menerima suapan darinya. Mengunyahnya dengan perlahan-lahan.
Lagi. Mavendra menyuapinya suap demi suap tanpa disadari oleh pangeran Jeevans. Ia tak bisa menahan dirinya untuk tak tersenyum. Apa ini rasanya mempunyai seorang adik?
Tak terasa makanannya sudah habis, namun pangeran Jeevans spontan masih membuka mulutnya. Menunggu suapan berikutnya. Mavendra pun membuka satu kotak lagi dan menyuapkannya. Bergantian menyuapi dirinya sendiri karena ia juga kelaparan.
"Elang masih di tempat bermain bersama suaminya. Yang lainnya sudah dalam perjalanan pulang. Syukurlah." Tutur pangeran Jeevans. Kerutan di keningnya sudah pudar. Ia sudah tenang karena sudah mendapatkan kabar dari teman-temannya.
Mavendra terbahak kala pangeran Jeevans baru menyadari kalau ia sudah makan. Disuapi oleh Mavendra. Semburat merah di kedua pipi pucatnya sangat manis. Mavendra menyukainya. Sangat menarik.
"Pangeran Mavendra, berhenti tertawa!" Pekik pangeran Jeevans dengan cemberut. Ia pun berhenti dan mengangkat kedua tangannya. Seolah ia menyerah.
"Saya ambilkan minuman, harusnya pangeran Mavendra tidak menyuapi saya. Jadi kita bisa makan bersama." Gerutu pangeran Jeevans. Mavendra hanya mendengarkannya dengan seksama. Suaranya sangat menenangkan. Dinginnya suhu di dalam ruangan itu pun tak bisa ia rasakan karena kehadiran pangeran Jeevans yang menghangatkannya.
Mavendra memperhatikan pangeran Jeevans yang menyodorkannya segelas air mineral dan meminta izin untuk membantunya mengeringkan rambutnya. Sentuhannya sangat lembut. Pijatannya sangat lembut. Gerutuannya tentang rambut basahnya harus segera dikeringkan tepat seusai mandi pun menjadi aluna yang lembut di indera pendengarannya.
"Sudah selesai." Sorak pangeran Jeevans dan meminum air mineralnya.
"Terimakasih, pangeran Jeevans."
Cklek.
"Kami pulang! Makan makan makan!" Teriak Jivaa dan langsung berlari menuju ke tuang tengah. Yang lainnya mengekor dari belakang dan menyapa Mavendra serta pangeran Jeevans.
;
Home stay itu kembali ramai. Elang dan Mars sudah pulang dan makan dengan tenang di ruang tengah. Beberapa dari mereka sudah siap untuk tidur dan melanjutkan agenda berikutnya di esok hari. Pangeran Jeevans juga sudah pamit untuk tidur lebih awal.
Mavendra pergi ke kamarnya dan membawa selimutnya. Ia melipatnya dengan rapi dan keluar dari kamar dengan tenang. Tak mempedulikan pandangan beberapa manusia di sana. Ia pergi ke kamar pangeran Jeevans dan mengetuk pintunya dengan lembut. Tak mau menganggu sang pangeran.
Cklek.
"Iya?" Kepala pangeran Jeevans menyembul di balik pintu. Kedua matanya sudah makin sipit, menahan rasa kantuk.
"Pakai selimut ini juga. Suhunya akan turun drastis." Ucapnya seraya menyodorkan selimutnya. Pangeran Jeevans membuka pintunya lebih lebar dan menerima selimut tersebut. Mavendra tersenyum tipis. Ia mengusap kepala pangeran Jeevans dan mengucapkan selamat malam.
Cklek.
"Oh, kita ngga perlu tau buat hal itu kan?" Komentar Elang. Mavendra hanya mengangkat bahunya dan pergj ke kamarnya. Melihat Bintang yang kebingungan. Ia tak menghiraukannya dan mengenakan jaket serta kaus kaki. Ia juga siap untuk tidur.
"Selamat malam."
—k. mala
KAMU SEDANG MEMBACA
Erlebnisse: Kama
Short StoryPengalaman tabu yang baru dirasakan oleh dua putra mahkota dari kerajaan berbeda, yang disebut kama. Start: Januari 23, 2023. End: -ongoing -UPDATE SETIAP HARI SELASA-