Plak !!, Prang !!
"DASAR ANAK BODOH,TIDAK PUNYA SOPAN SANTUN !!" ucap sang ayah yang menampar dan melempar piring ke tubuh Zila.
"SUDAH MAHESA !!, CUKUP !!" teriak Linda yang tersungkur akibat dorongan suami nya.
Mahesa tak mendengar ucapan sang istri, lelaki itu terus memukul putri nya dan melempar barang di dekat nya kepada sang anak.
Zila memeluk tubuh nya seraya menangis. Sakit, itu yang ia rasa dari segala kekerasan dari sang ayah.
Linda memeluk putri nya. Ia melindungi Zila dari amarah sang suami. Zila yang merasakan pelukan hangat dari sang ibu hanya seperti mimpi. Senang,itu yang ia rasa saat Linda memeluk nya untuk melindungi dirinya dari pukulan sang ayah.
Mahesa menarik Linda dengan kasar dan menampar pipi nya." TIDAK USAH SOK MELINDUNGI ANAK SAMPAH INI !!" ucap Mahesa yang mencekram lengan Linda.
Sampah ?, apa ia seperti sampah di mata ayah nya. Luka nya bertambah kembali setelah tadi pagi di obati oleh teman nya.
Mahesa berjongkok di hadapan Zila.
"jangan pernah merasa peduli dengan saya,saya tidak suka dengan anak bodoh seperti ANDA!!" ucap Mahesa yang mencubit lengan Zila dengan kuat dan pergi meninggalkan Zila dan Linda.Linda berjalan ke arah putri nya, ia memberikan sebuah obat oles untuk luka putri nya.
"jangan lupa diobati" titah Linda.
Zila mengambil obat tersebut. "makasih bu..."
"maafin perilaku ayah ya,jangan pernah membenci nya sekalipun !" ucap Linda yang meninggalkan Zila.
Zila tersenyum, saat ini ibu nya bisa peduli dengan keadaan nya yang berantakan. Ia melihat Linda yang berjalan menuju kamar bawah, Linda sengaja tidak istirahat di kamar atas karena takut di habisi oleh sang suami.
Apa dirinya salah untuk menawarkan makan kepada sang ayah?,mengapa dirinya selalu mendapatkan luka dan luka.
Sehancur ini kah dunia nya?
****
Gadis itu sedang mengobati luka nya. Rasanya perih,sakit dan hancur dibagian hati nya. Ia hancur saat cinta pertama nya yang harus memberi luka dan trauma yang pertama.
"shh..." desis zila saat salep mengenai luka nya yang tergores.
"kayaknya pelangi nya lama deh dateng nya !" ucap zila yang benar-benar mengharapkan kebahagiaan datang menghampiri nya.
Air mata nya mulai turun tanpa izin. Apa harus sehancur ini hidup nya?.
Hiks!
"jangan jadi manusia bodoh yang cuman nunggu kasihani,zil !" ucap nya dengan isak tangis.
Zila mengusap air mata dengan kasar. "ga boleh cengeng !!,tapi...apa aku masih pantas bahagia ?"
"gpp zil,lo kuat...."
Zila tidak berhenti untuk menangis. Ia ingin keluarga nya kembali akur,luka ditubuh nya perlahan menghilang dan sembuh.
Hiks! Hiks!
"tuhan...peluk zila sebentar aja !" pinta nya yang memeluk tubuh nya sembari duduk. Bohong jika dirinya selalu kuat terhadap orang di sekitar nya.
"lie if strong !" batin nya.
***
Menghirup udara sore yang segar dapat membuat pikiran nya selalu tenang. gadis itu berjalan kaki untuk menuju rumah nya. Zila hari ini tidak memakai motor nya untuk berangkat sekolah,ia ingin berjalan dengan tenang dan menghirup udara yang membuat perih nya berkurang.
Zila terdiam sejenak saat melihat lelaki yang tidak jauh dari hadapan nya. Jidan,lelaki itu ternyata menjadi tetangga nya.
Zila merasa iri saat Jidan tertawa oleh perilaku ayah nya yang sedang bercanda bersama. Mengapa rasa iri nya harus timbul ?,ia juga bisa merasakan nya tapi nanti,mungkin.
Zila tersenyum saat melihat keindahan keluarga di hadapan nya. Dan memasuki kedalam rumah nya yang sebagai tempat memberi luka terbaik.
Tanpa sadar Zila. lelaki sekilas melirik ke arah gadis yang sedang memasuki rumah nya dengan wajah pasrah.
"ternyata rumah nya itu.." batin lelaki itu.
***
Malam ini ia harus tidak makan lagi,ibu nya sudah tidur terlebih dahulu. Ayah?, Mahesa sudah sering untuk tidak pulang kerumah.
Tok..Tok...
Zila yang berada di dapur langsung berjalan untuk membukakan pintu. Ia berharap Mahesa pulang kerumah nya.
Gadis itu membuka pintu dan ternyata yang bertamu adalah teman sekelas nya. Jidan,lelaki iti berdiri di depan pintu dengan memegang sebuah mangkuk yang berisi lauk.
"ini dari bunda" ucap jidan yang menyodorkan mangkuk yang ia bawa.
"ma-makasih ya jidan...." ucap Zila yang menerima baik,akhirnya ia makan setelah melewati hari-hari tanpa makan.
"iya,btw lo kuat-kuat ya !" ceplos lelaki itu yang membuat mata Zila membulat.
"ha-hah !"
"iya,lo harus kuat.ini makan ya,ingat pura-pura baik aja itu butuh asupan" ucap jidan.
"i-iya, bilangin ke bunda lo makasih ya makanan nya"
"yap,ya udah gue balik " ucap jidan yang di angguki oleh gadis di hadapan nya.
Zila menutup pintu dan duduk di kursi makan. Ia mencerna kalimat tetangga baru sekaligus teman sekelas nya. "Pura-pura baik butuh asupan". Apa ternyata tetangga nya sudah tau tentang hancur keluarga nya?.
Zila membuyarkan lamunan nya dan memilih untuk mengisi perut nya yang sudah keroncongan.
"bismillah...." ucap Zila dan melayangkan sendok ke arah mulut nya.
Enak,sup buatan bunda Jidan sangat enak. Zila memikir kapan terakhir kali Linda memasak untuk nya,ternyata sudah lama sekali.
Setelah selesai makan,ia menaiki anak tangga untuk ke kamar nya. Dirinya merebahkan tubuh nya yang sudah sangat lelah. Ia menatap langit-langit kamar nya. Mengapa lelaki itu memberi kata 'kuat' kepada dirinya ?.
Zila masih memikirkan kalimat yang dilontarkan lelaki itu untuk nya.baik, mungkin lelaki itu memiliki sifat baik.
"apa gue ke makam nenek aja ya besok?,udah lama ga cerita lagi !" ucap Zila.
Gadis itu menyiapkan diri untuk tidur,karna besuk ia akan pergi ke makan nenek nya dengan perasaan senang.
Semoga besuk hari nya baik-baik saja,tidak ada luka dan kejutan lain nya. Hal itu sederhana namun sudah menjadi ritual sebelum tidur nya untuk meyakinkan dirinya,bahwa besuk ialah hari yang baik dan bahagia untuk dirinya.
"selamat tidur zila atalla,anak kesayangan ibu dan ayah !" ucap nya yang di susul oleh pejaman mata.
Hai🙌
Dont you skip vote and komen👊Kayak nya jidan suka sama zila deh ?
See you💐
KAMU SEDANG MEMBACA
LUKA
Teen Fiction"Apa aku masih pantas bahagia ?" ... Zila Atalla ialah perempuan bertubuh mungil yang memiliki trauma dari keluarga yang cemara. Sosok Zila tersendiri adalah perempuan yang selalu mendapatkan luka dari orang tua nya, cacian dan pukulan sudah menjadi...