03. Lokasi Dagang

531 60 4
                                    

"Huh.... Jadi ini gimana cara kita buat nangkep pengedar itu?" tanya Bokuto.

Brakk

Kuroo meletakkan kardusnya kasar kemudian menggelengkan kepalanya. "Ckckck Bok, Bok. Lu udah dapet 5 tahun kerja di sini masih aja nanya."

Clang clang

Suara centong besi yang beradu dengan toples beling itu ikut menghiasi pembicaraan mereka. Suara ini di buat oleh pemimpin tugas kali ini a.k.a Oikawa.

"Udah jelas jawabannya..." Oikawa menjeda kalimatnya sambil menoleh kearah Bokuto.

"KITA HARUS BERBAUR!" Oikawa dan Kuroo mengatakannya dengan serempak sambil menatap Bokuto penuh semangat.

Sesaat setelahnya mereka tersenyum bangga akibat perkataan sama yang mereka lontarkan tanpa adanya briefing itu.

"Berhenti masang wajah kayak gitu Kak, saya enek ngeliatnya." ucap Bokuto sambil menatap kedua Kakak seniornya itu jijik.

Ya, Bokuto adalah yang paling bontot di sini. Alias yang masuk kerja paling terakhir. Baru masuk join 5 tahun dia. Kalo Kuroo udah dapet 7 tahunan dan si Oikawa udah dapet 10 tahun jadi intel.

Bisa di bilang si Oikawa ini yang paling senior di antara mereka meskipun kelakuannya sama aja.

Dan juga. Bokuto jarang manggil mereka pake sebutan 'Kak' dia manggil kayak gitu paling buat ngejek atau ngerasa jijik dan melimpahkan semua kesalahannya pada dua orang temannya itu.

"Sok enek amat, padahal dalem hati mah kagum." cibir Oikawa sambil kembali mengaduk sesuatu yang ada di toples itu.

Bokuto mengerucutkan bibirnya kesal kemudian pandangannya turun menjelajah isi toples Oikawa dengan tatapan herannya.

"Lagi bikin apaan tuh?" tanya Bokuto penasaran.

Oikawa yang mendengar itu berhenti mengaduk dan menatap toplesnya. "Ini? Ini santen cok."

"Buat apa anjir? Lu bisa bikin besok padahal." ucap Kuroo yang tengah mengecek bahan-bahan nasi gorengnya.

"Mon maap Kur, tapi lu juga sama." ucap Bokuto dengan kesal.

"Ya elah Bok, dari pada gak ngapa-ngapain. Mending lu nyiapin dagangan bakso borax lu." ucap Kuroo sambil menunjuk ke arah tumpukan kardus yang tak jauh dari mereka.

"Besok bisa itu mah, ketiban rebus doang." enteng Bokuto sambil merebahkan badannya pada sofa.

Dia fokus menatap tv yang menyala. Mencoba untuk tidak menghiraukan suara berisik yang dihasilkan oleh teman-temannya itu.

Namun ketika dia sedang fokus menonton tv, dia mengingat satu hal.

"Oh iya, lokasi dagang kita di mana?"

TENG!!!

Mereka bertiga mengatakannya secara bersamaan dan tepat setelah berkata seperti itu, Kuroo dan Oikawa menghentikan kegiatan mereka dan saling menatap satu sama lain, begitu pula Bokuto.

Hm..... Ini tidak bisa di biarkan.

Pokoknya...

"GUA HARUS DAGANG DI RUMAH INI!"

Batin mereka serempak.

Tentu saja para intel tampan ini juga malas seperti manusia pada umumnya. Terlebih harus mendorong dorong di tengah teriknya matahari? Oh tidak. Mereka tidak mau itu.

Lebih baik mereka dagang di rumah saja sambil leha-leha dan otak atik Handy talkie kesayangan mereka.

"Ekhem ekhem." Oikawa mulai mengatur suaranya agar seluruh atensi teman-temannya itu beralih menatapnya.

Dan tentu saja itu berhasil.

Kedua temannya itu menatapnya dengan tatapan sewot, bahkan tidak suka karena tau Oikawa akan mengatakan hal yang tidak masuk akal.

"Gua kan yang paling senior nih ya di sini... Jadi gua yang harus dagang di rumah ini." kan kan, baru juga di omongin udah mulai aja.

Kuroo yang mendengar itu langsung tersenyum tak suka. "Es campur mana ada yang diem di tempat, lu mau gak laku?"

"Justru karena gua jual es campur gua harus diem di tempat. Kalo gua keliling nanti esnya pada mencair gimana?" balas Oikawa.

"Gak logis, orang yang harusnya di rumah itu yang dagang bakso. Kan biar yang beli bisa makan sambil duduk." timpal Bokuto yang juga tak mau kalah.

Kuroo menggelengkan kepalanya. Kali ini dia melemparkan tatapan tak sukanya pada Bokuto. "Bakso bisa ngeleseh di pinggir jalan, ya! Gak usah manja! Mau di lantik lagi?!"

"SIAP SALAH! SAYA MASUK PAKE ORDAL SENIOR! JADI GAK ADA LANTIK-LANTIKAN!" balas Bokuto dengan tegas dan memasang pose hormat.

Kuroo yang mendengar itu langsung mengangguk. "Oiya, lu beli slot, ya?"

"Iya, senior!"

"Nah berhubung lu beli slot lu gak boleh dagang di rumah." ucap Oikawa.

Kuroo mengangguk menyetujui perkataan Oikawa. "Bener dan maka dari itu."

"Gua yang bakal dagang di rumah." Oikawa dan Kuroo kembali berkata secara bersamaan.

Dan tepat setelahnya mereka melemparkan tatapan sinis satu sama lain dan mulai beradu mulut. Tentu saja Bokuto juga ikut melakukannya.

•••••

"Gua laper, pengen kwetiaw goreng." ucap Kenma sambil menatap kedua saudaranya yang tengah mengecek barang-barang haram dagangan mereka.

"Terus?" tanya Iwaizumi tanpa mengalihkan fokusnya.

"Beliin, nanya lagi lu." ucap Kenma.

"Beli sendiri monyet, lu kan nanti mau COD." kesal Iwaizumi.

"Gua maunya sekarang Bang!!" rengeknya dan beralih menatap kearah Akaashi.

"Shi beliin gua!!"

Akaashi menggelengkan kepalanya. "Mau beli pake apa? Kita kan gak punya duit."

Kenma menyerngit mendengar itu.

Gak punya duit?

Terus hasil transaksi gelap mereka itu apaan?

Daun?

"Maksud lu apa anjer? Itu duit di atm di brankas banyak, ya!" kesal Kenma.

"Maksud gua duit halal. Itu kan duit haram semua." ucap Akaashi sambil menatap Kenma. "Emangnya lu mau makan duit haram? Gua denger orang kalo makan duit haram perutnya nanti bakalan panas."

"Duit haram bisa memicu asam lambung?" heran Kenma.

"GEGARA KEBAKAR API NERAKA!" kesal Akaashi.

"KITA ATHEIS BEGO, MANA PERCAYA NERAKA-NERAKAAN!"

IntelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang