Hari Pertama

484 143 5
                                    

"Bangunin Abang kamu, Kak!"

Jungkook yang masih setengah sadar jelas dengan senang hati menolak. Nyawa dia saja belum seutuhnya penuh, terus malah harus nambah masalah baru. "Ogah, ah!" tolak si anak tengah yang masih menelungkupkan kepalanya di meja makan. Masalahnya ngebangunin Wonwoo itu lebih susah dari bangun candi. Sebelas dua belas sama Dahyun. 

"Som, bangunin Abang!"

Somi datang membawa gelas, ia membantu maminya menyiapkan sahur. "Biarin aja, Mi. Biar nggak sahur," balas Somi yang memilih duduk tanpa perlu membangunkan abang tertuanya. "Lagian Bang Wonu itu baru tidur setengah jam yang lalu, ngapain dia tidur padahal tau mau sahur."

Papa yang sedari tadi sudah menunggu hidangan sahur akhirnya melerai. "Udah biarin aja dulu, nanti mepet imsak bangunin lagi," ucap Papa sembari menyodorkan piring kosongnya untuk diambilkan makanan oleh sang istri. "Mi, nasinya jangan banyak-banyak."

"Biar kuat sampe magrib, Pah!" omel Mami sembari menyendokkan rolade untuk suaminya.

"Kenyang nggak, mules waktu subuh iya," sahut Jungkook yang masih telungkup, lelaki itu sedang mengumpulkan niat untuk makan.

Sahur pertama di Keluarga Jeon ini sebenarnya masuk ke dalam golongan waras, kalau saja si sulung tidak cosplay menjadi jenazah. Menu pertama untuk sahur pun cukup normal, rolade daging, soun kecap dan tumis jagung serta wortel milik Somi. Sepasang orang tua serta si tengah dan bungsu itu juga saling berbincang di meja makan, meskipun wajah Jungkook masih setengah sadar. 

"Kak, Mami denger kamu jadi korban ngidam Hayi, ya?" 

Tawa Somi langsung pecah saat mendengar pertanyaan sang mami. Padahal Somi ini cuma dapet cerita dari Dahyun yang juga nggak ada di tempat kejadian perkara, tetapi itu sudah lebih dari lucu. "Katanya lo sampe abis telor sekilo, Kak?"

Jungkook seketika duduk menegak, lelaki itu siap mengeluarkan semua keluhannya saat harus terus menggulung telur, walaupun endingnya emosi ia yang tergulung. "Sekilo setengah!" koreksi Jungkook dengan emosi. "Lo bayangin sisa telor gulung yang kagak kegulung itu sampe dibagiin ke tetangga anjir, sampe kucing Kak Ten makan itu telor!"

Ruang makan keluarga Jeon seketika penuh dengan tawa. Papa bahkan ikut tertawa lepas, begitupun dengan Mami, Somi sudah pasti sampai menahan sakit perut karena mendengar cerita kakaknya. "Terus lo bisa bikinnya?"

"Bisa! Berhasil pas udah istighfar yang ke seribu tujuh ratus lima puluh empat," balas Jungkook. "Tangan gue udah sampe melilit, muter 380 derajat!"

Ini agak hiperbola, tapi keluarganya pada terhibur. Emang kalau Jungkook tersiksa itu jadi sebuah kebahagian khusus bagi keluarga. Pokoknya kalau lagi sedih, terus liat Jungkook merana, udah langsung bahagia lagi. 

"Tapi kasian juga ya Hanbin sama Hayi," sahut Mami dan berhasil membuat mata Jungkook membulat sempurna. 

"Miii! Aku yang jadi korban!"

Mami jelas mendelik sewot. "Kalo sampe anak Hanbin sama Hayi jadinya kayak kamu, kasian kan mereka!" balas Mami membela perkataannya. "Kebayang kalau nanti anak Hayi sama Hanbin kayak kamu? Aduuuh, Mami turut berduka cita, deh."

Tawa Somi semakin kencang. "Mi, masalahnya kata Teh Dahyun, Teh Hayi ngidamnya random, dan incerannya aneh-aneh. Jadi kita harus makin turut berduka cita."

