8

27 3 0
                                    

Misi pertamaku benar-benar berhasil. Philip akan menjadi milikku saat aku kembali dari sana, dan sepertinya aku akan istirahat selama beberapa hari setelah perang ini berakhir.

Aku tidak tahu bagaimana persis perang itu berakhir, hanya yang aku tahu jika salah satu pihak menyerah dan mengakui kekalahan. Atau jika salah satu pemimpin pasukan berhasil di bunuh. Jika perang berakhir dengan cara seperi itu, berarti kami harus menjaga pemimpin pasukan kami. Pemimpin pasukan kami adalah putra mahkota, maka dari itu, kami akan melindungi kepala putra mahkota.

Dan aku tidak tahu siapa pemimpin 30ribu pasukan kekaisaran Monio, aku tidak atau bahkan belum di beri tahu. Biasanya pemimpin pasukan berada paling depan.

Tapi menurut perkiraan ku jika putra mahkota sampai ikut berperang seperti ini, bukankah pemimpin pasukan kekaisaran Monio juga putra mahkota, atau putra tertua atau bahkan raja sendiri. Mengingat kerajaan Rarente adalah kerajaan dengan pasukan militer besar dan kuat untuk menguasai satu kekaisaran seperti Monio.

Berarti, putra mahkota juga ikut terpancing atau ditantangi oleh anggota keluarga kerajaan Monio. Dan ini kesempatanku untuk tahu seberapa besar kemampuannya.

Tubuhku agak sedikit pegal, Aku meminta untuk beristirahat selama satu jam lalu kami akan berangkat kembali ke gerbang utama pada jam 10 pagi dan akan sampai di sana kira-kira sore hari.

Satu jam itu kugunakan untuk tidur sebentar.

*******

Aku tidak tahu apa yang terjadi saat aku bangun tidur, tapi tiba-tiba mereka ribut-ribut tentang hujan dan badai. Kupikir prajurit Monio muncul lagi dan berniat untuk membunuh kami semua.

Hujan dengan deras turun setengah jam yang lalu disertai dengan angin kencang. Kami berada di pondok besar gerbang perbatasan kedua. Kuda-kuda kami baik-baik saja. Tetapi masalahnya, kami tidak bisa kembali jika cuaca terus-menerus memburuk.

Dengan cuaca seperti ini saja bukan hanya memperlambat langkah, melainkan juga membuat kami terbang karena angin benar-benar gila dahsyatnya.

Aku tidak tahu bagaimana keadaan di gerbang perbatasan utama. Waktu kami kembali itu dijadwalkan paling lambat besok. Jadi kemungkinan masih ada waktu untuk menunggu hujan badai ini reda.

Anggota pasukan elite sependapat denganku untuk sementara meneduh dulu. Karena sebagian dari mereka pernah menghadapi hujan badai besar di Rarente dan testimoninya adalah, lebih baik mereka bertarung sendirian dengan seribu musuh daripada harus menghadapi cuaca yang tak karuan.

Dan aku juga setuju, karena inilah kesempatanku untuk menikmati bunyi hujan yang deras, petir yang menyambar dan bau tanah basah karena hujan. Sayang sekali aku tak membawa novel, karena pasti akan sempurna jika menikmati cuaca buruk ini dengan secangkir teh hangat dan juga sebuah buku.

Sebenarnya, aku tak pernah benar-benar berhenti dari pekerjaanku menjadi pembunuh bayaran. Agensiku tak mengizinkanku untuk berhenti, karena aku termasuk dalam pembunuh bayaran terbaik. Mereka hanya memberiku jeda untuk istirahat yang lumayan panjang, dan hampir setiap hari aku selalu di awasi oleh agensi karena takut aku akan melakukan macam-macam yang bisa membahayakan identitas kami.

Alasanku berhenti karena aku takut menjadi psikopat yang haus darah. Aku hanya takut dan nanti malah meninggalkan sisi kemanusiaanku. Dengan alasan kuat ini agensi mengizinkanku untuk mengambil jeda istirahat yang lumayan panjang.

Tapi, lihat sekarang. Aku kembali membunuh musuh-musuhku dengan lihai, istirahatku selama dua tahun sepertinya tidak meredamkan sifat haus darahku, yang ada aku semakin haus karena tak membunuh selama dua tahun.

Semakin kulihat, kurasa semakin deras juga hujan turun. Maka aku memutuskan untuk tak melihatnya dan pergi tidur, siapa tahu saja setelah menyelesaikan misi, aku bisa kembali ke duniaku. Seperti menyelesaikan level dalam sebuah video game.

When The Moon Goes DownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang