Kuroo, Bokuto dan Oikawa menatap lekat sebuah kotak berukuran sedang yang ada di hadapan mereka.
Tadi, pagi-pagi buta ada abang kurir yang dateng buat ngasih ini kotak ke rumah depan alias rumah Iwaizumi dan adek-adeknya.
Tetapi.... Udah di panggil berkali-kali gak ada sautan dari dalam. Nah kebetulan Kuroo pas itu lagi buang sampah dan dia pun inisiatif biar paketnya di kasih ke dia aja.
Meskipun sebenarnya dia mau ngebongkar nih paket buat ngeliat isinya.
"Jadi.... Mau kita bongkar?" tanya Oikawa.
Kuroo mengangguk. "Bongkar lah." tanpa banyak bicara dia dan Bokuto segera membongkar kotak itu dengan cepat tetapi penuh hati-hati agar resinya tidak rusak.
Setelah mereka berhasil membuka plastik itu dapat di lihat oleh mereka sebuah kardus sedang yang tertutup rapih.
Mereka memperhatikan satu sama lain kemudian mengangguk.
Kuroo dan Oikawa segera menjauh dari kotak itu. Membiarkan Bokuto memeriksa tiap bagian kotak itu. Takut jika ada pelacak atau hal semacamnya di sana, dan kemungkinan terburuknya kotak itu berisi bom yang bisa meledak kapan saja.
Ew.... Jangan sampe.
"Yang bener, kalo gak bener lu bakalan gua cepuin ke Pak Dai." ancam Oikawa dengan suara pelan dan berhasil membuat Bokuto bergidik dan mengendus sebal.
Sementara Kuroo hanya diam dan memperhatikan juniornya yang sedang mengecek kardus itu.
Setelah selesai Bokuto mengangguk dan mengacungkan jempolnya. "Aman."
"Yodah, buka tuh kardus."
Mendengar perkataan Kuroo, Bokuto pun segera membuka kardus itu perlahan. Kuroo dan Oikawa kembali mendekat pada kardus itu untuk melihat apa isinya.
Dan ketika kardus itu terbuka.
Mereka terkejut menyaksikan berbagai macam amfetamin yang menumpuk dan tersusun rapih di dalam sana.
"Am—fetamin?" tanya Bokuto heran.
Kuroo bergerak dan mengambil salah satu bungkus itu lalu mengangkatnya tinggi-tinggi dan menerawangnya di bawah cahaya lampu.
"Iya, amfetamin." ucap Kuroo sambil melihat dari berbagai sisi.
"Salah satu bahan membuat sabu, kan?" tanya Bokuto.
Oikawa mengangguk. "Ya."
•••••
Iwaizumi menatap malas pintu rumahnya yang sedari tadi tertutup rapat itu. Sudah dapat 3 jam dia menunggu pesanan amfetaminnya itu namun tak kunjung datang.
Akaashi yang baru saja tiba dari dapur segera menghempaskan bokongnya di sofa sebelah Iwaizumi. "Belum dateng juga Bang?"
Iwaizumi menggeleng dan beralih menatap Akaashi. "Belom, lu ngasih alamatnya bener gak?"
Akaashi mengedikan bahunya kemudian melirik Kenma yang ada di tangga dan berjalan turun dengan tampang mengantuknya.
"Gak tau, orang Kenma yang mesen."
Iwaizumi bergidik mendengar itu. Dia segera menatap adik pertamanya itu dan berkata.
"Ken, lu mesen amfetaminnya, kan semalem?" tanya Iwaizumi.
"Hoammm...." Kenma merenggangkan ototnya dan mengangguk. "Mesen-mesen. Katanya jam 7 udah sampe sini."
"Tapi ini udah jam 9 mau jam 10 malah." ucap Iwaizumi.