CHAPTER 09

7.3K 665 27
                                    

Christy memarkirkan motornya tepat di depan garasi rumahnya, kemudian ia melepas helm di kepalanya, dan menaruhnya di atas motor. Seketika pandangannya tertuju pada mobil di sampingnya yang merupakan milik Ayahnya. Itu artinya, Gracio pulang dan sekarang berada di rumah. Setelah itu, dia lekas memijaki satu per satu anak tangga, dan masuk ke dalam rumah. Hingga hal pertama yang ia lihat adalah Gracio bersama seorang perempuan terduduk di ruang tamu rumahnya.

"Christy," panggil Gracio kala melihat putrinya tersebut memasuki rumah. Sontak langkah Christy terhenti, dan menoleh ke arah keduanya. "Ke sini sebentar," ujar Gracio lagi.

Christy menurut, lantas berjalan menghampiri Ayahnya.

"Ada apa, Yah?" tanya Christy.

Gracio berdiri, dan mendekati anak gadisnya itu. "Kenalin, ini Cindy. Mulai sekarang dan seterusnya, kamu panggil dia Mama."

Christy mengernyitkan dahinya tidak mengerti, "maksudnya?"

"Iya, Ayah sudah menikah dengan perempuan di samping Ayah," ungkap Gracio.

Mendengar pengakuan dari Ayahnya tersebut, tangan Christy perlahan mengepal. Beberapa hari belakangan pria itu tidak pulang ke rumah, dan tahu-tahu sudah menikah lagi dengan tanpa sepengetahuannya.

"Ayo Christy, cium tangan Mama kamu."

"Gak," tegas Christy menolak keras ucapan Ayahnya.

"Jangan buat Ayah malu di depan Cindy, dia istri Ayah," ujar Gracio pelan, tetapi penuh penekanan menahan marah.

"Cuma istri Ayah 'kan?" tanya Christy menatap Ayahnya.

"Christy!"

Christy berlalu begitu saja dari hadapan Ayahnya, dan berlari masuk ke dalam kamarnya, meninggalkan Gracio yang masih berdiri terdiam, lalu mengusap wajahnya gusar.

Sedangkan perempuan berhidung bangir yang saat ini telah resmi berstatus sebagai istri dari Gracio Dirgantara lekas mendekati suaminya. "Gak apa, Mas. Mungkin Christy masih perlu waktu," ujarnya mengusap pundak Gracio.

Christy menjatuhkan tubuhnya ke atas tempat tidur. Pandangannya menatap langit-langit kamar, pun isi kepalanya yang mendadak dipenuhi suara-suara saling bersahutan.

"Kenalin, ini Cindy. Mulai sekarang dan seterusnya, kamu panggil dia Mama."

"Maksudnya?"

"Iya, Ayah sudah menikah dengan perempuan di samping Ayah."

Christy menghela nafas panjang. Ia merasa tidak ataukah belum untuk bisa menerima orang baru sebagai Ibunya. Kalau ada yang bilang semua Ibu itu sayang sama anaknya, sepertinya bagi Christy tidak. Karena Bundanya pun pergi meninggalkannya, entah kemana.

___

Sore itu, Christy baru terbangun dari tidur siangnya. Ia mencari keberadaan Bundanya ke setiap sudut rumah, tetapi nihil, perempuan itu tidak juga ditemukan olehnya.

"Bunda.."

"Bunda.."

Christy berlari simpang-siur seraya terus memanggil sang Bunda. Matanya pun mulai berair kala tidak menemukan siapapun di rumahnya. Hingga ia melihat pecahan kaca di ruangan tengah, yang juga pernah ia lihat ketika kedua orangtuanya terlibat pertengkaran sebelumnya.

"Bunda di mana? Jangan tinggalin aku." Ucap Christy dengan lirih, begitu memilukan.

"Bunda jahat. Aku benci Bunda!"
____

Seketika Christy membangunkan dirinya saat bayang-bayang tersebut secara jelas berputar di kepalanya. Ia melirik jam dinding di kamarnya, lalu beranjak untuk membersihkan tubuhnya yang terasa lengket sebelum nanti harus menjemput Chika ke sekolah.

CHRISTY : 1472Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang