Pening sekali kepala Kathleen saat pekerjaan yang tidak pernah selesai kini harus bertambah banyak setelah rapat evaluasi perusahaan dilaksanakan beberapa menit yang lalu.
Dengan menghela napas lelah, Kathleen mau tidak mau harus menyelesaikan ini semua yang tentu saja berakhir lembur plus mendapatkan rajukan dari putranya yang tentu saja akan protes karena sudah beberapa hari ini ia pulang larut malam, meninggalkan Kalenzo--putranya-- bersama dengan beberapa maid dirumah.
Kathleen paham bahwa putranya kesepian, tetapi pekerjaan ini harus segera diselesaikan atau tidak, pasti tuan Yu alias ayah kandungnya akan marah besar jika mengetahui putrinya yang selalu ia banggakan melalaikan tugas.
Tuan Yu dan sikap tegas dan tidak pandang bulu nya mampu memberikan hukuman kepada siapa saja yang tidak bisa bekerja dengan baik. Dan Karina sudah beberapa kali ini mendasarkan hukuman dari sang ayah berupa tidak diberi istirahat sampai semua pekerjaan selesai.
Sangat kejam, tetapi Karlsson Yu sangat tidak bisa dibantah oleh siapapun.
Saat sedang serius berkutat dengan laptopnya, ponsel miliknya berdering hingga membuat Kathleen terdistraksi dan mengambil benda pipih persegi panjang itu dari atas meja.
Mrs. Hanna's Calling.
"Halo?"
"Halo, selamat siang, nyonya Yu. Saya ingin melaporkan bahwa Kalenzo kabur dari kelas saat pelajaran berlangsung--"
"APA!?"
Kepala Kathleen semakin sakit saat mendengar laporan dari guru tempat mengajar Kalenzo, ia menghela napasnya kasar dengan sebelah tangannya mengusap kasar wajah.
"Saya akan kesana sekarang. Terima kasih atas laporannya, saya tutup."
Tut.
Setelah mematikan sambungan telepon, Kathleen langsung bergegas dengan panik. Masalahnya, Kalenzo masih dalam masa aktif-aktifnya. Membuat ia takut dan khawatir akan sesuatu yang terjadi pada sang putra.
Tanpa membalas sapaan dari karyawan yang berlalu-lalang di koridor kantor, Kathleen langsung bergegas menuju parkiran dan tancap gas dari sana dengan kecepatan lumayan tinggi.
"Aku tidak akan memaafkan diriku sendiri jika sesuatu terjadi padamu, nak"Monolog Kathleen, dalam hati ia berdoa semoga sesuatu tidak terjadi pada sang putra.
---
Seorang lelaki dengan pakaian serba formal baru saja keluar dari sebuah kafe, tangan kirinya memegang cup sedang berisikan latte dingin, sedangkan tangannya yang lain sedang sibuk mengetik sesuatu pada ponselnya.
Namun fokusnya langsung buyar saat ia mendengar suara tangisan anak kecil tidak jauh dari tempatnya berdiri.
Wylen menaikkan pandangannya, kemudian mata tajamnya menangkap sosok bocah dengan seragam sekolah yang masih lengkap sedang menangis sembari memegang lututnya. Sontak saja Wylen Arthuro dengan tergesa menghampiri bocah tersebut.
"Astaga, lutut mu terluka. Sebentar"Wylen menaruh cup diatas kursi taman dan memasukkan ponselnya kedalam saku celana, dengan hati-hati ia mengangkat tubuh mungil bocah laki-laki itu dan mendudukkannya dengan perlahan diatas kursi.
"Mungkin akan sedikit perih, jika merasa sakit, cengkram saja pundakku, oke?"
Bocah tersebut mengangguk dengan keadaan masih menangis. Wylen tersenyum tipis dan mulai membersihkan luka di lutut bocah laki-laki itu dengan tisu basah yang ia bawa.
"Bagaimana? Perih?"Tanya Wylen sembari mendongakkan kepalanya untuk melihat figur wajah sang bocah.
Gelengan kecil Wylen lihat, lagi ia tersenyum dan langsung menutupi luka kecil itu dengan plester yang sempat ia bawa.
"Nah, sudah rapi. Sekarang, aku ingin bertanya. Mengapa kau sendiri disini? Kemana orang tuamu, hm?"Tanya Wylen dengan lembut, ia mengusap kepala sang bocah yang bernama Kalenzo Yu itu.
"Mommy sedang bekerja. Aku kabur dari sekolah, karena--karena aku sedih diejek bahwa aku satu-satunya anak yang tidak punya daddy."Adu Kalenzo kepada orang yang tidak ia kenali sama sekali.
Wylen terdiam, ia merasa iba dengan cerita dari Kalenzo. Dan juga merasa bertanya-tanya tentang keberadaan ibu dari bocah ini, apakah ia mencari anaknya?
"Ayo kita kembali ke sekolah mu, kasihan guru dan mommy mu pasti mencari. Untuk teman mu yang sudah berkata seperti itu, jauhi saja dia dan carilah teman yang baru."Wylen tidak jago memberikan nasehat, tetapi ia hanya ingin bocah ini tenang dari tantrum nya.
Dan Sepertinya berhasil karena kini Kalenzo nampak sudah baik-baik saja.
Namun setelah itu, menjadi Wylen yang tidak baik-baik saja saat mendengar salah satu ucapan Kalenzo.
"Daddy. Bolehkah aku memanggilmu daddy?"
"Uh?"
TBC?
Chapter satu, gimana? Tertarik?
KAMU SEDANG MEMBACA
Become a Daddy || Winrina (✓)
Fanfiction"Daddy! Bolehkah aku memanggilmu daddy?" Tiba-tiba saja seorang bocah laki-laki berkata seperti itu kepada Wylen Arthuro dengan polosnya. warn! genben. warn! cerita ini hanya fiksi, jadi jangan baper sampai dunia nyata.