Christy sudah berada di rumahnya. Setelah selesai berganti pakaian dengan kaos yang lebih santai, ia berniat untuk rebahan di atas tempat tidur, beristirahat sembari merecharge energi. Namun, baru sepuluh detik tubuhnya menyentuh bedcover, tiba-tiba pintu kamarnya diketuk dari luar, hingga memaksanya untuk kembali membangunkan diri, dan melihat siapa penyebab dan tujuannya.
"Kenapa Yah?" tanya Christy kala terlihat Ayahnya berdiri di sana.
"Tolong jemput Mama kamu ke rumah sakit," ujar Gracio menyuruh Christy untuk menjemput Cindy.
"Kenapa harus aku?" balas Christy mengernyitkan dahinya.
"Ayah lagi ada tamu di depan,"
"'Kan ada Pak Bima." Christy masih juga berusaha menolak.
"Pak Bima lagi Ayah suruh nganterin Bi Asih belanja. Udah, kamu gak usah banyak alesan, ini kuncinya, kamu bawa mobil Ayah." Ucap Gracio tak menerima bantahan.
Christy sedikit menghela lalu dengan enggan dia mengambil kunci mobil tersebut dari tangan Ayahnya, kemudian bersegera untuk menuruti perkataannya.
Selang beberapa menit di perjalanan, Christy berakhir menghentikan mobil Ayahnya di parkiran rumah sakit tempat Cindy bekerja. Sudah betul, tempat ini yang tadi Gracio beritahukan padanya. "RS. Medika," gumam gadis itu membaca plang besar di depannya.
Christy turun dari mobil sembari mengedarkan pandangannya ke sekitar. Lalu ia tergerak untuk masuk lebih dalam ke area tersebut, sampai tak sadar kakinya sudah menapak di lorong rumah sakit. Terlihat banyak orang berlalu lalang di dekatnya. Ada yang tampak bahagia, adapula yang dilanda duka.
"Christy?"
Sontak Christy menolehkan kepalanya ke arah sumber suara saat mendengar seseorang menyerukan namanya, dan betapa terkejutnya dia ketika mendapati orang tersebut. Tubuhnya membeku seketika, pun aliran darahnya terasa memanas.
"Adek, Bunda kangen banget." Belum selesai dengan keterkejutannya, orang tersebut tiba-tiba memeluk erat tubuh Christy---seolah menyalurkan rasa sayangnya setelah bertahun-tahun keduanya berpisah.
Christy masih diam mematung, tanpa menunjukkan reaksi apapun. Entah apa yang terjadi, tetapi Christy tidak merasakan kebahagiaan itu, terganti dengan rasa sesak dalam dirinya.
"Adek baik-baik aja 'kan? Bunda seneng akhirnya bisa ketemu Adek." Ujar perempuan tersebut seraya mengurai pelukannya pada Christy. Namun, Christy melangkah mundur dari perempuan itu. Hingga matanya menangkap keberadaan Cindy, lantas ia mendekatinya. "Ayo, Ma, kita pulang." Ucap Christy seraya menarik lengan Cindy, kemudian langsung beranjak dari tempat tersebut.
Shani---yang mendengar secara jelas penuturan dari Christy pun terdiam mematung, dengan perhatiannya yang tak sedikit lepas dari putri kandungnya bersama seorang perempuan tersebut.
Sementara di sisi lain, Cindy yang mendapat perlakuan dari Christy tentu terheran, lebih-lebih lagi gadis itu memanggilnya demikian, dan dia menyadari akan telah terjadi sesuatu dengan Christy, kentara dari ekspresi dan raut muka yang ditampakkan olehnya.
"Christy, tadi siapa?" tanya Cindy. Ia memberanikan diri untuk bertanya pada Christy yang tengah menyetir mobil---mengenai seseorang yang sebelumnya sempat memeluk putri sambungnya itu.
Christy melirik sekilas ke arah Cindy, lalu kembali fokus pada jalanan di depannya. "Bunda," balas Christy kemudian.
Cindy menoleh, "Bunda kamu?" Tak ada balasan apapun dari Christy. Entahlah---dia sendiri---merasa berat untuk sekadar memanggil perempuan itu dengan sebutan Bunda.
**
Shani---perempuan berparas bidadari itu turun dari mobil beserta sang suami dari pintu sebelahnya. Seketika kerutan tampil di keningnya tatkala melihat sebuah motor sport terparkir di halaman rumahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHRISTY : 1472
Fanfiction"Pantesan matahari udah gak keliatan, orang dia minder kalah cantik sama Kak Chika." 2023 ; fanfic shoujo-ai