03

1.2K 180 34
                                    

Ino berdecak berkali-kali melihat Sakura yang sibuk memainkan ponselnya, "Jika kau tertabrak tiang, akan kubiarkan. Lihat saja."

Sakura mendelik kearah Ino, "Diam Babi."

"Kau bisa memainkan ponselmu dikelas, Sakura." imbuh Temari mencoba menasehati, karena hanya Temari yang bisa bersikap dewasa di antara mereka berEmpat.

"Tak bisa. Aku lupa mengabari Mommy jika kunci kubawa ke sekolah."

"Memang dirumahmu tak ada orang?"

Sakura tampak menggeleng, "Mommy menginap dirumah adiknya yang akan menikah besok, Daddy sedang dinas dan akan pulang lusa."

"Semua penjaga rumahmu?"

"Hari ini diliburkan karena Mommy ada rencana pulang."

Begitulah Mebuki, ia akan memperkerjakan Asisten Rumah Tangga pada saat ia tak ada dirumah, jika Mebuki libur maka semua pekerjaan rumah ditanggung sendiri olehnya. Wanita karir itu begitu mandiri, mungkin itu yang membuat Kizashi si gila kerja begitu mencintai Mebuki bahkan di usia mereka yang sudah tidak muda lagi. Mereka tampak sibuk, namun begitu harmonis jika sudah berkumpul. Sakura sangat menyayangi mereka.

Tenten yang tengah memakan permen menyikut Sakura yang masih memainkan ponselnya, "Pujaan hatimu."

"Ish, kenapa kau beritau!" sentak Ino, agaknya ia sudah kesal melihat sikap congkak Sasuke yang tidak menghargai sahabatnya.

Sakura mengangkat kepalanya lalu melihat geng inti motor tengah berdiri dilorong menuju kelasnya, wajah yang tidak mood tadi karena Ibu nya belum mengangkat telponnya berubah menjadi sangat cerah.

"SASUKE~" seru Sakura dengan nada khasnya sambil berjalan riang, "Good morning, Baby!"

"Pagi-pagi sudah di katai Babi." celetuk Suigetsu yang diikuti tawa geli Naruto.

"BABY! Kau tuli?!" delik Sakura kesal lalu berubah ceria lagi menatap Sasuke yang hanya menatap lapangan, "Lebih baik tatap aku. Apa menariknya lapangan."

Sasuke hanya bisa menghela nafasnya berat, sungguh ia bosan sekali mendengar suara gadis berisik ini.

"WAH!" semua yang disana tersentak menatap Sakura kecuali Sasuke yang hanya bisa menutup mata menahan kesal, "Aku lupa membawa roti isimu, Sasuke!"

"Sasuke meminta itu darimu?" tanya Sai yang agak kaget.

"Tidak sih. Aku yang buatkan khusus untuknya."

"Dia menerimanya?" kini Shikamaru yang bertanya penasaran.

Sakura menggeleng dengan santai, "Banyak revisi darinya. Aku belum menemukan roti isi favorit Sasuke."

Teman-teman Sasuke menatap lelaki itu tak percaya, yang ditatap hanya membuang wajahnya acuh. Seorang Sasuke Uchiha tak pernah memilih-milih makanan, mereka sangat tau itu.

"Berhenti membawakannya makanan, Sakura-chan."

Kini semua mata menatap kearah Naruto, sedangkan diam-diam Sasuke melirik sahabatnya itu. Apa lagi sekarang?

"Dari pada buang-buang makanan, lebih baik kau berikan padaku atau pada yang lain." Naruto menyengir mencoba agar mood Sakura tidak memburuk.

Sakura menggeleng, "Aku sudah mengkhususkan roti itu untuk Sasuke. Begitupun seluruh makanan yang kubuat. Hanya untuk Sasuke seorang."

Benar-benar gadis yang tengah menyengir tanpa dosa ini, hatinya terbuat dari apa sebenarnya?

"Iya kan Sasuke? Kali ini akan kubuat roti isi sesuai seleramu." ucap Sakura bersemangat.

F*ck(ing) LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang