16. Komunikasi Nonverbal

328 43 12
                                    

Cekokin racun atau tembak mati orang yang tahu informasi.

-Pak Dai-

•••••

"Bang, beli!"

Suara Akaashi kembali terdengar di telinga mereka. Namun mereka masih membeku dan menatap satu sama lain seolah cemas, panik, dan ketar-ketir.

Karena tak ada sautan dari sang penjual membuat Akaashi sedikit memiringkan kepalanya untuk mengintip masuk ke dalam rumah. Di matanya dia dapat melihat Kuroo yang tengah membelakanginya sementara Bokuto dan Oikawa yang sedang duduk menghadap kearahnya namun kepala mereka menunduk ke bawah.

Hal ini tentu saja membuat Akaashi keheranan bukan main, ada apa dengan para Abang-abang ini? Apakah mereka pusing karena tak mendapatkan satu pelanggan pun? Jika iya, jangan cemas. Akaashi siap jadi penglaris.

Namun ketika Akaashi yang tengah mengintip ketiga manusia itu tiba-tiba saja Kenma memukul punggungnya dari belakang dengan kuat. "Lu ngapain ngintip-ngintip gitu? Kayak stalker aja." Kenma berkata sambil menatap jijik adik berkacamatanya itu. Kenma kira Akaashi berbeda dari remaja berkacamata pada umumnya, namun ternyata sama saja.

Iwa kalo tahu tingkah adek bontotnya kayak gini pasti kecewa bukan main.

Menerima tuduhan yang tak mendasar itu membuat Akaashi menyipitkan matanya tak terima. Enak sekali mulut Kakaknya ini main asal nuduh aja! Akaashi kan anak baik-baik.

"Berhenti samain gua kayak makhluk menjijikan bernama stalker itu!"

"Ya tapi lu mirip." Kenma membalas sambil terus menatap jijik Akaashi.

"Dari segi apa gua mirip ama stalker?" Akaashi bertanya dengan kesal.

Kenma menunjuk Akaashi dari atas sampai bawah, "Dari gerak gerik lu yang ngendep-ngendep kayak gini." kemudian tangan Kenma berhenti ketika menunjuk kearah mata Akaashi, atau lebih tepatnya kacamata yang Akaashi gunakan. "Dan lu juga pake kacamata!"

Senyum kesal terpampang di wajah Akaashi. "Gak semua orang yang pake kacamata itu stalker ya, anjir!"

Kakak beradik itu terus berdebat tanpa takut mengganggu tetangga lainnya.

Sementara ketiga intel didikan Pak Dai itu masih terus membeku, kehadiran Kenma malah hanya memperburuk kondisi. Ini membuat mereka jadi sulit memutuskan...

"Kita harus make metode racun atau pistol?" tatapan mata Kuroo mengatakan hal ini.

Dan tentu saja ini membuat Bokuto dan Oikawa membulatkan matanya dan refleks tangan Bokuto melayang untuk memukul Kuroo.

"Sembarangan banget pertranyaan lu! Gak ada gak ada, adegan romantis gua belum keluar!" Bokuto mengatakannya dengan suara pelan, berbisik lebih tepatnya.

Kuroo melotot ketika juniornya itu memukul kepalanya namun ketika dia ingin membalas dia malah mendengar suara jari-jari yang mengetuk meja beberapa kali. Hal ini membuat pandangannya dan Bokuto teralihkan ke sumber suara.

Itu adalah jari Oikawa yang terus menerus mengetuk meja diantara mereka.

Tetapi, ini bukanlah ketukan sembarangan yang dihasilkan orang-orag ketika gabut.

Melainkan kode rahasia yang mereka gunakan untuk berkomunikasi.

Jari Oikawa terus mengetuk meja itu dengan cukup cepat selama beberapa kali, sementara Kuroo dan Bokuto memperhatikannya dengan cermat.

Hingga mereka menerima sebuah perintah yang berisi, "Jangan bego ya anjing! Kalo mau ngomong yang penting jangan pake suara! Kita pake komunikasi nonverbal. Dan Kuroo, jangan langsung mutusin mau pake metode yang mana! Gimana pun juga mereka target!"

IntelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang