05. Abang es campur ternyata tetanggaku

435 54 2
                                    

"JAKET GUA MANA?!" pekik Iwaizumi dari dalam kamarnya.

Kenma dan Akaashi yang sedang leha-leha di ruang tamu lantai dua sontak bergidik akibat mendengar teriakan Kakak sulung mereka itu.

Akaashi menyenggol Kenma yang tengah tiduran di sebelahnya. "Stt... Pas itu lu yang make, kan? Lu kemanain anjir?" Akaashi berkata dengan suara yang pelan agar tidak terdengar oleh Iwaizumi.

Kenma yang mendengar tuduhan tanpa bukti itu sontak melotot. "Lah lah.. Gua gak ada make jaket Bang Iwa anjir. Orang biasanya juga elu yang make." balas Kenma tak kalah pelan tetapi dengan nada sewotnya.

"Lu make ya pas itu! Gak usah bohong kayak gitu d-"

"UDAH ADA, GAK JADI!!"

Keduanya menghela nafas lega karena Iwaizumi yang kembali berteriak itu. Dasar Iwaizumi, bikin mereka senam jantung malem-malem aja.

Ceklek

Pintu kamar Iwaizumi terbuka lebar dan tak lama setelahnya muncul Iwaizumi yang sudah berdandan rapih ala-ala bandar narkoba.

Gk becanda. Dia dandan kek bocah-bocah abg pada umumnya. Pake kaos oblong terus pake jaket polos sama pake celana training.

"COD di mana kali ini?" tanya Kenma ketika melihat Kakanya yang telah rapih itu.

"Jembatan lawang." enteng Iwaizumi.

Kenma yang mendengar itu menyerngit heran. Bukan apa-apa. Tapi di sana tempat mangkalnya para banci.

"Lah mau COD-an sama siapa lu? Banci?"

Akaashi melepas kacamatanya kemudian meletakkannya di atas meja dan mengangguk. "Ya elah Ken, pengedar kita kan ada yang banci. Lupa lu?"

Kenma diam mendengar itu kemudian mengangguk setelahnya. "Oh iya bener juga."

Iwaizumi mengangguk-anggukan kepalanya. "Ya udah lah gua mau keluar. Lu berdua jangan tidur dulu, ntar ada kurir dateng malem-malem."

"Asyik... Sopi food!!" ucap Kenma sambil sedikit bersorak ria.

"Jangan tolol gitu Ken, itu kurir amfetamin, ya!" ucap Iwaizumi.

Kenma yang tadinya senang seketika langsung berubah menjadi datar. "Ya elah gua kira lu mau beliin gua jajanan."

Iwaizumi memutar bola matanya malas. Kemudian dia mengingat sesuatu.

"Eh iya, itu tetangga depan kan jualan nasgor. Lu gak beli kwetiawnya?" tanya Iwaizumi.

"Udah gua beli tadi. Rasanya keasinan, kayak ngajak kawin." jawab Kenma dengan jujur.

"Ya udah, lu kawinin aja tuh Abang nasgor." ucap Iwaizumi.

Kenma bergidik mendengar itu. "Ogah, ntar kalo gua kawin sama dia kita jadi bangkrut. Lu mau?"

"Lu cuman beban gua sama Bang Iwa, Ken. Jadi kalo lu kawin sama dia kita bakalan untung." ucap Akaashi.

"Halah tai lu Shi, btw gua kagum sih ama tuh Abang nasgor. Cuman gegara dia gabut doang sampe buka siang anjir." ucap Kenma sambil bertepuk tangan dengan lempeng.

Akaashi yang mendengar itu menganggukkan kepalanya. "Iya sih, jarang ada nasgor yang bukanya siang. Patut di apresiasi."

"Ngomongin Abang-abang yang dagang. Gua tadi beli es campur siang-siang, esnya gak enak banget asu. Untung Abangnya lumayan manis jadi gak tekor lah gua." ucap Iwaizumi sambil melangkah meninggalkan kedua adiknya itu.

Akaashi menatap geli punggung Iwaizumi yang mulai menjauh itu. "CIEE DEMEN AMA ABANG ES CAMPUR!!"

CTRAKKK

Tepat setelah Akaashi berkata seperti itu tiba-tiba saja ada sebuah piring plastik menghantam kepalanya.

"Piring ama mulut di jaga yang bener!!" ucap Iwaizumi sambil menuruni tangga.

Akaashi yang mendengar itu hanya meringis sembari menyumpah serapahi Kakaknya itu sementara Kenma malah tertawa terbahak-bahak menyaksikan itu.

~

Ku rela pergi

Pagi pulang malem

Hanya untuk mencari informasiii~

Ya, lagu itu sangat cocok menggambarkan situasi Oikawa saat ini yang sudah terlihat lelah dengan gerobak es campur kesayangannya.

Capek dia tuh kerja banting tulang jualan es campur dan menampilkan senyum manisnya biar bisa ngorek informasi tentang tetangga depan rumahnya.

Tapi untungnya, dia dapet beberapa informasi yang cukup berguna meskipun dia kudu senyum mulu kayak orang stres.

"Lah? Abang es campur yang rasanya gak enak."

Oikawa tersentak kaget mendengar perkataan tidak sopan itu. Terlebih ini dikatakan dari mulut orang asing.

Dia menolehkan pandangannya dan di dapatinya Iwaizumi yang sedang menatapnya dengan heran dengan pakaian yang rapih.

Oikawa tadinya pengen marah, bahkan pengen memaki. Tapi karena ini adalah targetnya, gak boleh seperti itu. Harus bersikap lemah lembut gemulai.

"Eh? Mas yang tadi. Ngapain di sini Mas?" tentu saja ini hanyalah basa basi belaka.

"Oh ini rumah saya, Abangnya sendiri ngapain di sini?" tanya Iwaizumi.

Oikawa memasang tatapan berbinarnya ketika mendengar itu. "Woah... Ternyata kita tetanggaan, ya! Itu rumah saya yang di depan rumah Masnya."

Oikawa berkata sambil menunjuk rumahnya yang terdapat gerobak bakso dan juga nasi goreng dan sebentar lagi gerobak es campur itu akan terparkir di sana.

Iwaizumi yang mendengar itu menganggukkan kepalanya. "Oh tetanggaan ternyata."

Oikawa ikut mengangguk kemudian kembali berkata. "Oh iya Mas namanya siapa kalo boleh tau?"

"Saya Iwaizumi, Abangnya siapa?"

"Saya Oikawa, Mas."

Iwaizumi mengangguk mendengarnya. Kemudian dia melirik jam tangannya dan berkata.

"Ya udah saya duluan ya, Oikawa. Ada urusan."

Oikawa mengangguk sambil tersenyum. "Iya, hati-hati."

Mencoba untuk tidak terlena dengan senyuman kang es campur itu. Iwaizumi segera melangkah menjauh dan meninggalkan Oikawa dengan langkah yang cukup lebar.

Oikawa yang menyaksikan Iwaizumi mulai menjauh pun segera memarkirkan gerobaknya dan mengambil jaket hitamnya yang berada di jemuran.

Kemungkinan besar Iwaizumi mau melakukan transaksi, kan? Tentu saja ini tidak boleh di sia-siakan.

Dengan cepat dia mengikuti Iwaizumi dari belakang dengan menjaga jaraknya.

IntelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang