Aku sampai di istana setelah berkuda tiada henti selama 13 jam dengan membawa seorang gadis kecil yang terluka karena berusaha untuk melindungiku. Untunglah racunnya tak menyebar dengan cepat karena sudah kuberi penawar yang menghentikan sementara penyebaran racun.
Aku tak mengerti diriku sendiri, bertindak semauku hanya karena ingin menyelamatkan nyawa gadis ini. Padahal sudah ribuan orang yang mati demi melindungiku, tapi kali ini aku tak sanggup untuk melihatnya mati.
Aku tidak begitu kenal dengannya, hanya mengetahui bahwa dirinya ada, karena ia adalah anak dari Duke Alarie yang sering diceritakan ayah padaku dan juga Aimee, adik iparku adalah kakak tiri dari gadis yang aku bawa ini.
Istana heboh melihatku pulang dengan penuh darah. Para pelayan langsung berteriak terkejut.
"Panggil tabib istana dan suruh untuk langsung datang ke kamarku"
Aku berlari dengan membawanya ke kamarku, ia aku selimuti mantel tudung kerajaan yang aku punya, agar orang-orang tak melihat keadaannya yang sangat buruk.
Aku menidurkannya di kasur besar milikku. Darah masih merembes keluar dari sana, aku tak berani mencabut anak panahnya takut darahnya akan mengalir dengan deras dan ia akan mati karena kehabisan darah.
Ayah, Ibu tiriku dan tabib beserta asistennya datang dengan tergesa gesa memasuki kamarku. Wajah ayahku selaku raja di kerajaan Rarente dan wajah ibu tiriku memucat, lalu saat melihatku berdiri dengan tegap ia menghela nafas lega.
"Ibu dengar kau memanggil tabib, kupikir kau terluka. Syukurlah kau baik-baik saja" Ibu tiriku mengelus punggungku dengan lembut.
"Bukan aku, tapi dia" Aku membuka selimut yang menutupinya dan wajahnya benar-benar berubah warna. Racun dengan cepat kembali menyebar.
"Lakukan sesuatu" Teriak ayahku panik.
Para tabib segera mengobati lukanya, menyuntikkan sesuatu dan memberikannya penawar yang pernah aku gunakan tadi.
Aku menyuruh mereka berdua keluar agar para tabib bekerja dengan tenang tanpa gangguan kami.
"I-itu, adik Aimee kan?" Ibu tiriku bertanya dengan ragu-ragu, ia sudah lama tak pernah melihat Althaia sedekat ini. Aku mengangguk.
"Anak resmi Duke Alarie?. Bagaimana bisa terjadi?"
"Resmi?"
"Kau tidak tahu?, Ayah pikir kau tahu"
Aku menggeleng, aku tidak tahu berita atau gosip-gosip yang beredar di keluarga Duke atau Duchess karena menurutku tak penting dan tak ada sangkut pautnya dengan istana.
Aku tak tahu harus berapa lama menunggu para tabib selesai mengobatinya, dari tadi aku melihat beberapa kali asisten keluar masuk kamarku sambil membawa beberapa obat-obatan atau peralatan medis yang dibutuhkan. Nampaknya sangat parah, saat kulihat wajahnya berubah warna.
Aku menyuruh beberapa orang untuk berjaga di depan kamarku. Tidak ada yang boleh masuk kecuali para tabib. Keluarganya termasuk kepala pelayan istana juga tidak boleh masuk untuk meminimalisir kejadian-kejadian yang tak terduga.
Kepala pelayan istana ini adalah ibu tiri Althaia. Begitu aku mendengar kisah tentang keluarganya, aku tahu pasti ada yang tidak beres dengan ibu tirinya. Pasti perlakuannya sangat buruk kepada anak tirinya itu.
Bisa saja dengan keadaannya yang buruk seperti ini, ia melakukan sesuatu yang membuat keadaanya semakin memburuk dan bahkan sampai menyebabkan kematian demi menyingkirkannya.
Karena, Althaia adalah kandidat kuat Duchess keluarga Alarie saat ini.
**********
Setelah para tabib mengobatinya, ia kupindahkan ke ruang intensif dengan penjagaan super ketat. Di sana para tabib bisa leluasa untuk mengecek keadannya sampai benar-benar membaik tanpa harus bulak-balik memasuki kamarku yang jauh.
Istana saat ini sedang ramai dengan sorak-sorakan gembira karena kemenangan ku dalam perang melawan kekaisaran Monio. Itu semua tidak akan terjadi jika saja Althaia tidak melindungiku dan mengorbankan dirinya sendiri.
Dengan ini, kerajaan Rarente akan lebih kuat berkali-kali lipat setelah mengalahkan kekaisaran Monio dan membunuh kaisar Garben. Entah setelah ini apa yang akan dilakukan ayahku, menguasai Monio yang telah mendeklarasikan kekalahannya dan menyerah terhadap kerajaan Rarente atau menandatangani surat perjanjian untuk tidak berusah menyerang kerajaan Rarente lagi.
Ayahku beberapa hari terakhir ini sangat sibuk, tidak tidur karena sibuk mengurusi masalah negara dan masalah sengan kekaisaran Monio.
Arsen bersama dengan pasukan yang aku tinggalkan akan segera sampai dalam beberapa hari ini. Kerjanya sangat bagus, aku selalu mempercayainya.
Setelah mereka sampai nanti, aku dan pilar militer negara yang mengikuti perang harus ke kuil besar. Menjalani ritual dan berdoa mohon ampun dosa karena telah membunuh orang-orang yang tak berdosa demi keselamatan negara. Lalu mendoakan mereka para prajurit Rarente yang telah meninggal karena membela negara, agar jalannya di alam sana dipermudah, dan agar dewa senang menerima mereka.
Setelah menjalani ritual di kuil besar, negara akan membagi-bagikan makanan gratis kepada rakyat untuk merayakan kemenangan dan juga sebagai ritual tahunan masuknya musim salju.
Musim di wilayah kerajaan Rarente dibagi menjadi dua musim. Yaitu musim hangat dan juga musim salju.
Musim hangat terjadi antara pertengahan bulan maret sampai pertengahan bulan september. Di musim hangat bunga-bunga sakura akan mekar memenuhi jalanan, hujan jarang terjadi di musim ini. Petani-petani akan panen besar karena cuaca yang menghangat.
Sedangkan musim salju terjadi di pertengahan bulan september sampai pertengahan bulan maret. Awalnya, hujan akan sering terjadi dan menyebabkan suhu lama kelamaan akan turun, lalu pohon-pohon akan mulai meranggas dan lama-lama hujan air akan berubah menjadi hujan salju atau bahkan juga badai salju.
Kerajaan biasanya melakukan ritual membagi-bagikan makanan gratis kepada rakyat saat memasuki musim salju dan saat memasuki musim hangat, rakyat dan kerajaan akan mengadakan festival menyambut datangnya musim hangat pada bulan april sebagai penghiburan diri karena berhasil bertahan dalam ganasnya cuaca.
Festival musim hangat akan diadakan selama 4 hari berturut-turut.
Tadi, pagi saat aku bekerja untuk mengurus pembagian makanan gratis, Aimee datang kepadaku. Menanyakan kabar adiknya yang sedang sekarat, entah kapan ia akan membaik dan terbangun.
Ia datang sambil tergopoh-gopoh dengan wajah yang membengkak dan memerah karena menangis. Sungguh, walaupun keadaannya sungguh kacau aku masih bisa melihat kecantikan di wajahnya. Kecantikan di gen Alarie memang tidak main-main.
Dan pantas saja adikku tergila-gila ingin segera menikah dengannya.
*****
-tbc-
KAMU SEDANG MEMBACA
When The Moon Goes Down
FantasyNamanya sendiri tak ia ingat, ia hanya tahu bahwa ia adalah seorang mantan pembunuh bayaran yang lahir dari rahim seorang mantan pelacur yang sekarang menjadi seorang penjudi dan pemabuk. Berhenti dari pekerjaannya yang menjijikkan dan hina, bermaks...