"Mami lebih kasian ke Hayi-nya, tapi kalau Hanbin, bodo amat." Iya, Hanbin udah terlalu buruk citranya di keluarga Jeon. Padahal dulu waktu SMA Hanbin itu lebih disayang sama Mami Minah, bahkan dibanding Wonwoo. "Tapi, Mbak Hanna aja udah mau punya lima cucu--"

"Ngomomg gitunya pas Bang Wonu udah bangun aja, Mi," sela Jungkook cepat, ia paham kode maminya itu apa. "Kalo ke kita percuma. Mami mau Somi nikah duluan, kan?"

Somi jelas tak terima, perempuan itu melirik sinis pada sang kakak. "Lo dulu aja sono!"

"Nah, gue nggak bisa. Soalnya Dahyun ogah ngelangkahin Donghyuk. Lo juga kagak bisa, kan? Soalnya masih berantem sama Chanu--"

"Berisik!"

Ini untung suara Haruto yang bertugas jadi petugas masjid berhasil menyelamatkan obrolan Somi dan Jungkook. Si Bungsu keluarga Kim itu memberi tahu bahwa waktu imsak tinggal sepuluh menit lagi. Dan, itu berhasil membuat Mami Minah membulatkan mata, ia langsung ingat anak sulungnya belum juga bangkit dari kubur. 

---

"Lemes amat, sih, Bang!" 

Wonwoo hanya melirik sinis pada Jungkook. Padahal sebenernya si sulung ini nggak lagi puasa aja energinya tetap setipis baju dinas pengantin baru. "Berisik! Keluarga jenis apa lo? Bukannya bangunin gue sahur!"

"Dih!" Jungkook mendelik tidak terima. "Bang, keluarga lo sudah berusaha sebaik mungkin buat bikin lo bangkit dari kubur! Sumpah, sih! Gue jauh lebih milih buat bangun 1000 candi daripada bangunin lo!"

Tak ada balasan dari Wonwoo karena jemaah subuh akan segera di mulai. Kasian memang si sulung keluarga Jeon ini. Udah dibangunin dari 10 menit sebelum imsak, tapi tetep aja bangunnya pas imsak lewat 2 menit. Jadi, dia cuma bisa minum air satu gelas.

Puasa itu sebenernya waktu yang tepat untuk Wonwoo menjalankan ibadah tidur dengan baik. Namun sayangnya, bulan puasa kali ini ia harus menyelesaikan proyek rumah milik kliennya. Jadi, ibadah tidur di siang hari terpaksa berkurang demi isi dompet yang bertambah.

Dunia terooos!

"Weh! Lo semalem ke mana anjir?" Baru juga selesai salam. Ini imam di depan aja belum beres baca doa, tapi Jungkook udah langsung interogasi Chanwoo yang semalem nggak tarawih. "Ngindarin Somi, ye?"

"Nugas anjir! Tubes gue disuruh bikin film, semalem aja belum beres. Makanya kagak bisa join mabar sama yang lain." Meskipun hubungan Chanwoo dengan Somi masih belum juga membaik, tapi kalo urusan mabar sama Jungkook, Wonwoo, tetep terus lanjut. "Malem bisa gue mabar, ayok!"

"Mabar aja lu cepet, benerin tuh hubungan sama Somi."

Bukan, bukan Wonwoo ataupun Jungkook yang berkomentar seperti itu, tetepi Yunhyeong di tetangga sebelah. Emang banyak banget yang gemes sama hubungan duo bontot dari blok B dan C ini.

Chanwoo merengut sebal, "Iya, sore ini."

.
.
.

Sesuai perkataan Chanwoo saat jemaah subuh tadi. Lelaki itu betul-betul mendatangi rumah keluarga Jeon setelah ashar. Namun, ia masih berusaha mengumpulkan mentalnya terlebih dahulu, dan saking lamanya si bontot keluarga Jung itu ngumpulin keberanian, Somi yang niat awalnya mau jalan-jalan sore langsung menatap bingung pada Mini Cooper putih itu.

Keduanya sama-sama diam membeku. Somi di balik gerbang sedangkan Chanwoo di dalam mobil. Hingga akhirnya Chanwoo membuka pintu dan keluar dari mobil. "Mau ke mana?" tanyanya berusaha terlihat santai dan bisa saja.

Sayangnya Somi tidak menyambut itu dengan baik. Ia justru memutar malas bola matanya. "Bukan urusan lo!" balas Somi dan memilih untuk kembali berbalik ke dalam rumah, untuk mengeluarkan motor Scoopy coklatnya.

"Aku anter aja--"

"Nggak!"

Tbc

JEONlusiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang