1

4.4K 312 24
                                    

⚠️ Just a fanfiction, so dont take it too much.

-

-

Sepertinya sudah sepuluh menit berlalu, seorang gadis terduduk di tempat tidur, dan tak berhenti memandangi layar ponselnya.

Mark Lee.

Si pengirim pesan.

Sosok lelaki yang seharusnya berada di sisinya di saat seperti ini.

Benar begitu? Bukankah hanya harapannya saja?

Ia yang terlalu memaksakan.

"Aku harus menemui Yewon malam ini, jangan lupa minum obatmu,"

Setiap hari.

Hal yang ia benci itu selalu diingatkan.

Siapapun.

Kapanpun.

Skyla, akhirnya mematikan layar ponselnya.

Pandangannya teralih pada sebuah meja kecil dengan lampu tidur diatasnya.

Kemudian, segelas air dan beberapa obat.

"Bagaimana jika aku tak patuh?"

"Obat itu, tak usah kuminum saja,"

"Jika terjadi sesuatu, saat ini juga, bisakah kau langsung datang kepadaku?"

Skyla ingin sesekali egois, kepalan tangan yang begitu kuat itu kini melemah, seiring dengan sesuatu yang menyadarkannya.

Mark tidak sepenuhnya ia miliki.

Yang ia miliki hanya perhatian berdasarkan rasa kasihan.

Serta status yang mengikat.

Berbeda dengan sosok gadis lain yang disebut dalam pesan.

Choi Yewon, memiliki seluruh hati lelaki itu.

Dengan begitu lapang dadanya ia membiarkan yang dicintainya menikah dengan orang lain.

Alasannya? Tak ada yang tahu.

Tapi dengan satu hal, meskipun tidak terikat, ia memiliki, maka dari itu, kapanpun ia bisa mengambilnya kembali.

Kemudian kembali pada Skyla, tak ada pilihan lain.

Seberapa besarpun semangatnya, perasaan cintanya, tak ada gunanya.

Ia terperangkap dengan takdir dan tubuhnya yang lemah.

Setidaknya untuk bertahan.

Dengan harapan besar namun samar, keinginannya.

Skyla bergantung dengan dua buah pil, rutin, meski muak tak akan ada habisnya.

...

"I miss you,"

Yewon, gadis cantik itu membukakan pintu apartemen untuk sang kekasih.

Ah, mungkin tidaklah tepat untuk mengatakan lelaki yang datang itu adalah kekasihnya.

Keduanya cukup memiliki perasaan kuat untuk sama lain.

"Diam saja? Tidak ada balasan untukku?"

Yewon yang terdiam sesaat, kemudian menyunggingkan senyum tipisnya.

"Aku juga merindukanmu," balasnya. "Bagaimana posisi barumu?"

Mark menghela nafas, mengambil posisi duduk di sofa ruang tengah.

Kemudian mengisyaratkan Yewon untuk duduk disampingnya.

"Ada banyak hal yang harus kuceritakan,"

"Sangat antusias mendengarnya, tuan Lee,"

I Wish It Wasn't You | Mark Lee  (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang