13. Crash

1.4K 121 4
                                    

Seperti biasa, Renjun sedang menyimak pelajaran dari guru mapel.

Renjun sedikit tidak fokus, karna dari tadi dirinya sesak nafas.

Ingin ke toilet, namun ia malas.

Ia takut jika dirinya akan tertinggal materi dari mapel tersebut.

Kring....

Jam istirahat telah datang, Para siswa dan siswi di kelas XI bersorak.

Jam matematika telah usai, dan itu adalah kebahagiaan mereka.

"Jangan berisik! Jangan lupa kerjakan tugas kalian! Besok dikumpulkan!"

"Tidak ada penolakan dan pengampunan!"

"Mengerti?"

"Mengerti bu" Ucap mereka dengan suara lesu.

"Baik, selamat siang silahkan istirahat" Setelah itu, Bu Tiffany keluar dari kelas.

Disusul para penghuni kelas XI yang berhamburan ke kantin.

Hari ini adalah hari sabtu, tentu mereka hanya bersekolah sampai siang saja.

Tidak seperti biasanya, hampir sore.

Renjun mengambil inhalernya, berusaha menghirup benda tersebut.

Agar ia mendapatkan pasokan oksigen.

"Huufttt.... Penyakit sialan"

Renjun bosan, ia memilih tidur. Tak apa, dikelas juga tidak ada orang selain dirinya.

Baru sekitar 5 menit tertidur, seseorang menyiram Renjun dengan air dingin.

Renjun yang mendapatkan perlakuan seperti itu lantas kaget.

Ia terbangun akibat dinginnya air yang bersentuhan langsung dengan wajahnya.

"Bangun lo kebo banget" Sarkas Felix.

"Mending lo beliin gue dikantin, nganggur kan lo" Suruh Hyunjin.

"Manusia diciptakan dua tangan dan dua kaki. Kalian tidak cacat bukan? Jadi silahkan pergi sendiri" Ucap Renjun dingin.

Ia pergi dari kelas, menyisakan Hyunjin dengan Felix yang menatapnya.

Tatapan itu, adalah tatapan yang sulit diartikan.

Renjun membasuh mukannya, sungguh sangat dingin air yang dibawa duo pembully itu.

Renjun sedikit heran, akhir-akhir ini duo pangeran school. Atau NoMin tidak membully dirinya.

Renjun tak peduli, toh lebih bagus begitu bukan? Tapi tetap saja Renjun kepikiran.

"Arghh.... Sudahlah, kenapa kau harus memikirkan mereka Huang Renjun?"

Bel masuk telah berbunyi, Renjun pun pergi ke kelasnya.

Akhirnya waktu pulang telah tiba.

Renjun mengemasi barang-barangnya, dan pergi menuju rumahnya.

Di perjalanan, dirinya sedikit bersenandung kecil.

Sampai sebuah suara menghentikan nyanyiannya.

Renjun~ah, tolong mereka.

Renjun tau suara siapa itu, itu adalah suara ibundanya. Bunda Wendy.

Renjun pikir ia sudah gila, bundanya sudah tiada. Mana mungkin ia bisa mendengarnya.

Apakah Renjun terlalu merindukan mereka?

Renjun~ah, kau ingin ikut bunda dan ayah?

Suara itu kembali terdengar. Renjun melihat sekitar.

Bullying | Renjun ft. Nomin [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang