7

29 3 0
                                    

Dingin, malam yang dingin. Aku memakai armor bajaku dan juga mantel musim dingin yang tebal. Syal warna coklat tua yang aku bawa dari asrama aku pakaikan pada leher Philip yang kekar. Takut kuda itu tersiksa karena kedinginan.

Kami akan berangkat sebentar lagi, 150 pasukan elite sudah siap di atas kudanya masing-masing dan mereka semua tidak ada yang meremehkanku. Duke Arnes mengantarkan kepergianku dengan membekalkan harapan setinggi langit yang menjadi beban untukku.

Aku mulai menarik tali kekang kudaku dan menendang pahanya agar berlari ditengah hutan awal musim dingin. Menerobos semua yang akan menghalangi jalan kami.

Dua jam perjalanan dengan menunggangi kuda membuat bokongku mati rasa, aku menengok kebelakang melihat pasukanku bahwa mereka masih ada di sana, mengikutiku dan tidak membohongiku agar hanya aku sendirian yang berjalan menuju kematian.

Dan syukurlah, mereka masih ada di sana dengan serius menunggangi kuda, mengejar waktu.

Tiga jam perjalanan aku sudah melihat gapura pertama dengan lentera bunga teratai yang di dalamnya terdapat lilin yang menyala. Aku memelankan laju kudaku.

Ini lebih cepat dari yang aku bayangkan. Duke Arnes bilang, kalau aku akan berhasil menempuh setengah perjalanan dalam waktu tiga setengah jam. Tanda bahwa aku berhasil menempuh setengah perjalanan adalah, aku telah menemukan gapura besar dengan lentera bunga teratai yang menyala.

Dan ini gapura dengan bunga teratai yang dimaksud.

Aku menengok kebelakang dengan wajah gembira. Mereka bersorak kecil bangga atas pencapaian kecilku dan memujiku.

"Bagus, nona"

"Kerja bagus"

"Lebih cepat dari yang kubayangkan"

Aku nyengir kuda, "Ingin istirahat atau melanjutkan perjalanan?" Aku melihat mereka malah mengendikkan kedua bahunya tanda bahwa pilihan ada di tanganku.

Aku masih kuat, karena staminaku yang sangat besar. Tapi aku tak tahu seberapa besar stamina pasuka elite ini, takut-takut jika aku meneruskan perjalanan mereka malah menggerutu di belakangku dan menjelekkan namaku di depan Duke Arnes. Tapi jika aku mengambil istirahat, aku takut dianggap terlalu lemah dan mereka juga akan menjelekkanku di depan Duke Arnes.

Jadi aku mengambil keputusan "Istirahat selama 10 menit apa cukup?, Biarkan kuda-kuda mengisi tenaganya kembali"

Aku turun dengan hati-hati. Mengarahkan Philip ke genangan air besar bekas hujan dan mebiarkan dia meminumnya dan memakan rumput segar hijau di sana.

Aku memperhatikan raut wajah pasukan elite, membaca wajah mereka takut takut ada yang kesal atau kecewa dengan keputusanku. Tetapi, ternyata tidak. Mereka tampak biasa saja.

Bagus, langkah pertama yang aku ambil cukup bagus.

10 menit berlalu, kami kembali menunggangi kuda kami. Dengan istirahat itu, aku bisa menata ulang bokongku yang kaku dengan pemanasan-pemanasan kecil. Lucunya, pasukan elite mengikuti gerakanku dan merasa senang, tubuh mereka seperti panas kembali.

Kuda-kuda kami juga seperti itu, terlihat bugar seperti saat awal perjalanan. Membuatku tidak menyesali keputusan tadi untuk beristirahat selama 10 menit.

Dalam kurang dari 3 jam, kami sudah sampai pada gerbang perbatasan kedua. Para penjaga di sana tanpak lega begitu melihat kami sampai dengan selamat. Kepala penjaga gerbang kedua menghampiriku.

"Mereka sudah tiba 5 jam yang lalu, mereka tampak berpesta-pesta di sana. Tidak tahu kapan menyerang duluan, kami tidak bisa menyerang karena kekurang prajurit. Kami senang anda datang di saat yang tepat"

When The Moon Goes DownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang