08. Aduin

404 50 4
                                    

"Ada kemajuan gak hari ini?" tanya Oikawa sambil menatap Bokuto dan juga Kuroo yang tengah leha-leha itu.

Keduanya mengangguk serempak.

Oikawa tersenyum senang melihat respon kedua juniornya itu. Alhamdulillah.... Kan kalo gini beban dia jadi sedikit berkurang.

"Oke! Kalo gitu, mulai dari Bokuto. Kasih tau gua lu udah dapet informasi apa aja hari ini?" tanya Oikawa.

Bokuto yang mendengar perkataan seniornya langsung mengubah posisinya menjadi terduduk tegak.

"Siap! Saya Bokuto Koutaro melapor bahwa saya sepertinya menyukai salah satu pengedar itu yang bernama Akaashi!"

Kuroo dan Oikawa sontak membuka mulutnya lebar-lebar saking terkejutnya dengan ucapan sang junior.

"ASU!! LU BENERAN SUKA AMA DIA?!" pekik Oikawa tak percaya.

Dengan cepat Bokuto mengangguk. "SIAP, BENAR!"

Kuroo menggeleng tak percaya dan menutup mulutnya. Ckckck apa-apaan percintaan yang terjalin antar intel dan terget ini.

"Gila..... Jagoan jagoan, gak paham lagi ama cara berfikir lu." ucap Kuroo sambil menepuk kedua tangannya seolah memberikan apresiasi.

Bokuto yang di berikan tepuk tangan oleh seniornya tentu saja bangga. Bahkan dia sampai membusungkan dadanya saking bangganya akibat seniornya memberikannya tepuk tangan.

Meskipun Kuroo bertepuk tangan karena hal lain.

Kuroo berhenti menepuk tangannya kemudian menatap Oikawa lalu tersenyum lembut. "Cepuin ke Pak Dai kayaknya seru nih."

Bokuto yang tadinya bangga akan dirinya sendiri sontak terbelalak mendengar ucapan Kuroo dan juga menyaksikan senyum lembut yang mematikan itu.

"HAH?!"

Oikawa yang mendengar itu tersenyum miring kemudian mengangguk. "Ide bagus, sekarang ayo kita telfon Pak Dai."

Bokuto makin melotot mendengar perkataan Oikawa bahkan Oikawa sampai menyambar handphonenya seolah memang ingin melakukan apa yang ia katakan sungguh-sungguh.

Tetapi, Bokuto mana mungkin membiarkannya.

Dia segera bangkit dan berusaha meraih handphone Oikawa.

"Kak Kak, gak lucu Kak. Jangan kayak gini lah." ucap Bokuto sambil berusaha meraih handphonenya yang Oikawa angkat tinggi-tinggi itu.

Kuroo yang menyaksikan itu juga ikut bangkit kemudian mengambil handphone yang ada di tangan Oikawa dan berjinjit sambil mengangkat tangannya keatas agar Bokuto tidak bisa meraihnya.

"Kak jangan gitu lah Kak, kita udah kerja bareng bertahun-tahun loh..." Bokuto berkata dengan tampang memelasnya.

Namun, bukannya membuat Kuroo dan Oikawa kasihan. Itu malah membuat mereka makin menjadi.

"Baru bertahun-tahun, belom satu abad ini." celetuk Oikawa sambil memperhatikan kedua juniornya yang tengah merebutkan HP-nya itu.

Kuroo itu tipe orang yang bahagia di atas penderitaan orang lain, jadi....

"BWAHAHAHA MOHON-MOHON LU SEKARANG?!" Kuroo berkata sambil terus mengangkat handphone Oikawa.

Dan tanpa di sadari olehnya, jari-jemarinya menekan salah satu nomor yang bertuliskan Pak Dai yang gak mau bagi dua.

Tutt......

"Ada apa?"

TENG!!!

Bokuto yang tadinya sedang berusaha meraih handphone itu sontak terdiam. Kuroo yang tadinya mengangkat tinggi-tinggi handphone itu juga membeku ketika mendengar suara yang keluar dari handphone. Bahkan Oikawa yang lagi duduk ngangkat satu kakinya kayak preman pasar langsung duduk menyila akibat mendengar suara atasan mereka yang sedikit mengintimidasi itu.

IntelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang