12

3 0 0
                                    

Nah, dengan begini terasa lebih simple dan ringan saat aku bergerak. Aaaah senangnya, kecantikanku tidak berkurang hanya karena aku memotong rambutku, lalu tubuhku jadi lebih ringan.

Pelayan yang memotong rambutku tadi juga sepertinya punya bakat untuk membuka salon. Potongannya sangat rapi dan bagus. Yah atau memang akunya saja yang terlalu cantik jadi potongan apapun akan sangat cocok untukku.

Bosan, bosan, bosan, bosan.

Tidak ada yang bisa aku lakukan kecuali makan, tidur dan melamun. Aku kan tidak terbiasa jadi pemalas yang hanya tidur-tiduran saja di kasur. Aku butuh aktifitas nyata.

Saat aku berniat untuk tidur, pintu kamarku di ketuk.

"Nona, ada yang ingin bertamu" Kata pelayan yang selalu berjaga di depan kamarku. Aku menduga bahwa buka putra mahkota atau raja yang masuk. Seseorang yang membuatku harus berhati-hati.

"Pelayan istana pusat"

Betul, ibu tiriku. Ah bangsat, mengingatnya membuat amarahku meningkat. Bukan, bukan amarah saja tetapi juga trauma, ketakutan sekarang memenuhi perasaanku. Tenang, tenang, ia hanya tikus got yang haus akan kekuasaan. Lagipula aku seperti ini karena berada di tubuhnya kan.

"Masuk saja" Ucapku dengan lantang dan penuh percaya diri.

Ia masuk ke kamarku dengan balutan seragam pelayan wanita istana. Ekspresi wajahnya tak terbaca, aku tak mengerti apa yang ia inginkan dariku. Atau ia hanya ingin berpura-pura menjadi sosok ibu pada umumnya?.

"Wah, to the point saja. Aku malas basa-basi" Ucapku ketus

"Apa, apa maksudmu to the point tadi?" Ia mengernyit tak mengerti karena perkataanku yang asing di telinganya. Aku baru ingat bahwa tidak semua kata-kata yang sering kuucapkan di dunia asliku akan dimengerti di dunia ini.

"Maksudku, langsung saja bilang ada keperluan apa"

Melihat ketidasopananku dalam berbicara padanya, membuatnya murka.

"Semakin lama kau semakin terlihat kurang ajar"

"Wah wah wah, lihatlah sekarang siapa yang berbicara" Aku berdiri dan mendekap kedua tanganku. Membusungkan sedikit dadaku dan melihat tajam ke dalam matanya. Orang ini, busuk sekali. "Bukankah kau yang tidak tahu diri dan kurang ajar?. Coba, sebelum mengataiku, berkacalah dulu. Sebelum menjadi bagian dari Alarie, kau itu siapa" Lanjutku dengan sombong. Yang kuingat, ia selalu marah jika diingatkan tentang masa lalunya, tentang dirinya sebelum menjadi bagian dari Alarie.

Ia kesal, aku bisa melihat dari alisnya yang sedikit mengkerut.

"Apakah kau tidak lagi menyayangi nyawamu? Tidak ingat terakhir kali saat kita bertemu?" Ia mendekatkan wajahnya ke wajahku dengan angkuh dan percaya diri.

Aku masih belum ingat, kapan terakhir kali kami bertemu dan setelah itu apa yang terjadi?. Apa yang wanita ini lakukan?.

"Oh?" Aku sedikit menunduk dan juga semakin mendekatkan wajahku padanya. Jari telunjukku menunjuk dadanya dengan keras, "Jelas sekali kalau aku menyayangi nyawaku, maka dari itu kalau kau bermacam-macam lagi padaku. Akan kubuat tempat ini menjadi kuburanmu" Ancamku.

Ia segera memundurkan tubuhnya, dan memalingkan pandangannya, tak berani menatapku lagi dengan angkuh seperti tadi. Maaf-maaf saja, sejak ia menginjakan kakinya di sini aku bisa saja langsung membunuhnya. Tapi, aku hanya ingin kedamaian untuk sementara ini dan tidak sopan rasanya salah membunuh di tempat tinggi ini.

"Kuharap kau segera angkat kaki dari sini" Ia langsung pergi keluar dari kamarku tanpa melihatku terlebih dahulu. Apa ia kapok telah dipermalukan olehku?.

When The Moon Goes DownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang