Christy membuka kedua matanya. Ia mengerjap beberapa kali untuk menetralkan pandangannya. Dan lagi, dadanya terasa terhimpit juga sesak tatkala kembali teringat pada kenyataan pahit jika hubungannya bersama Chika benar-benar sudah berakhir.
Christy menghela napas panjang seraya menatap langit-langit kamarnya. Ia mengusap wajahnya gusar, lalu bangkit, dan beranjak keluar dari kamar, turun ke bawah hingga langsung mendapati Gracio juga Cindy tengah terduduk di ruangan keluarga.
"Kenapa kamu bisa dikeluarin dari sekolah?"
Christy menunduk, seakan-akan menghindari tatapan dari sang Ayah yang berbicara padanya.
"Ayah gak pernah nuntut apa-apa sama kamu. Ayah gak nuntut kamu harus pintar, harus juara kelas, tapi seenggaknya kamu gak sampai dikeluarin seperti ini. Apa kamu gak bisa jadi siswa baik-baik di sekolah? Kamu hanya tinggal belajar yang bener, apa sesulit itu?"
Tenggorokan Christy rasa-rasanya tercekat. Matanya memanas, tetapi sekuat tenaga ia menahan diri agar tidak mengeluarkan air mata. "Maaf, Yah," lirihnya.
Kali ini Gracio menghela menatap putrinya. Lekas ia berdiri. "Ayah akan ke Kalimantan sekarang. Tolong kamu jagain Mama kamu di sini, dan segera cari sekolah baru yang bisa nerima kamu. Ayah enggak mau kamu berhenti sekolah."
Christy mengangguk. "Iya," jawabnya.
Setelah itu, Gracio melangkahkan kakinya dari sana, diikuti Cindy di belakangnya. Sementara Christy bergerak mendudukkan tubuhnya, dan langsung meluruskan punggung sembari menatap asal ke arah depan.
Bayang-bayang Chika, hari-hari yang dilewati bersamanya, seolah-olah memaksa Christy untuk terus memikirkannya. Pikirannya sangat kacau sekarang. Dirinya terus dibayang-bayangi oleh seseorang bernama Yessica itu. Bagaimana dia bicara, bagaimana dia tertawa, dan bagaimana saat dia marah padanya. Christy tidak bisa menyingkirkan itu semua dari kepalanya.
"Udah coba cari sekolah baru?"
Perhatian Christy seketika teralihkan pada Cindy yang tampak duduk di sebelahnya. Ia membenarkan posisi duduknya terlebih dulu sebelum menjawab pertanyaan dari Mamanya. "Belum," balas Christy.
Cindy tersenyum hangat. "Mau Mama bantu?"
Christy diam beberapa saat. "Kalau aku gak mau sekolah, gimana?"
"Kenapa enggak mau sekolah?" tanya Cindy.
Christy tidak menjawab. Ia memejamkan mata sejenak, lantas membuang pandangannya asal, sampai akhirnya tak dapat lagi menahan emosinya. Christy terisak, yang membuat Cindy mendekatinya.
"Kenapa, Sayang? Cerita sama Mama," ujar Perempuan itu. "Gara-gara sekolah? Atau Ayah? Ayah Cuma sebentar ke Kalimantan." Sebelah tangan Cindy terulur mengusap lembut kepala putri sambungnya tersebut.
Christy menggelengkan kepalanya. "Enggak, bukan itu," jawabnya dengan suara pelan.
"Terus kenapa?" tanya Cindy.
"Kak Chika,"
"Chika? Pacar kamu?"
"Iya, mutusin aku," kata Christy. Ia beralih menatap Cindy dengan berkaca-kaca.
Cindy tersenyum tipis, dan membiarkan putrinya itu yang tiba-tiba menjatuhkan kepala di pahanya. Lekas Cindy kembali memberinya usapan. Christy hanya perlu didengar sekarang.
"Dia marah sama aku," ucap Christy lagi.
"Kamu sayang banget ya sama Chika?"
Christy mengangguk. "Dia pasti kecewa sama aku. Aku enggak bisa jadi orang yang dia mau."
KAMU SEDANG MEMBACA
CHRISTY : 1472
Fanfiction"Pantesan matahari udah gak keliatan, orang dia minder kalah cantik sama Kak Chika." 2023 ; fanfic shoujo-ai