Hutan, begitu sepenglihatan Nina. Sepanjang matanya melihat sekeliling dia menginjakan kaki, pepohonan tinggi dengan ketinggian yang kurang wajar menurut Nina, di dunia nyata belum pernah dia menemukan pohon yang tingginya hampir menyetarai gedung pencakar langit, dedaunan jarang, memudahkan Nina melihat langit yang kurang wajar.
Warna Jingga bercampur warna abu-abu melukiskan langit dimana ia bernaung. Kaki telanjangnya hanya menginjak hamparan tanah hijau dengan bebatuan putih dan hitam, nampak seperti halaman orang kaya dengan berbagai tatanan, bedanya bebatuan sebesar kepalan tangan dewasa memiliki bintik-bintik, jika di perhatiakan bisa bergerak.
"Asataga!"
Nina ingin menjerit, bintik itu ternyata mata milik benda dikira batu tadi, sebesar mata ayam. Seketika tubunya meremang, mengingat apa yang dia lihat seperti monster.
Menyingkirkan pikirannya sesaat, Nina kembali fokus ke arah benang di tangannya. "pokoknya aku mau tau ini, mau kemana!"
Di teguhkan hatinya kembali mengenyahkan kengerian sesaat dilihatnya, ekor matanya tak sengaja menatap bayangan-bayangan aneh bersembuny di balik pepohonan. Tubuh mereka yang beraneka ragam, dari yang kecil hingga besar dapat Nina lihat.
Nampak siluet mereka adalah makhluk jenisnya berbeda, entah itu genderuwo, tuyul, soso gak jelas dengan bentuk anehnya.
Makin mendekati, Nina dapat mendengar suara yang tumpang tindih, helaan naas, geraman, tawa. Mualai dari suara berat hingga suara perempuan.
Kembali dirinya bertemu kabut, kali ini dari balik suasana abu-abu menghalangi pandangannya. Nina dapat melihat ada sosok yang melayang di udara, perempuan dengan pakaian serta rupa yang acak-acakan, tubunya di kelilingi oleh tali tambang dan rantai, mengikatnya di udara.
'Tu-tubuhku rasanya beku, dingin. Kakiku kram? entah, ini gak bisa aku gerakin, kenapa!'
Dengan mulut terkunci, Nina merasa panik, takut serta ngeri menjadi satu kesatuan yang menhampiri tubuhnya. Melihat sosok aneh di balik pohon memang ngeri, tapi melihat sosok yang menjadi pusat benangnya berakhir, ia kehilangan kata-kata dan pikirannya sesaat kosong.
'Sudah tahu?'
Samar, suara yang samar terdengar menghampiri pendengarannya, kemudian menjadi jeritan saling sahut menyahut hingga lolongan hewan buas.
***
"Huawwhhh!"
Ia terduduk di atas kasur, benda padat yang cukup pleksibel ia tempati. Hening, pertama kali ia membuka matanya, Nina berada dalam kamar di rumah nenek. Kali ini dia sama sekali tak menemukan si kunti yang bertangung jawab atas dirinya.
"Setan, emang setan dia. ah, kenapa serem banget," makinya. Keringatnya meleleh sudah membasahi sebagian pakaian dikenakan, "apa aku mimpi, ngak. aku ngak mimpi..., tapi, itu tadi apa?"
Suaranya terdengar ragu di pendengarannya. Kembali dia lihat jari manisnya, terdapat bekas lilitan tali disana, mendadakan kebenaran yang ia alami di dimensi lain.
"Bu-bukan, mimpi." seketika bulukuduknya meremang, kalau ternyata yang ia alami adalah kenyataan, maka Nina dengan sadar telah melewati batas yang gak boleh dan boleh.
Ia paksakan tubuhnya menuruni ranjang, melangkahkan kaki yang terasa berat. "Nek, Kek." Nina mencari pasangan pasutri yang sudah sepuh itu ke penjuru ruangan, sepi.
Kembali ke awal niatnya, Nina mencari Neneknya di luar rumah. "Ini udah pagi? pagi lagi?" ia merasa heran dengan lingkungan di luar rumah, "bukannya udah malam, harusnya?"
Nina nekat mencari neneknya di kebun belakang, berlari kecil tanpa mempedulikan kakinya bisa saja sewaktu-waktu tergelicir oleh langkahnya kurang hati-hati.
"Nenek! Nek!"
Nina berlarian mencari sosok tua yang menyayangi dirinya sejak kecil. Raut panik seketika berubah lega, dari kejauhan sekitar 100 meter dimana dia berdiri, sosok perempuan yang tak lagi muda asik mencabuti rerumputan, bukan rumput lebih tepatnya daun bawang.
"Nek!"

KAMU SEDANG MEMBACA
SURAT IBU
Mystère / ThrillerNina tak menyangka kemampuannya sebagai anak indigo mempertemukannya pada sosok kuntilanak, nyentrik. di kediaman sang kakek. Dia meminta Nina untuk membantunya, di masalalu ternyata Nina serta si hantu memiliki ikatan, alasan yang membuat si hantu...