CHAPTER 22

7.9K 745 20
                                    

Hingga malam harinya, Chika masih berada di rumah Christy. Tak banyak menghabiskan waktu bersama sang mantan kekasihnya itu, Chika pun lebih banyak menghabiskan waktu berbincang dengan Cindy.

Setelah makan malam, Chika lekas meminta izin untuk pulang, karena takut semakin malam. Terlebih, dirinya langsung ke rumah Christy dari sekolah. "Makasih banyak browniesnya, Tante," ucap Chika pada Cindy yang mengantarnya hingga halaman rumah.

Perempuan paruh baya itu tampak tersenyum hangat. "Salam buat orang tua kamu ya," ucapnya, yang Chika balas pula dengan anggukan kepala. "Iya."

Christy yang sudah siap dengan jaketnya, menyela. "Aku nganterin Kak Chika dulu."

"Iya, hati-hati."

Setelah itu, Christy menaiki motornya, kemudian disusul dengan Chika yang duduk di belakangnya. Perlahan mereka berdua berlalu menjauhi halaman rumah, melewati komplek perumahan, dan membelah jalanan kota Jakarta yang seberapa ramai.

"Tadi kamu habis dari mana?" Tanya Chika, memecah keheningan di tengah perjalanan mereka.

"Kapan?" sahut Christy, menoleh sedikit.

"Tadi pas aku lagi sama Mama kamu, kamu keluar rumah," lanjut Chika.

"Ohh.. cuma nemenin Pak Bima di depan."

Percakapan sempat terhenti, hanya diiringi oleh deru motor yang terus melaju. Lalu Christy kembali menyampingkan kepalanya, cukup untuk melirik gadis cantik itu. "Nyesel aku ngajak Kak Chika ke rumah. Soalnya Kak Chika malah asyik berdua sama Mama. Padahal 'kan, aku yang pengin berduaan sama Kak Chika."

Chika pun tersenyum tipis, dan menyimpan tangannya di pinggang Christy. "Mama kamu baik, aku seneng."

"Aku juga baik, seneng juga 'kan sama aku?" Christy mencoba bercanda lagi, akan tetapi langsung diapatahkan oleh Chika. "Kalau baik gak mungkin sampai dikeluarin dari sekolah," balasnya, membuat Christy lagi-lagi terbungkam telak. Belum sempat dia membalas, Chika kembali mengeluarkan suara, "Kamu masih ikutan geng motor?"

Christy belum juga menjawab, hanya menunduk sedikit, dan tatapannya lurus ke depan. Sampai akhirnya Chika merasa kesal dengan diamnya itu. "Kamu ngerti enggak sih sama apa yang aku omongin?" desaknya.

"Ngerti, Kak..," jawab Christy pelan.

Terdengar helaan napas panjang dari Chika. "Masih banyak yang bisa kamu lakuin selain geng motor. Kamu suka basket 'kan? Aku lebih dukung itu daripada kamu ikutan geng motor yang gak jelas banget itu."

Namun, Christy terdiam, tak lagi membalas satu kata pun sampai mereka tiba di depan rumah Chika. Motor berhenti, lekas Chika tergerak turun. Sebelum melangkah masuk, ia berbalik menatap Christy yang masih terduduk di atas motor. "Aku kayak gini biar kamu ngerti, kalau geng motor itu bahaya. Udah banyak korban 'kan akibat geng-geng gak jelas itu?" ujarnya.

"Itu kecelakaan..," gumam Christy.

"Kalian sengaja berantem itu kecelakaan? Itu namanya sengaja mencelakai diri sendiri, enggak ada namanya kecelakaan!" seru Chika, kian merasa kesal.

Christy melepas helmnya, dan ikut berdiri di sebelah Chika. "Kak, kita gak tiba-tiba berantem gitu aja," ucapnya membela diri. "Pasti ada penyebabnya---"

"Kalau baik-baik, gak bakal ada berantem," seru Chika kembali menyela ucapan Christy.

Christy pun hanya bisa menggeleng pelan sambil tertawa hambar. "Sekarang gini, kalau aku larang Kak Chika buat gak terlibat dari OSIS lagi, Kak Chika bakal gimana?"

CHRISTY : 1472Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang