"Siapa yang bentar lagi jatoh miskin?"
"Akaashi!"
"Siapa yang bentar lagi makan nasi pake garem?"
"Keiji!"
"Siapa yang bentar lagi ba-"
BRUKK
Ketika Kenma tengah bernyanyi dengan lirik yang di ubahnya tiba-tiba saja sebuah bantal sofa mendarat mulus di wajahnya yang mengakibatkan lagunya harus terpaksa dihentikan.
Dan tentu saja yang melakukannya adalah Akaashi.
Tatapan kesal, sebal serta penuh amarah ia lontarkan untuk Kakak brengsek dan tidak tahu dirinya itu.
Bukannya membeli amfetamin secepatnya di toko lain atau mungkin memesannya ulang. Bisa-bisanya Kakaknya itu malah leha-leha sambil ngelantunin lagu gak jelas yang minta di timpuk itu.
"Paan sih Shi? Gitu doang lempar bantal lu?!" geram Kenma sambil menyingkirkan bantal yang mendarat di wajahnya.
Akaashi memutar bola matanya malas. "Ya lu nyanyi gak bener."
"Mending lu nyari amfetamin atau apa kek yang bisa buat bikin sabu. Udah nipis nih, kalo gini terus bisa-bisa kita gak ada pemasukan beberapa hari ke depan."
Kenma melirik Akaashi sekilas kemudian menatap langit-langit kanar adeknya itu. "Ya udah, libur satu hari juga gak bakal rugi."
"Lagian kita udah jarang libur, loh? Lu gak capek emangnya?"
"Ya capek lah gila, namanya juga kerja."
"Halah, omongan lu kayak orang yang kerjanya bener aja."
Akaashi bergidik mendengarnya. Oh ayolah, bandar bukankah pekerjaan yang benar? Ya.... Meskipun melanggar hukum pemerintahan....
"Ken, lu nanti ke taman lawang, ya?" Iwaizumi yang baru saja memasuki kamar Iwaizumi tanpa mengetuknya, dia mengatakan itu pada Kenma sembari menyodorkan sebuah plastik berukuran sedang yang diisi oleh kemeja.
Kenma bergidik mendengarnya.
Taman lawang?
Tempat mangkalnya banci itu?
Ayolah, kenapa harus dia? Kenapa tidak Akaashi saja?
Kenma melirik Akaashi untuk melemparkan semua tugas ini padanya.
Padahal, tadi Kenma sangat yakin bahwa Akaashi sedang menatap kearahnya dengan tatapan yang mengejek.
Lantas....
MENGAPA TIBA-TIBA DIA SUDAH KEMBALI FOKUS PADA KOMPUTERNYA?! Licik sekali.
Kenma mengendus sebal dan kembali menatap Kakaknya itu dengan tatapan sok polosnya.
"Ngapain Bang? Bukannya sabu kita dah habis, ya?"
"Sabu emang dah habis. Tapi ganja masih ada. Jadi lu kasih dah nih." tanpa menunggu Kenma yang meraih plastik itu. Iwaizumi malah langsung menyodorkannya pada Kenma.
Kenma menatap plastik itu dengan tatapan nanarnya. Sial.
Jika bukan karena uang.
Tidak akan mau Kenma menginjakkan kaki di sana.
"Iya iya, tar gua ke sono."
~
Kenma menatap plastik yang beberapa jam lalu Iwaizumi berikan padanya dengan tatapan jijik, geli dan malas bercampur jadi satu.
"Gini banget hidup...." keluhnya sambil melangkahkan kaki untuk keluar dari pagar rumahnya.
Dan tepat setelah dia keluar pagar, dapat di lihatnya Abang-abang nasgor yang pas baru dagang bukanya siang-siang a.k.a Kuroo yang sedang membersihkan gerobaknya.