Kegiatan upacara pengibaran bendera kebangsaan yang dilaksanakan setiap hari senin merupakan salah satu bentuk penghormatan mengenang jasa para pahlawan yang telah gugur di medan perang demi memperjuangkan kesatuan, kedaulatan dan kemerdekaan negara.
Langit cerah pada hari senin pagi kali ini menjadi pelengkap seluruh siswa SMA Bina Nusantara yang tengah melangsungkan kegiatan upacara bendera di lapangan utama. Sementara di salah satu barisan peserta pelajar putri, terdapat seorang siswi yang sedari tadi menggerutu tidak jelas lantaran sang kepala sekolah tak kunjung mengakhiri amanatnya di depan. Sudah sekitar lima belas menit semenjak dirinya menekan tombol penghitung waktu pada arloji di pergelangan tangannya.
Pancaran sinar matahari yang kian menyorot ke arahnya pun membuatnya merasa silap mata. Lantas dirinya berjongkok, dan berlindung pada siswi yang berbaris di depannya. Hingga tak lama, kepalanya menoleh kala merasa ada seseorang yang menyenggol tubuhnya.
"Apa?"
"Ada ketua OSIS ke sini," beritahu teman di sampingnya.
"Hah?---"
"Yang lain berdiri kenapa kamu duduk?"
Siswi dengan name tag A. Christy Dirgantara yang menempel di seragamnya itu sontak membangunkan diri kala mendengar suara tegas milik seseorang yang digadang sebagai ketua OSIS oleh temannya barusan.
"Upacara belum selesai, dan tidak ada instruksi untuk duduk. Ikuti dengan tertib." Ucapnya lagi, kemudian berlalu begitu saja.
Alih-alih tertunduk takut, siswi yang menduduki bangku kelas sebelas tersebut justru tak mengalihkan perhatiannya dari iras sang ketua OSIS. Darahnya berdesir tiba-tiba, dengan detak jantung yang tidak selaras ritme semestinya. Sungguh, ini adalah situasi abnormal yang baru Christy rasakan.
"La, ketua OSIS tadi siapa namanya?" tanya Christy berbisik pada Olla---yang merupakan teman sekelas sekaligus teman dekatnya.
"Kak Chika, masa lo gak tahu?"
Christy menggeleng, "kok gue baru lihat dia?"
"Dih, lo kemana aja? Semua rakyat Binus kayaknya tahu sama dia."
Tak ada lagi balasan dari Christy. Ia lekas mengalihkan pandangannya ke depan dengan masih mengingat wajah sang ketua OSIS yang barusan menegurnya.
"Kak Chika.."
**
Seorang siswi dengan rambut panjang tergerai itu sesekali menguap saat sedang mendengarkan penjelasan materi yang diberikan guru mata pelajaran di kelasnya. Bel istirahat yang sudah dinanti tak acap dibunyikan, mengharuskan dirinya untuk tetap berada di dalam kelas, kendatipun perutnya sudah meronta minta diisi.
"Ada yang mau ditanyakan mengenai materi kita hari ini?" Tanya Bu Natha---guru sosiologi.
Beberapa siswa di kelas tersebut tampak menggelengkan kepala.
"Baiklah, karena tidak ada yang ingin bertanya, saya yang akan bertanya pada kalian." Ucap Bu Natha enteng yang membuat hampir semua murid pada kelas XI IPS enam terkesiap. Ada yang kembali membuka buku catatan, ada pula yang justru merapalkan doa agar namanya tidak terpanggil.
"Kirain mau istirahat," celetuk pelan salah satu siswi yang duduk di bangku belakang. Tetapi sepertinya Bu Natha mendengarnya. "Kenapa, Adel?"
Siswi bernama Adel---itu sontak tergegau lekas menegapkan tubuhnya. "Eh---enggak, Bu."
Di depan, Bu Natha mengangguk singkat dan kembali membuka buku paket di tangannya. Sementara Adel mengelus dadanya lega hingga mengundang kekehan dari beberapa temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHRISTY : 1472
Fanfiction"Pantesan matahari udah gak keliatan, orang dia minder kalah cantik sama Kak Chika." 2023 ; fanfic shoujo-ai