Siang ini Zila dan Lia tengah makan di kantin sekolah. Mereka memakan bakso yang sudah di pesan dan sudah di bayar. Lia gagal fokus dengan luka memar di lengan milik sahabatnya.
"zil, itu lengan lo kenapa?" tanya Lia yang menunjuk salah satu luka memar.
Zila sontak kaget dan langsung menutup luka nya dengan baju seragam."oh, ini ke-kepentok li,iya kepentok" ucap nya bohong.
Lia ialah seseorang yang tidak mudah untuk di bohongi. Lia menatap tajam ke arah sahabat nya dan menarik lengan Zila untuk menuju belakang halaman sekolah.
"lo ga mau jujur, zil?" ucap Lia
"jujur apa, ini tuh kemarin kepentok meja, li..."
"kepentok meja ga mungkin separah itu zila atalla !" sentak Lia.
Lia menarik nafas nya dan menghembus nya perlahan."lo gpp?, lo kenapa ?" ucap lia dengan damai.
Zila paling tidak bisa menahan air mata nya dari kata 'kenapa?'. Zila menunduk dengan mata nya yang mulai berair.
Lia melihat Zila yang langsung menunduk langsung di serbu salah bersalah. Apa ucapan nya melukai hati nya?.
"hei, lo kenapa zil?" Lia yang memegang pundak Zila, dan gadis itu berdesis kesakitan saat pundak nya di pegang oleh Lia.
"lo serius ga mau cerita?.jangan merasa sendiri zil, gue selalu ada buat lo !" ucap Lia yang mengelus punggung zila dengan pelan.
Hiks! Hiks!
"gue gpp lia" ujar Zila dengan menatap Lia yang di sertai senyum nya.
Lia langsung memeluk tubuh mungil sahabat nya. Ia tau gimana rasanya hancur. Tetapi Lia tidak tau alasan mengapa Zila bisa sehancur ini.
"lo kuat zil, lo ga mau cerita hmm?"
"lo baik buat semua orang, tapi lo lupa kalo lo sendiri juga butuh orang buat sandaran lo. Jangan membahagiakan orang itu seperti wajib, zil. Lo aja belum tentu bisa bahagia, kasian sama diri sendiri ya zil" jelas Lia yang menduduk kan Zila di bangku belakang sekolah.
Lia mengambil lengan Zila yang tertutup baju seragam. Gadis ini sengaja menggunakan baju seragam yang panjang. Untuk menutupi luka nya.
Zila masih tertunduk dengan air mata nya yang tak mau berhenti. Dada nya mulai sesak akibat tangis nya.
"ayo cerita zil,gue siap dengerin lo" ucap Lia untuk meyakinkan Zila agar terjadi apa-apa bisa bercerita dengan nya.
Zila menarik nafas dan menatap Lia." a-apa gue boleh cerita ini ke lo?"
Lia tersenyum." selagi gue ada kenapa nggak ?" ucap nya yang dibalas anggukan oleh Zila.
Apa ia harus bercerita tentang luka nya?. tidak mengapa, dirinya juga lelah jika dipendam sendirian.
"ini, ini luka dari ibu gue,bli." ucap zila dengan tersenyum.
Lia kaget dengan ucapan Zila. Luka dari Linda?, apa selama ini Zila selalu mendapatkan luka?.
"serius zila !!" Lia syok dengan ucapan teman dihadapan nya.
"gue ga hancur tapi gue rapuh. Ini terlalu sakit buat zila, lia!"
"gue ga pernah benci mereka, tapi gue benci dengan sifat mereka. Percuma ga sih kalo gue ngelawan sekalipun?. Malah yang ada malah hancur badan gue" ucap Zila yang mata nya mulai berair kembali.
"gue capek..." ucap Zila yang langsung mendapatkan pelukan hangat milik Lia. Dia paham gimana rasanya dihancurkan oleh keluarga, di patahkan mental nya oleh keluarga. Lia meneteskan air mata nya, mengapa ia baru tau luka yang sahabatnya pendam selama ini?.
Hiks! Hiks! "lo punya gue yang bisa jadi tempat cerita lo, gue paham akan luka dan hancur nya lo. Maaf gue telat meluk lo yang sehancur ini !" ucap Lia dengan isak tangis nya.
Zila mendorong pelan tubuh Lia."udah ga usah nangis, gue kan ultramen kalo lo ingat itu !" ucap Zila yang menghapus sisa air mata Lia.
Lia mengelus luka di lengan Zila."kalo lo terluka, lo langsung pergi ke gue ya!. Jangan dibiarin sendiri terus"
Zila tersenyum haru, ternyata sahabat nya bisa menerima nya dengan keadaan rapuh. Dirinya kira perempuan sepertinya tidak akan ada yang ingin berteman. Zila selalu mikir jika orang lain telah tau luka nya,pasti orang tersebut malu. Karna harus berteman dengan broken home sepertinya.
"lo ga malu kan temenan sama gue?, kan anak kecil yang udah hancur pasti tumbuh besar dengan selalu sendiri"
"ngapain malu zil, justru gue malah mau ngembalikan senyum asli lo, gue siap jadi support system lo, ngapain malu !. Hanya orang bodoh yang malu buat berteman dengan perempuan broken home!" kalimat nya mampu membuat Zila tersenyum dan bersyukur.
"ternyata tuhan masih baik sama zila" batin nya.
Setelah cukup lama untuk berbincang, akhirnya mereka kembali ke kelas dan di saat itu pula bel masuk sudah berbunyi. Zila senang karna beban nya sedikit mereda dan pikiran nya mulai tenang. Ternyata benar bercerita kepada seseorang itu tidak seburuk yang dipikirkan nya ,tapi apa merepotkan?.
Lia selalu memandang Zila. Gadis itu masih benar-benar tidak menyangka dengan kehidupan teman nya. Keluarga Zila yang terlihat cemara dan harmonis justru memberi luka terbaik kepada Zila.
Lia berharap jika suatu saat nanti ada seseorang yang mampu menyembuh kan trauma dan luka sahabatnya. Lia sedikit kesal karna Zila tidak pernah bercerita kepada nya,namun ia juga paham. Mungkin Zila tidak ingin merepotkan orang lain dalam luka nya. Tapi jika dipendem sendiri memang nya kuat?
Hai maniez...
Ayo vote dulu !!.👊
semangat ya baca cerita LUKA nya!
See you💐
KAMU SEDANG MEMBACA
LUKA
Teen Fiction"Apa aku masih pantas bahagia ?" ... Zila Atalla ialah perempuan bertubuh mungil yang memiliki trauma dari keluarga yang cemara. Sosok Zila tersendiri adalah perempuan yang selalu mendapatkan luka dari orang tua nya, cacian dan pukulan sudah menjadi...