10. Promaag

345 46 1
                                    

"BANGSAT!!!!"

Kenma dan Akaashi yang lagi leha-leha tentu saja terkejut akibat teriakan Abangnya a.k.a Iwaizumi yang tiba-tiba aja balik lagi padahal tadi bilangnya mau  beliin makanan.

Kenma sontak mengalihkan pandangannya dari handphone kesayangannya. Menatap Iwaizumi yang membawa sebuah kotak dengan tatapan herannya.

"Dih, kok balik lagi?" tanyanya dengan tampang tak berdosanya.

Tak tinggal diam, Akaashi juga ikut bertanya.

"Kotak apaan Bang?"

Brakkk

Iwaizumi menaruh kasar kotak yang di pegangnya itu di atas meja kemudian menatap Akaashi dan Kenma dengan tatapan kesalnya.

"INI AMFETAMIN YANG KITA PESAN TOLOL, DAN BEGONYA TUH KURIR BARU MALAH NGASIH KE TETANGGA DEPAN!" pekik Iwaizumi.

Akaashi dan Kenma yang tadinya heran kini menjadi terkejut. Mereka segera bangkit dari posisi tidur mereka, mengubahnya menjadi duduk dan berkata dengan serempak.

"HAH?! TERUS KETAUAN GAK?!"

Iwaizumi menghempaskan bokongnya pada sofa yang ada di hadapan Akaashi dan juga Kenma.

Dia menggelengkan kepalanya sambil berkata. "Kayaknya sih enggak. Soalnya di resi tulisannya promaag bukan amfetamin."

Akaashi dan Kenma menghela nafas lega mendengar perkataan Kakak sulungnya itu.

"Gila tuh kurir, gak mikir apa, ya? Malah di titipin ke depan." geram Iwaizumi.

"Pindah toko aja Bang, gosah beli di sana lagi." Kenma berkata sambil mengambil kotak itu dan membongkarnya.

"Susah Ken, kalo pun ada juga gak dalam jumlah besar. Kita kan mesen banyak mulu." ucap Akaashi sambil mendekat pada Kenma yang tengah membongkar kotak itu.

"Bangsat bangsat bangsat, liat aja tuh kurir. Gua bogem anjir..." gemas Iwaizumi.

"Gua nyemangatin lu yang bakal ngebogem Bang." ucap Akaashi.

Ketika kotak itu telah terbuka lebar. Akaashi dan Kenma dikejutkan oleh sesuatu yang ada di dalamnya.

"Ken, lu bener gak mesennya semalem?" tanya Akaashi tanpa mengalihkan pandangannya.

Kenma mengangguk cepat. "Bener cok, gua yakin banget kalo gua mesen amfetamin."

Iwaizumi yang mendengar percakapan aneh kedua saudaranya itu tentu saja penasaran. "Kenapa emang?"

"Nih kotak isinya sesuai sama apa yang tertera di resi."

"Promaag 5 bungkus. Bukan amfetamin."

....

.....

.....

"HAH?!"

•••••

"Terus..... Amfetamin sebanyak ini mau kita apain?" tanya Bokuto sambil menatap tumpukan amfetamin yang berantakan di atas meja itu.

Kuroo menatap amfetamin itu dan beralih menatap Bokuto. "Kirim aja ke kantor."

"Buat apa? Mau nyabu juga kah orang kantor?" celetuk Bokuto asal.

"Asli Bok, kalo Pak Dai ngedenger omongan lu gua yakin lu bakal di liburin setahun." ucap Kuroo sambil memincingkan matanya.

"ALHAMDULILLAH DAPET LIBUR JUGA GUA!! LU JANGAN IRI YA KUR!!" Bokuto berkata dengan sangat senang dan gembira.

Akhirnya. Setelah banting tulang bertahun-tahun, dapet libur panjang juga.

"Dan gak bakalan masuk lagi."

Berkat Kuroo yang menyambung perkataannya, seketika membuat Bokuto berhenti bersyukur dan malah mendelik kearah seniornya.

"Pecat maksud lu?"

"Libur selamanya lebih tepatnya."

"SAMA AJA!!"

Kuroo hanya mengedikan bahunya kemudian mengambil satu bungkus amfetamin itu. Memperhatikannya dari berbagai sisi.

Kenapa mereka memiliki amfetamin?

Hohoho, tentu saja mereka yang menukar isi kotak itu sesuai dengan resi yang tertera di kotak tersebut.

Dan tentunya sang pemilik kotak tidak menyadari itu.

"Kalo kayak gini harusnya mereka gak ngedar dulu beberapa hari." ucap Kuroo.

"Gua tadi telfon Pak Dai, dia nyuruh kita ngirim amfetamin itu ke divisi 5." ucap Oikawa yang baru saja memasuki rumah.

Kuroo dan Bokuto menoleh kearahnya dan mengangguk.

"Sip, besok gua yang ke sono." ucap Bokuto sambil mengacungkan jempolnya.

"Terus tadi gimana pas lu balikin tuh kotak?" tanya Kuroo ketika menyaksikan Oikawa yang sudah terduduk di sebelah Bokuto.

"Wajahnya kayak kaget campur panik cok hahaha." ucap Oikawa diiringi tawa ringannya.

Kuroo yang mendengar itu menganggukkan kepalanya, wajar. Toh ini barang berharga bagi mereka.

"Yang nerima siapa? Akaashi bukan?"

Oikawa mendelik mendengar itu kemudian menggeleng. "Bukan. Yang nerima Iwaizumi."

Tampang lesu terpampang jelas di wajah Bokuto akibat perkataan Oikawa. "Yah.... Gua kira Akaashi yang nerima."

"Akaashi Akaashi mulu, mending dagang bakso borax sono." ucap Kuroo.

Bokuto mengendus sebal, meskipun begitu dia tetap bangkit dan meraih HT serta tas pinggangnya dan bergegas keluar meninggalkan Kuroo dan Oikawa.

"TIATI!!" pekik Oikawa ketika menyaksikan punggung Bokuto sudah hilang dari penglihatannya.

"JAN PAKE JAM ROLEX LAGI." timpal Kuroo.

"Oh iya Kur, lu beberapa hari ke depan jangan kemana-mana. Di sini aja, pantau tuh tiga orang. Kalo mereka gak keluar rumah berarti mereka gak ngedar dulu beberapa hari." jelas Oikawa.

Kuroo mengacungkan jempolnya mendengar perkataan seniornya itu. "Sip..." dia menjawab dengan nada lempengnya.

"Ya udah, dagang sono lu." usir Kuroo sambil mengibaskan tangannya seolah menyuruh Oikawa pergi.

"Tai, awas aja lu Kur. Gua cepuin Pak Dai kalo lu sering godain atasan."

Kuroo melotot mendengar itu dan refleks mulutnya itu terbuka lebar dan mengeluarkan suara.

"WOY! KAK KAWA SENIOR YANG PALING GUA HORMATI. JANGAN CEPU GITU LAH!!"

Oikawa tidak menjawab dan malah berjalan keluar sambil mengacungkan jari tengahnya.

IntelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang