Pagi hari pun tiba. Chika tampak sudah siap dengan seragam putih abu yang melekat rapi di tubuhnya. Saat ini, ia tengah mengikat tali sepatunya di teras rumah seraya menunggu Papanya yang masih berada di dalam.
"Kak, kamu sekolah di SMA Bina Nusantara kan?" tanya Vino---Papanya Chika menghampiri putri sulungnya tersebut.
Sementara Chika tampak merenggut kesal mendapati pertanyaan dari Papanya itu. "Iya, Pa. Masa Papa gak tau sih?"
Vino sontak terkekeh melihat ekspresi yang ditampilkan Chika. "Papa cuma mastiin aja, takut salah," ucapnya. Ia lekas merogoh sesuatu dari saku kemejanya. "Papa nemuin name tag murid di sekolah Kakak. Kayaknya ini punya dia yang semalam nolongin Papa deh. Tolong kamu balikin sama dia, dan bilang makasih banyak dari Papa. Kalau bisa ajak ke sini, Papa mau berterima kasih langsung," paparnya.
Tangan Chika mengambil benda persegi panjang tersebut, dan membaca nama yang terdapat di sana. "Christy Dirgantara?" gumamnya.
"Kamu kenal dia?" tanya Vino.
Chika mengangguk ragu-ragu. "Tau sih, tapi aku tanyain dulu, takut bukan dia."
"Pa, cepetan dong, takut telat." Teriak seseorang yang juga berseragam SMA yang sudah berada di dalam mobil. Mendengar hal tersebut, Vino lekas memasuki mobil, diikuti Chika.
"Kamu ini buru-buru banget, Zee. Ketua OSIS-nya aja masih di sini," ujar Vino pada putrinya tersebut.
"Aku harus kumpul di aula, Pa. Takut telat, belum nyiapin apa-apa."
Chika menoleh ke belakang, "emangnya mau apa, Zee?"
"Mau praktik tugas bahasa, Kak. Yang semalam aku minta tes-in sama Kak Chika." Ucap Zee, lalu Chika mengangguk. "Ohh, yang itu."
**
Setelah memastikan motornya terkunci stang, Christy lekas beranjak menuju kelasnya. Namun, baru dirinya berjalan beberapa langkah, matanya tertuju pada Chika yang juga tengah melangkahkan kakinya tidak jauh dari tempatnya berdiri. Tanpa membuang waktu lagi, Christy pun menghampiri gadis cantik itu.
"Pagi, Kak Chika." Christy tersenyum hangat ke arah Chika.
Chika menoleh, dan melihat Christy berjalan di sampingnya. Kemudian ia langsung teringat perkataan Papanya ketika melihat luka memar yang ada di wajah anak itu.
"Nama kamu Christy Dirgantara?" tanya Chika.
"Eh-iya, Kak. Kok Kak Chika tau? Jangan-jangan, Kak Chika jadi secret adimirer aku?---" Ucapan Christy terpotong tiba-tiba ketika Chika menyerahkan sesuatu padanya.
"Ini punya kamu 'kan?"
Christy terdiam sebentar, kemudian mengambil benda tersebut dari tangan Chika. "Oh iya, pantesan dicari-cari gak ketemu," katanya. "Kok bisa sama Kak Chika?" tanya Christy lagi seraya memasangkan name tag pada seragamnya.
"Name tag kamu jatuh pas nolongin Papa aku," papar Chika.
"Papanya Kak Chika?"
"Itu luka di wajah kamu gara-gara nolongin Papa aku 'kan?"
Lalu Christy teringat kejadian semalam. Rupanya pria yang sempat ia tolong itu Papanya Chika.
"Makasih udah nolongin Papa aku," ucap Chika lagi.
Christy menganggukkan kepalanya, dan tersenyum ke arah Chika. "Iya, Kak."
**
"CHIKA!"
Seketika Chika tersentak saat seseorang memanggilnya dengan keras. Bahkan, saking terkejutnya, pulpen yang berada ditangannya pun terlepas hingga meninggalkan sedikit coretan di buku catatannya. Ia lekas mengangkat kepalanya, dan mendapati Jesslyn yang terlihat berusaha menghampirinya dengan nafas terengah-engah.
KAMU SEDANG MEMBACA
CHRISTY : 1472
Fanfiction"Pantesan matahari udah gak keliatan, orang dia minder kalah cantik sama Kak Chika." 2023 ; fanfic shoujo-ai