Curhat

562 154 8
                                    

Jungkook menatap heran pada Somi. Akhir-akhir ini ia melihat adiknya tidak semangat, beberapa kali bahkan Somi seperti orang hilang arah yang menatap kosong pada televisi. "Lo kenapa, sih? Kayak korban pelet dukun, anjir," komentar si anak kedua yang rambutnya kembali memanjang itu.

Tak ada balasan dari Somi. Si Sulung Wonwoo yang awalnya asik rebahan di karpet saja sampai menoleh ke sofa di belakangnya. Ia baru sadar kalo adik bungsunya akhir-akhir ini jadi pendiam.

"Kenapa lo? Kangen Jenab?" tebak Wonwoo menyebut nama kucing hitam peliharaan sang tante. "Sono ke rumah nenek."

Jungkook mendelik. "Kucing item pesugihan lo kangenin," sewot Jungkook yang kembali memainkan ponselnya, "Chanwoo, noh, dia kemana aja? Kok akhir-akhir in--"

"BERISIK!" sentak Somi teriak tepat di depan wajah kakaknya.

Suasana ruang keluarga seketika hening. Jungkook diam membeku, begitupun dengan Wonwoo yang menoleh ke arah adik-adiknya. Mami yang sedang mendata pemasukan toko kosmetik miliknya di ruang makan bahkan ikut terkejut.

Biasanya setelah makan malam mereka akan sibuk dengan kegiatan masing-masing, tidak merusuh seperti ini. Apalagi sekarang malam sabtu, biasanya Somi sudah asik membucin dengan Chanwoo.

"Kakaaak! Adeknya jangan diganggu!" tegur Mami. "Kalian udah pada gede!"

Jungkook emang selalu jadi incaran Mami kalo Wonwoo dan Somi ngamuk. Iya, pelaku utama yang sering mancing kerusuhan di rumah ini ya, si anak tengah. Emang Jungkook kalo gabut kadang suka mancing emosi.

"Aku dieeem," bela Jungkook. Diem menurut dia itu nggak bermaksud ganggu adiknya, tapi Si Somi malah emosi. "Somi-nya aja yang lagi sensi, kayak merek masker."

Tak peduli dengan kerusuhan di ruang tengah. Somi memilih beranjak ke lantai atas. Suasana hati perempuan itu semakin buruk.

"Adek lo kenapa, Bang?"

"Kangen sama Si Jenab," balas Wonwoo asal. "Atau nggak Si Yuli."

Wonwoo kembali fokus pada kegiatannya, sedangkan Jungkook merengut sebal. Ia mengambil ponselnya, mencari informasi dati narasumber yang lain.

Di tempat lain, tepatnya di rumah Bobby, Chanwoo melempar pelan ponselnya ke atas kasur lipat milik Jihan dan Dihan. "Kak Jeka nga-chat gue," ucapnya.

"Mampus lo, mau disidang itu," hasut June yang asik menekan-nekan mainan piano Jihan. "Jungkook kalo udah marah ngeri tau, kayak hulk."

Chanwoo si pemiliki ego tinggi jelas langsung mendelik dan dengan mudah tersulut. "Yang salah Somi, kenapa gue yang dimarahin?"

"Lah, emang sejak kapan cewek minta maaf waktu buat salah?" sahut Hanbin yang kini asik menikmati gorengan hasil karya Yunhyeong. "Lagian masalah sepele doang--"

Mata Chanwoo membulat, lelaki yang usianya paling kecil di Sepen Ikan itu merengut tak terima. "Sepele bapak lo," sewot Chanwoo tak peduli siapa lawan bicaranya. "Jalan sama cowok padahal bilang ke gue jalan sama temen-temen SMA itu masalah sepele? Mana bukan sekali dua kali. Terus kemarin juga si cowok ngirim bunga mawar pas valentine. Cih! Dikata Somi makam kali dia kasih bunga."

Malam ini Sepen Ikan kumpul di rumah Bobby untuk mendengar keluhan dan curhatan si bontot Chanwoo. Jinhwan hanya mendengarkan saja, sedangkan Bobby lebih memilih memeriksa beberapa faktur penjualan, masalah perut anak dan istrinya jauh labih penting dari pada masalah cinta Chanwoo. Yang serius mendengar dan menyahuti curhatan Chanwoo tentu saja Yunhyeong dan Donghyuk, sedangkan Hanbin, June tugasnnya menjadi kompor.

"Tapi yang nerima kiriman bunga itu lo, kan?" tanya Hanbin dan dijawab anggukkan lelaki itu. "Tolol! Kalo gue jadi lo, udah gue kasih ke Somi, tapi bilangnya dari lo. Lumayan kagak rugi, kan ya."

JEONlusiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang