19. Salim

272 35 7
                                    

Kondisi rumah yang menjadi sepi seperti kuburan baru membuat Oikawa terpaksa untuk mengeluarkan suara emasnya, dia menyanyikan sebuah lagu dangdut koplo yang berjudul jaran goyang sembari mengecek ulang barang-barang es campurnya.

Dengan lirik yang asal-asalan, suara emas yang dapat memekakan telinga mulai menghiasi teras rumahnya. Mata dan tangan yang terfokus pada jejeran toples yang berada di gerobaknya tak menghentikan Oikawa untuk bergoyang tipis-tipis. Jika ia bergoyang berlebihan, dirinya takut di rekrut jadi biduan. Oikawa belum siap menjadi terkenal!

Di saat Oikawa sedang bernyanyi sambil bergoyang tipis-tipis tanpa ia sadari ia kedatangan seorang pelanggan sekaligus targetnya.

Suara gerbang yang di pukul secara tak sabar dan suara berat lelaki mulai memasuki indra pendengaran Oikawa. "Misi, ada orang gak?" 

Spontan Oikawa menghentikan kegiatannya, pinggulnya berhenti bergoyang dan bibirnya tertutup rapat. Menahan suara emasnya agar tak terdengar sedikit pun. Oikawa diam sejenak sebelum akhirnya berdehem pelan.

"Iya, ada!" Oikawa menjawabnya dengan cukup lantang, dan dengan hati-hati dia membuka pintu gerbang rumahnya secara perlahan.

Saat itu lah Oikawa melihat lelaki bersurai hitam bermata tajam yang berdiri tepat di depannya, tak lain dan tak bukan adalah Iwaizumi.

"Wih, rezeki nih. Target yang nyamperin sendiri." batin Oikawa.

"Eh Iwaizumi, ada apa ya? Tumben pagi-pagi ke sini." Oikawa berkata dengan tenang, hanya untuk berbasa-basi dan terlihat ramah.

"Saya lagi kepengen es, makanya saya ke sini." Iwaizumi menjawab sambil melirik ke gerobak es campur milik Oikawa yang masih terparkir rapih di sana. "Apa lagi gak jualan hari ini?" 

"Jualan, emang belum berangkat keliling aja hari ini." Oikawa menjawab sambil membukakan pagarnya lebar-lebar, mempersilahkan Iwaizumi masuk ke dalam teras rumahnya.

Iwaizumi segera melangkah masuk ke sana, dia duduk di salah satu kursi plastik yang di sediakan dan hanya mengangguk sebagai respon.

"Mau berapa nih es campurnya?" tanya Oikawa saat ia kembali mendekat pada gerobaknya, berniat untuk segera menyiapkan pesanan Iwaizumi, tentu saja sekaligus menggali informasi darinya.

"Satu aja," 

Oikawa mengangguk dan segera menyiapkan pesanan Iwaizumi, sesekali ia melirik Iwaizumi yang menunggu dengan tenang di belakangnya. Sambil memikirkan pertanyaan apa yang harus dia tanyakan telebih dahulu.

"Omong-omong Iwaizumi kerja apaan? Kayaknya jarang banget di rumah." Oikawa bertanya dengan tenang sembari memasukkan bubur sumsum ke dalam cup plastik yang ada di tangan kanannya.

"Saya di rumah terus kok, bahkan saya ngerjain kerjaan saya dari rumah," Iwaizumi menjawabnya dengan cepat, raut wajahnya yang tak berubah sedikit pun membuat siapa pun sulit membedakan apakah dia berbohong atau tidak.

Tapi, Oikawa takkan tertipu! Toh, Iwaizumi sudah di tetapkan sebagai tersangka! lagian Iwaizumi pikir udah berapa lama Oikawa jadi intel? Kebohongan pasaran seperti itu sudah tak mempan lagi bagi Oikawa.

"Oh begitu..." Oikawa meliriknya sekilas. "Kerja apa emangnya?"

"Kebetulan saya ngambil job desain grafis." woah, mulus sekali mulutmu itu berbohong Iwaizumi.

"Desain grafis?" Oikawa mengulanginya, dan sesaat setelahnya ia berbalik menghadap Iwaizumi. "Wih boleh dong saya make jasa kamu. Kebetulan saya lagi mau ganti banner buat gerobak saya!" Oikawa mengatakan sambil menampilkan senyum sumringah seolah-olah dia baru saja menemukan secerah cahaya yang bisa membuatnya menggali lebih banyak informasi tentang Iwaizumi.

Menyaksikan Oikawa yang tersenyum membuat Iwaizumi menghela nafas pelan sebelum akhirnya berkata. "Boleh boleh, emangnya mau di ganti kayak mana? Perasaan bannernya masih bagus." Iwaizumi menjawab sambil menatap banner yang terpasang rapih di gerobak es campur milik Oikawa.

Untuk menutupi tindakannya, sangat wajar jika Iwaizumi mengiyakan perkataannya. Toh jika dia menolaknya dengan berbagai alasan itu hanya membuat Oikawa semakin curiga padanya.

Oikawa menepuk pelan gerobaknya, "Udah bosen saya, butuh suasana baru biar pelanggan makin tertarik!"

Jika Iwaizumi boleh memberikan saran, lebih baik Oikawa belajar membuat es campur dengan baik dan benar terlebih dahulu dari pada mengganti banner.

"Oh begitu, ya udah besok kita omongin banner kayak gimana yang kamu pengenin." Iwaizumi berkata dengan sudut matanya yang berkedut kesal.

Tolong, Iwaizumi sebenarnya gak bisa enggak tuh yang namanya desain grafis desain grafis. Tapi dia udah ngomong kalo itu pekerjaannya, mau di tolak takut curiga, tapi kalo di terima siapa yang ngerjain?!!

"Oke!!" Oikawa memutar tubuhnya dan kembali membuat pesanan untuk Iwaizumi.

Ketika selesai, dia segera menyerahkannya pada Iwaizumi. "Nih es campurnya. Selamat menikmati!" Oikawa memberikannya sambil tersenyum manis.

Iwaizumi mau tak mau terpaku pada senyum manis andalan Abang-abang es campur ini. Ugh, di kira mempan kali ya senyum-senyum gitu di depan Iwaizumi setelah minta hal yang Iwaizumi gak bisa lakuin, ya jelas mempan lah!

Dengan mata yang terus terpaku pada wajahnya, Iwaizumi menggerakkan tangan untuk meraih es campur yang Oikawa sodor kan.

"Makasih..." lirih Iwaizumi ketika pandangannya turun menatap es campur yang tampak lezat, tetapi tidak dengan rasanya.

Oikawa mengangguk saat dirinya menyodorkan tangan kanannya, meminta Iwaizumi membayar es campur buatannya. Meskipun Iwaizumi adalah targetnya, Iwaizumi harus tetep bayar. Oikawa gak mau rugi!

Iwaizumi menatap tangan Oikawa dengan satu alis yang terangkat keheranan, dia tak menangkap apa maksud Oikawa. Dan terlintas sebuah pemikiran nyeleneh di benaknya.

Oh, dia mau salim.

Dengan pemikiran seperti itu di benaknya, Iwaizumi memindahkan cup plastik yang berisikan es campur ke tangan kirinya dan tangan kanannya ia letakkan di atas tangan Oikawa.

Oikawa harus mengerjap beberapa kali ketika mendapati tangan Iwaizumi malah berada di atas telapak tangannya, "Lah? Ngapa malah tangan dah anjir? Gua kan maunya duit!" dengan keheranan Oikawa menggerakkan matanya untuk memandang wajah Iwaizumi.

"Iwaizumi, maksud saya, uangnya mana?" Oikawa menjelaskan niatnya dengan raut kebingungan yang senantiasa menghiasi wajahnya.

Sadar akan tindakannya yang tak sesuai keinginan Oikawa membuat Iwaizumi dengan cepat menarik tangannya lagi dan segera merongoh sakunya.

"Babi babi babi, kenapa kaga ngomong anjir?!" Iwaizumi membatin, merutuki kebodohannya sendiri saat rasa malu perlahan menjalar pada dirinya.

"Oh maaf Wa." Iwaizumi berkata setenang mungkin, tak ingin terlihat gelagapan apa lagi salting.

Setelah menemukan selembar uang bernilai sepuluh ribu, Iwaizumi segera memberikannya pada Oikawa. "Nih, kembaliannya ambil aja." tanpa menunggu balasan Oikawa ia segera melangkahkan kaki menjauh dari sana.

Oikawa mengernyit, tumben bener ada pelanggan yang mau ngelebihin duit kayak Iwaizumi gini. Biasanya, Oikawa selalu dapet pelanggan yang kembalian kurang gopek aja di permasalahin.

"Aneh," ucap Oikawa seraya memasukkan uang itu pada tas pinggang yang ia kenakan. "Bukan cuman aneh doang, keknya si Iwaizumi Iwaizumi ini juga gila salim." Oikawa berkata sambil menggelengkan kepalanya dan kembali bersiap untuk jualan keliling.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 06 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

IntelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang