Aku merasakan tubuhku terbakar. Apakah aku di neraka?. Tidak, sepertinya bukan. Aku sulit bernafas, aku merasakan keringat membanjiri tubuhku. Mataku mengerjap-ngerjap, kelopak mataku sangat berat, aku tidak bisa menggerakkan tubuhku. Rasanya seperti saraf-sarafku terputus.
Hanya telingaku yang sedikit berfungsi dengan baik, aku mendengar bunyi semak-semak dan bunyi sepatu. Seseorang datang, aku tak tahu siapa. Aku memaksakan membuka mataku yang berat, samar-samar aku melihat seorang pria berambut hitam.
"Aku menemukanmu"
Apakah mungkin ia malaikat maut yang datang menjemputku?. Sepertinya benar, aku tak bisa mendengar apa-apa lagi. Inderaku semuanya lumpuh dan aku terbawa oleh arus gelap yang tak bisa kulawan.
************
Saat itu, aku berumur 14 tahun. Bunga sakura bermekaran di bawah bulan purnama yang indah, tak pernah aku melihat keindahan seperti ini sebelumnya, aku berniat untuk tidak melupakan keindahan malam itu tetapi malam itu juga aku melakukan pembunuhan pertama dengan tanganku sendiri.
Ia pria tua bangka yang sudah berumur 63 tahun. Dihukum karena kasus pemerkosaan dan mendapat hukuman penjara selama 15 tahun. Korbannya berupa 3 anak perempuan dan 4 anak laki-laki yang merupakan tetangga dekat. Ia sudah beraksi selama 10 tahun lamanya dan tidak ada yang tahu karena para korban tidak berani mengadu.
Aksinya tertangkap basah saat sedang memperkosa anak laki-laki berumur 7 tahun di sebuah gang kecil yang lumayan jauh dari rumah tempat ia tinggal. Anak kecil itu menangis terisak-isak, menahan sakit yang ia rasakan.
Jaksa menuntut hukuman mati, tapi karena ia menyewa pengacara yang sialnya cukup ahli. Hukuman diperpendek jadi 17 tahun, dan karena ia berkelakuan baik di penjara, ia keluar lebih cepat 2 tahun dari seharusnya.
Seorang mantan korbannya yang telah dewasa menghubungi agensi kami untuk membunuhnya dan aku yang terpilih untuk melakukan aksi debutku. Saat itu tubuhku masih pendek, rambutku ku kuncir dua. Aku memasuki rumahnya dengan jaket berwarna ungu muda.
Aku tak perlu menyelinap untuk membunuhnya, karena ia sendiri yang mempersilahkanku untuk masuk kedalam rumahnya. Awalnya, ia menyambutku dengan hangat. Memberikan secangkir teh hangat yang kutahu sudah diberi obat bius. Teh itu tak kuminum sama sekali, aku hanya sedikit menempelkan bibirku di cangkir itu agar ia percaya bahwa aku telah meminumnya sedikit.
"Kalau tak keberatan, adik bisa menginap di rumah kakek yang jelek ini. Besok pagi baru kakek antarkan ke rumah" Aku masih ingat suaranya sampai saat ini, masih terbekas dalam ingatanku bagaimana raut wajah mesumnya saat menawari agar aku menginap di rumahnya.
Aku berpura-pura menunjukkan reaksi mengantuk karena obat bius yang ia masukkan ke dalam teh. Melihat sepertinya aku berhasil masuk keperangkapnya, ia segera mendekatiku. Meraba punggungku, yang rasanya sangat menjijikkan. Saat itu juga, hawa panas mengaliri tubuhku. Aku tak tahan, aku ingin segera membunuhnya.
Ia terus meraba punggung, paha, dan tengkukku. Aku tak tahan lagi, aku langsung menyikutnya sampai ia terjungkal. Hidungnya mengalami pendarahan. Saat itu, ia tampak sedikit ketakutan melihatku yang tiba-tiba berdiri dengan segar bugar.
Aku menginjak lehernya dengan kakiku dengan sekuat tenaga. Ia memohon ampun, suaranya yang keluar dari tenggorokannya seperti tikus kejepit.
"To....to....tolong" Kedua tangannya yang menjijikkan memegangi kakiku, berusaha keras untuk menyingkirkan kakiku yang menginjak lehernya.
Wajahnya memerah, mulutnya menganga gelagapan seperti ikan yang membutuhkan air.
Tanpa basa-basi, aku segera mengeluarkan belati pertamaku yang aku dapatkan dari salah satu senior favoritku. Aku melepaskan kakiku dari lehernya, dan menusuk mata kirinya dengan pisauku. Menusuk mata yang melihatku dengan penuh nafsu menjijikkan, mata yang juga melihat para korban dengan menjijikkan. Jika tidak ada mata ini, pasti tidak ada korban bukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
When The Moon Goes Down
FantasyNamanya sendiri tak ia ingat, ia hanya tahu bahwa ia adalah seorang mantan pembunuh bayaran yang lahir dari rahim seorang mantan pelacur yang sekarang menjadi seorang penjudi dan pemabuk. Berhenti dari pekerjaannya yang menjijikkan dan hina, bermaks...