Clip
"Nah, maka dari itu karena banyaknya kasus pengedaran sabu serta ganja yang terjadi belakangan ini. Kalian bertiga bakalan tugas di satu daerah." jelas lelaki bersurai hitam itu sambil mematikan proyektornya.
Ketiga lelaki yang sedari tadi tengah duduk diam dan mendengarkan sontak menyerngit heran secara bersamaan akibat mendengar perkataan atasan mereka itu.
"Tugas apaan nih?" pemuda dengan surai hitam jabrik itu mulai buka suara sambil menyenderkan punggungnya yang pegal akibat duduk dan mendengarkan atasannya itu.
Atasannya itu menoleh kemudian tersenyum manis.
Benar-benar manis. Sampai membuat ketiganya dapat merasakan aura hitam yang mencekam yang seolah berkata 'nanya lagi gua bunuh lu bertiga'.
"Jahit! YA NGINTEL LAH BEGO, NANYA LAGI LU?! PROFESI LU APA SIH EMANGNYA?!" dia berkata sambil meninggikan sedikit intonasinya.
Ketiga bawahannya itu tersontak kaget, dan si surai hitam-abu itu menyenggol lengan si surai hitam jabrik akibat ulahnya lah atasannya menjadi ngamuk seperti ini.
"Pstt... Gegara lu nih." bisiknya.
"Kok gua? Gua kan mastiin doang." sanggah si surai hitam akibat enggan untuk di salahkan.
Sementara lelaki satu lagi juga menyikut tangan si surai hitam kemudian melirik pada atasan mereka yang sudah menampilkan senyum mematikannya.
Ketiganya sontak diam tak berkutik dan meneguk ludah mereka kasar.
"Ekhem, gini Pak maksud Kuroo. Kita ngintelnya tuh di mana?" si surai coklat akhirnya berkata guna membenahi perkataan temannya itu.
Atasannya memutar bola mata malas kemudian menyalakan kembali proyektor miliknya sehingga menampilkan sebuah denah perumahan.
"Kalian ngintel di sini, menurut informasi. Salah satu rumah yang ada di gang itu mereka pengedar." ucap sang atasan.
Si surai hitam-abu yang memiliki nama lengkap Bokuto Koutaro itu mengangkat tangannya tinggi-tinggi seolah ingin bertanya.
"Ya, kenapa Bokuto?"
"Rumah di gang itu ada berapa unit, Pak?"
"Sekitar... 15 kalo gak salah. Itu juga ada yang kosong beberapa. Dan yang selalu diisi itu cuman rumah ini." atasannya itu mengetuk papan tulis putih yang menampilkan denah itu dengan sebuah penggaris kayu.
"Jadi kemungkinan besar mereka pengedarnya."
"Kalo udah tau mereka pengedarnya kenapa gak langsung tangkep aja Pak?" celetuk si surai hitam yang bernama Kuroo Tetsurou.
"Kalo segampang itu juga saya bakalan langsung nangkep! Tapi kan ini perlu bukti-bukti kuat." ucap sang atasan yang bernama Sawamura Daichi, biasa di panggil Pak Dai.
"Lapor! Meskipun ada bukti-bukti kuat itu tidak akan berguna karena semua akan kalah jika tersangka memiliki uang banyak dan menyogok hakim!"
CLETAKK
"Aduh...." pemuda dengan surai coklat yang bernama Oikawa Tooru itu meringis ketika sebuah kaleng kopi mendarat mulus di kepalanya akibat perkataannya itu.
"Mulut di jaga ya! Kalo hakim denger ntar kita gak dapet bagian!" ucap Daichi tepat setelah melempar kalengnya.
Bokuto mengerucutkan bibirnya sambil menopang dagu mendengar itu. "Ya elah Pak, kita kita juga dapetnya dikit doang. Yang banyak mah atasan kayak Bapak."
"Makanya kerja yang bener biar naik tingkat!"
"Dan dapet bagian yang banyak, ya kan Pak?" celetuk Kuroo.