"Aya" Tiba-tiba kedua bahuku ditimpa jubah yang agak berat tapi menghangatkan tubuhku. Begitu tahu siapa yang menghampiriku dan memanggilku dengan nama baru aku langsung sedikit menjauh.
"Ya-yang Mulia" Aku mengambil jubah tebal yang ia sampirkan di bahuku tapi ia menahannya.
"Jika kau juga menolak jubah ini akun akan sakit hati" Ucapnya penuh kesedihan, benar-benar beda dengan pria yang aku lihat di medan perang saat itu. Apakah mereka orang yang sama?.
"Aku tidak menolak sungguh"
"Jadi kau menerima lamaranku?" Ia langsung bersemangat, saat tersenyum matanya membentuk bulan sabit yang membuatnya tampak ramah.
"Bukan begitu" Saat aku ingin meneruskan perkataanku, ada yang memanggilnya.
"Yang Mulia" Suara yang ku kenal, ibu tiriku. Putra Mahkota langsung mengahalangiku untuk melihat wajahnya, seperti melindungiku dengan tubuh besarnya agar ia tak macam-macam denganku.
"Ada apa?" Suaranya sangat berbeda saat ia berbicara denganku. Suara yang ini, seperti suara yang sering aku dengar di drama yang aku tonton saat tokoh utama berhadapan dengan penjahat terkuat atau saat tokoh utama sedang berbicara serius dengan lawan yang kuat di kancah politik.
Apakah Putra Mahkota membencinya?.
Bahkan saat ia berbicara dengan pilar militer, suaranya tidak seperti ini.
Aku dapat melihat ibuku mengintip dan memandang kearahku dengan penuh curiga.
"Raja memanggil anda ke ruang besar bersama dengan nona Althaia"
Hah? Ada apa ini, ada apa ini?. Aku tidak dihukum karena tinggal di istana dan membiarkan tabib istana merawatku selama aku sakit kan?. Apakah aku harus mengganti rugi karena menyia-nyiakan sumber daya istana seperti makanan yang aku makan, biaya tabib yang merawatku, pakaian dan menyewa kamar mewah di sini?. Apakah akan seperti itu?.
Aku kan tidak punya uang.
Oohh ada, tentu ada. Keluarga Alarie kan keluarga bangsawan yang tentu saja kaya raya. Pasti di kediamannya, ia punya banyak perhiasan. Jadi aku bisa membayar semuanya dengan itu, yah walaupun mungkin akan ada yang protes jika ia tahu. Tapi selama ia tak tahu kan tidak masalah, lagi pula ini demi dirinya sendiri. Saat ia kembali nanti, pasti ia sangat bersyukur karena membayar mahal demi tubuhnya yang sehat ini.
"Kami akan kesana"
Begitu melihat ibu tiriku sudah menjauh, Putra Mahkota langsung membalikkan tubuhnya dan tersenyum.
"Aya, ayo ikut denganku. Kau pasti tidak tahu tempatnya kan" Ia tersenyum lagi. Semakin lama kulihat, ia tampak seperti anak anjing husky yang kegirangan. Sangat konyol.
************
Istana sangat luas, kami berjalan sangat lama dan jauh menuju ruang besar. Ruang besar terletak di istana pusat atau istana utama, sedangkan tempatku berdiri tadi berada di istana timur. Ruang besar biasa digunakan untuk pertemuan para menteri, pilar militer dan Raja. Mereka mengadakan pertemuan-pertemuan penting, membahas tentang keadaan kerajaan. Biasanya pertemuan ini diadakan seminggu sekali.
Saat perjalanan ke istana utama, banyak tanaman-tanaman yang meranggas dan ditutupi salju putih. Mungkin akan lebih bagus jika aku kemari saat musim hangat tiba. Mungkin aku akan kesini lagi untuk mengunjungi kakakku suatu saat.
Kami telah tiba di istana utama, tepatnya di ruang besar. Ruangannya sangat besar seperti namanya, dan di tengah-tengah ada karpet merah yang menuju ke singgasana Raja. Ruangan penuh dengan lukisan dan ornamen-ornamen ala Eropa jika di negeriku. Di samping kanan kursi Raja juga ada kursi untuk Ratu dan juga kursi untuk Putra Mahkota di sebelah kirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
When The Moon Goes Down
FantasyNamanya sendiri tak ia ingat, ia hanya tahu bahwa ia adalah seorang mantan pembunuh bayaran yang lahir dari rahim seorang mantan pelacur yang sekarang menjadi seorang penjudi dan pemabuk. Berhenti dari pekerjaannya yang menjijikkan dan hina, bermaks...